02. Mungkin Aku yang Terlalu Emosional

111 20 0
                                    

Rutinitas Rengginang Merabela tak pernah konstan. Pagi hari dapat ia nikmati dengan secangkir kopi dan kue kering, atau mandi di kolam renang, atau jalan-jalan ke bazar murah meriah.

Semuanya tergantung mood dan situasi dompet sang wanita.

"Ikan goreng sama sayur bayam lage," suntuk Rere tersenyum masam menerima dua kantong plastik berisi lauk yang dibelinya depan kos-kosan.

Abang Sarto--si penjual lauk--menaikkan dua alisnya sembari tersenyum kala menyambut uang kertas sepuluh ribu dari Rere. "Yang penting bergizi dan mengenyangkan, Mba Re. Jangan bosan-bosan beli ya."

"Kalo besok Abang jual ini lagi, mending gue ke depan perempatan aja buat makan siomay atau cimol."

"Besok ikan kuah asem kok, Neng."

Rere memutar bola matanya dengan malas. Setelah manggut-manggut dan melayangkan ucap terima kasih, dia kembali beranjak masuk ke kos-kosan. Membuka pagar lalu menelusuri tangga untuk naik ke kamar kosnya yang berlokasi di lantai dua.

Lantas Rere mengikat rambut acak-acakannya itu pun pergi mengambil sendok dan tiga buah piring dari dalam lemari. Satunya untuk menempatkan ikan goreng dan satu lagi untuk sayur bayam. Tentu saja piring terakhir ia pakai untuk meletakkan nasi panas yang ia masak jam 7 pagi tadi.

Setelah menyatukan kedua tangan untuk berdoa singkat, Rere dengan wajah lusuh itu menikmati makan paginya pukul 10 waktu setempat. Tangan kirinya bergegas membuka ponsel untuk menyalakan musik Pop--genre kesukaannya.

Kaki yang mulai terasa sakit karena disilangkan itu berpindah posisi. Rere memang lebih suka duduk di lantai saat sedang makan--lagipula tidak ada ruang makan di kos. Dirinya hanya pasrah apabila saat tidur siang nanti akan mencium aroma ikan.

"Rere, kayaknya gaji pertama mesti dipake buat beli meja mini biar makan agak lebih tenteram. Punggung lo dikit lagi udah encok kayak orang tua. Hadeh."

"Apa gue pasangin sekat aja yah di kamar? Tai dah ntar kamar kos gue tambah sesak. Masih untung udah ada kamar mandi dalem."

"Atau gue pindah aja ya? Nyari apartemen deket tempat kerja?"

"Duh, kapan gue bisa kayak Fira? Pindah ke apartemen mewah? Apa gue jualan.....ah njir gak boleh, Re. Dosa kawan dosa!"

Piring yang kosong menghantarkan Rere untuk menyelesaikan monolognya yang begitu memprihatikan. Lekas ia menuju kamar mandi, mencuci piring sendok lalu dilap dan diletakkan kembali ke lemari. Lauk yang tersisa untuk sebentar siang itu hanya dibiarkan di atas lantai, seraya menggosok kapur di sekeliling agar tak diincar semut dan kawanannya.

Hari ini, Rengginang mengurung niat hati untuk berkelana.

Tubuhnya sudah kembali nyaman di atas kasur. Berguling sambil memainkan ponsel yang sudah menampakkan email PT. Rasauta dari empat hari lalu. "Kalau gue gak lolos, harus kemana lagi ya?"

Tentu saja opsi bercerita ke orangtuanya tak akan ia ambil. Rere rasa ia sudah cukup menyulitkan mereka berdua. Dia hanya bisa berharap akan ada jalan terang untuk masa depannya.

Rere menutup aplikasi Gemail dan beralih menuju menu Galeri. Dia buka gambar terbaru yang dikirim Fira semalam.

Rupa dari figur yang akan mewawancarainya, bila dia lolos.

Joko Bastian Teguh--Pak Jo.

Rambut cepak khas office man. Dibarengi alis tebal, kelopak mata ganda, hidung mancung dan bibir bervolume itu membuat Rere sedikit menyayangkan Fira yang meminta Rere untuk tidak mendekati bahkan menolak jika didekati oleh Pak Jo.

"Oh ayolah, orang ganteng begini masa gue tolak? Kalo pun pacaran kan bisa nguntungin gue juga biar gak ditindas sama senior lainnya," ungkapnya bernada sinis.

Sebuah notifikasi menghampiri ponsel Rengginang Merabela.

Sang empunya tiba-tiba sudah berdiri di atas kasur dengan wajah sumringah. Baru saja akan melompat, Rere teringat bahwa kasurnya sungguh teramat rapuh. Sertamerta Rere berpindah ke lantai dan langsung berjingkrak-jingkrak bak orang menang perlombaan besar.

"TERIMA KASIH TUHAN! HAMBAMU LOLOS SCREENING DAN MAJU KE SESI WAWANCARA AAAAAAAA!"

Rere bahkan tak peduli jika sejak tadi pintu kosnya terbuka lebar sehingga beberapa penghuni yang lewat melihat dia dengan ekspresi bertanya-tanya.

Tak ingin momen kebahagiaan itu sirna, Rere cepat-cepat mengirim pesan pada Fira.

Rengginang Merabela : PUJI TUHAN AKU LOLOS KE TAHAP WAWANCARA FIR!!!!

Belum semenit berlalu, sebuah balasan sudah terpajang di ruang obrolan.

Firansyah Adelsya : Really? Gosh selamat yah Re. Siapkan diri for the interview. Jangan buat aku malu yah.

Rengginang Merabela : OFC DARLING. By the way, ada apa nih sama ketikan kamu? Kayak ngga semangat gitu.

Firansyah Adelsya : Re, you know me so well. I need your opinion.

Senyum Rere perlahan luntur. Gadis itu perlahan mendudukkan bokongnya di kursi plastik dekat pintu kamar.

Rengginang Merabela : Apa sayang?

Firansyah Adelsya : What do you think dengan hubungan yang terpaut usia 8 tahun? Cowoknya lebih tua.

Rengginang Merabela : Fir, jangan bilang cowok yang kamu maksud itu Pak Hazel. Kamu jadi asisten dia kan selama beberapa bulan ini?

Firansyah Adelsya : Unfortunately, yes. Aku ketebak banget yah hehehehe.

"Yailah, Fir. Lo suruh gue jangan deketin Pak Jo tapi lo sendiri jatuh hati sama Pak Hazel." Rere hanya bisa geleng-geleng kepala sambil mengetikkan balasannya.

Rengginang Merabela : Oh, no.

Firansyah Adelsya : Mungkin karena aku baru masuk awal 20an kalik yah makanya kalau seruangan mulu dengan satu cowok malah jadi kebawa perasaan. Padahal aku cuman asisten dan pembawa berkah bagi dia, Re.

Rengginang Merabela : So sorry to heard that, Fir. You okay? Mau telpon gak?

Firansyah Adelsya : No. Btw aku udah selesai sama semua urusan apartemen. Sebentar aku balik ke kos untuk packing my stuff. Bantuin ya, pls?

Rengginang Merabela : Alr.

Rere menyandarkan tubuh ke belakang. Satu napas panjang ia hembuskan agak gusar. "Senaas-naasnya Fira yang suka sama Pak Hazel, lebih naas nasib gue deh yang baru lolos seleksi awal."









--☆--







Note dari arga : Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Btw aku udah buat playlist yg bisa kalian dengerin sambil baca BABIBU, only on spotify. silahkan cuss ke link di bio

BABIBUWhere stories live. Discover now