Episode 16 : The King

Start from the beginning
                                    

Alrescha pasrah menemani sahabatnya bermain. Memberikan villa kecil sebagai markas, bertarung bersama mereka melawan geng lain yang berujung bonyok bonyok. Main balapan liar terus menang, sampai sampai merekrut anggota baru yang telah di seleksi secara ketat.

Bukan karena apa, mereka hanya tidak ingin memiliki anggota dengan kepribadian bermasalah yang kemungkinan mendatangkan konflik dan merusak kesenangan dalam kelompok geng ini.

Hingga saat ini, Alrescha pikir Geng Azazel telah berkembang begitu banyak. Kemampuan semua anggota dalam bertarung pun juga telah meningkat pesat.

Tidak ada pertikaian antara anggota, perasaan iri, dengki dan dendam. Hanya ada kedamaian, kesetiakawanan dan saling mendukung dalam kelompok walau tidak semua orang memiliki keadaan yang baik baik saja.

Bagi beberapa orang, markas yang sangat ramai ini adalah rumah mereka.

.
.
.
.
.

Tepat pukul sepuluh malam, dua kerumunan orang saling berharap hadapan di jalan yang sepi.

"Yo! Udah lama ga ketemu guys. " Gabriel, pemimpin Geng The King menyapa dengan hangat.

"Elo aja tuh yang ga mau ketemu gue. Di ajak kencan malah ga mau! " Shailendra agak tidak senang.

"Hehehe, kencan sama lo mah gue yang di bikin bokek. "

"Bri ntar kalo kita nyerang agak berutal dikit jangan emosi ya. " ucap Karlen.

"Loh kenapa? " laki laki berambut panjang di sebelah Gabriel bertanya dengan bingung. "Lo ada dendam ke kite? "

"Bukan gitu, si bos ma-"

"Istri gue nyuruh pulang cepet. " sela Alrescha.

"Hah?! " Pemimpin dan wakil Geng The King itu di buat kaget seketika.

"Sejak kapan lo punya bini Al?? " syok Gabriel.

"Bukan pacar, tapi bini??? " Tak hanya Gabriel, Johan wakil pemimpin berambut panjang itu juga tak kalah syok.

"Hm, sejak gue kecil. Lo aja yang ga tau. " ucap Alrescha dengan dingin.

"Sebenernya apa sih yang terjadi pas lo ga ketemu gue? "

"Bini lo ga ikut? " tanya Johan.

Shailendra membutar bola matanya dengan malas. "Ya kali woi! Cewe masak di ajak tawuran. "

"Ya siapa tau mau nyemangatin ayank, kita juga ga bakal nyerang dia. " ucap Gabriel setengah bercanda.

"Udah udah ih, kapan mau mulai? Punggung gue lama lama keringetan kena damage auranya pak bos. " sela Aidan. Sungguh, dia tidak tahan lagi dengan aura menyeramkan yang makin kental ini.

"Aduh bucin. " goda Johan.

"Ayok mulai aja, jangan lupa kapan kapan kenalin pawangnya bos Azazel ke kita yak! " tukas Gabriel

"Bukan cuma lo, kita juga mau kenalan! " sahut Cakra.

"Udah ayok! Gas! "

Kedua geng berhenti bicara dan siap di posisi masing masing. Semangat juang terlihat di mata masing masing, darah mereka mendidih karena kesenangan.

"Serang. "

Pada akhirnya, satu aba aba membuat kedua geng itu saling bertarung.

Duakk! Brakkk! Bukk!

Suara pukulan, tendangan dan segala perlawanan terdengar di jalan yang sepi. Debu debu berhamburan, luka luka bertebaran tapi tak menyurutkan kegembiraan orang orang yang sedang bertarung.

Alrescha menatap pertarungan yang begitu mendebarkan di sekitarnya dengan dingin. Di depannya, Gabriel berdiri sambil tersenyum. Senyum yang dapat melelehkan hati setiap perempuan.

Satu dingin dan satu hangat. Berdiri di tengah keributan tanpa terganggu seolah olah yang terjadi di sekitar hanyalah ilusi.

Entah setelah berapa lama saling menatap, Gabriel berlari mendekati Alrescha dan melayangkan tinjunya ke wajah dingin yang semakin lama dia lihat semakin menjengkelkan.

Alrescha menghindari tinju itu dengan mudah, menangkap pergelangan tangan pihak lain dan memelintirnya.

"Sakit ege! " Gabriel melayangkan tendangannya membuat Alrescha terpaksa melepaskan tangan Gabriel.

"Kalo ga sakit namanya bukan tawaran dong! " ucap Aidan di sela sela memukul wajah anak buah Gabriel.

"Ealah cuma sekedar basa basi juga! " Gabriel mengangkat kakinya untuk menendang Alrescha tapi di tahan dengan satu tangan.

Menggunakan tangan Alrescha sebagai tumpuan, Gabriel melompat dan menggunakan kaki satunya untuk menendang musuh untuk ketiga kalinya.

Sekali lagi, Alrescha menangkap kaki Gabriel. "Hiih dingin banget! Senyum dikit napa sih Al? Ntar ga ada yang suka loh! " Gabriel memusatkan semua kekuatan di kaki dan menghentak, membuat busur indah di udara dan mendarat dengan mantap di aspal jalanan sementara Alrescha di paksa mundur satu langkah.

"Eh gue lupa, lo kan udah punya bini. " lanjut laki laki itu.

"Bacot! Lo kalo tarung, tarung yang bener bisa ga sih?! " teriak Johan yang sedang baku hantam dengan Karlen.

"Mending dari pada bos gue, kayak patung hidup! " sahut Karlen menonjok muka Johan tapi dengan mudah di tangkis oleh pihak lain.

"Berhenti main main! " Alrescha berjalan ke arah Gabriel dan menyerangnya dengan berutal.

"Eh? Hehehe, ada yang kesel. Mau cepet pulang ya bang? " Gabriel menahan pukulