Episode 17 : Kantin

Mulai dari awal
                                    

"Diem bisa ga lo! " ingin sekali Alexe menampol wajah Arabella. Namun apa daya, sosok dingin di sisi gadis itu terus menatapnya seperti peredator menjaga kawasan teritorialnya.

"Hahaha, ga sih Ra. Itu sebenernya bukan gara gara di tonjok musuh. "Aidan merangkul bahu Alexe dan menoel pipi sang empu membuat teriakkan kesakitan terdengar di roftop yang sepi.

"Sakit goblok! " Alexe memukul perut Aidan dengan keras hingga laki laki itu mengaduh kesakitan.

"Kalo bukan kena tonjok musuh terus kenapa? Kena tonjok temen? " bingung Arabella.

"Puffftt, itu sebenernya kena tonjok dia sendiri. " Shailendra menatap duo bocah yang tidak akur. Satu tangan menutupi mulutnya menahan agar tidak tertawa kencang.

Arabella menatap Alexe horor. "Lo sering banget ngatain gue masokis. Bukannya yang masokis itu elo? "

"Gue bukan masokis! "protes Alexe.

"Terus itu? " Arabella menunjuk pipi Alexe.

"Ga sengaja ealah. Salah siapa si Shailendra terjungkal di depan gue, kan guenya jadi salpok. " Alexe mencibir, menatap Shailendra yang coba menahan tawa dengan kesal.

"Eh lo jangan bawa bawa gue dong! "

"Kasihan ga tampan lagi. " Alexe melotot ke arah Aidan. Kesabarannya yang setipis memberan sel tidak tahan menghadapi kelakukan teman temannya ini.

Melihat pertengkaran di depannya, Arabella tertawa dalam diam. Tubuhnya bersandar pada laki laki dingin yang terus mengawasi entah di sengaja atau gerakan bawah sadar.

"Bacot! Udah ah adu bacotnya. Ke kantin aja yuk! " Karlen menengahi. Satu tangan menoel pipi kiri Alexe dan tangan lainnya menyentil ginjal Aidan.

"Aduh! "

"Bangsat! "

"Shuutttt! " Shailendra membungkam mulut mereka dengan tangannya.

"Lepas anjing, tangan lo bau kaus kaki! " Alexe menepis tangan temannya dengan kasar. Menahan nyeri di pipi karena yang sedari tadi di sentuh terus menerus.

"Enggak sih, bau trasi. " sahut Aidan.

Alrescha menggandeng tangan Arabella dan pergi meninggalkan mereka. Jika dia tidak memulai, mereka hanya akan terus bicara sampai bel tanda masuk berbunyi.

Karena induknya sudah pergi, tentu saja anaknya segera menyusul walau masih dengan acara adu bacot.

"Mau makan apa? "

"Seblak, yang pedes. Minumnya es susu. " Arabella meletakkan kepalanya di meja dan menatap orang yang tadi bertanya.

"Gue bakso ya Dan." pesan Alexe.

"Gue nasi goreng. " ucap Karlen.

"Gue nasi cat aja deh." ujar Shailendra.

"Nasi goreng satu, seblak satu. Jangan pedes pedes. " Alrescha ikut buka suara.

"Coba gue tanya, Kok gue??? " Kesal laki laki pendek itu.

"Gue traktir. " Alrescha mengulurkan sejumlah uang berwarna merah.

"Siap! "

Melihat Aidan ngacir pergi, Arabella di buat heran. "Ternyata orang kaya pun kalo di traktir apa aja mau ya. Kirain cuma orang miskin kayak gue. "

"Dengan Alrescha sebagai bekingan, lo ga mungkin jadi miskin. " Karlen mengerutkan kening agak tidak senang namun tetap tidak berkomentar. Pasalnya, mereka sudah memilih meja di pojok kantin yang tidak memcolok tapi ada saja orang di sekitarnya yang terus menerus berbicara dan memperhatikan mereka.

Yah, siapa lagi kalo bukan orang yang suka nggibahin Arabella.

Alexe mendengus kesal. "Gatel tangan gue pengen nyumpel tu mulut pake sempak pororonya Aidan! ".

"Ga yang berbie aja? "

"Shuuuttt! " Karlen menjitak kepala Alexe dan Shailendra dengan keras.

"Anj! "

"Sakit! "

"Maaf ya, gara gara gue jadi pada ke ganggu. Apa kita makan di roftop atau uks aja? " ujar Arabella.

"Eh santuy aja Ra, ini bukan salah lo kok. " Shailendra segera berhenti mengeluh.

"Misi, air panas, pesenannya dek." Aidan datang membawa pesanan dan meletakkannya di atas meja.

"Thanks ya Dan. " Arabella mengambil seblaknya dan mulai makan.

"Sama sama adek cant- , Bercanda bang. " Aidan langsung angkat tangan setelah mendapat lirikan tajam dari sebelah Arabella.

"Nenek lampir bisa bisanya di kerubungi cogan. "

"Hooh, apa bagus nya tu cewek. Orang dia jelmaan setan. "

"Cowok cowoknya ganteng bat dah, pengen satu gue. "

"Sekarang nempeli cowok lain, ntar Nathan muncul gantian di tempelin. "

"Mau maunya tu cowok deket sama nenek lampir. "

"Itu yang pendek siapa sih? Ganteng sumpah!"

"Yang dingin itu kayaknya yang paling deket sama Arabella. "

"Ganteng ganteng kok seleranya kayak gitu. "

"Eh, tapi perasaan beberapa hari ini si nenek lampir jarang ngebully Angel deh. "

"Bagus dong, akhirnya sadar diri juga tu orang kalo ga selevel. "

"Kalian kenapa pada nggibah sih? Urusan hidup lo aja belum pada bener. Mending makan. "

Bisik demi bisikan menjadi pengiring acara makan mereka. Arabella yang mendengarnya agak tidak terima. Bagaimana tidak? Dia sama sekali tidak menyukai Nathan!

Sama cewek berani langsung main tangan. Sombong dan narsisnya ga ke tolong. Otaknya ga di pake kalo soal Angel. Temen temennya sama gobloknya. Ga bisa nyelesaiin masalah dengan kepala dingin. Apa gunanya wajah ganteng nilai bagus temen kaya kalo sikapnya kek gitu?

Mendingan juga Alrescha. Udah ganteng, pinter, temen temennya walau tolol tapi masih di kadar normal, kalo ada masalah bisa berpikir dengan kepala dingin, ga langsung main tangan, kalem, ga sombong, ga narsis, baik, lembut, penyayang. Yah walau dia suka bolos kelas tapi lebih baik dari pada Nathan kan? Orangnya pengertian lagi.

"Jangan dengarkan." ucap Alrescha ketika melihat Arabella mematung dengan alis berkerut.

Nah tu kan baik.

Arabella mendongkak, tersenyum dan dengan patuh mengangguk. "Okei! "

"Aduh damagenya. " Aidan meletakkan tangannya di dada kiri dengan alay.

"Napa? Sakit jantung lo?" tanya Alexe.

"Sembarangan moncongnya! " Aidan melotot lalu mengambil bakso dari mangkok Alexe tanpa izin.

"Woi bakso gue! " Kesal Alexe rasanya melihat bakso bulat se bulat odading mang oleh masuk ke mulut busuk Aidan.

Shailendra menatap Karlen yang sedang menahan emosi di sampingnya. "Kata kata untuk hari ini mas? " ucapnya sambil mengulurkan sendok sebagai mikrofon.

"Tiada hari tanpa emosi. "

"Hahahaha! " Arabella tertawa lepas. Untung saja tidak sedang memakan seblak, kalau tidak kan nanti keselek.

"Bisa aj-"

"Woi woi woi siapa tuh? "

"Kok gengnya Nathan nambah? "

"Dia murid baru? "

"Ganteng banget, minta nomer boleh ga sih. "

"Si Angel beruntung banget ga sih? Bisa bisanya dapet cowok modelan Nathan. Mana temen temennya juga perhatin banget ke dia. "

"Coba gue jadi dia sehari aja. Beuh! Senengnya sampe ke bawa mati! "

Orang orang di meja pojok menatap gerombolan Nathan yang baru memasuki kantin dengan penasaran. Dan benar saja, ternyata memang ada dua wajah baru yang mirip satu sama lain di antara mereka. Saking miripnya, mungkin susah membedakannya. Sepertinya sih saudara kembar.

"Siapa tuh? " bingung Arabella.

Jadi Antagonis Dalam Novel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang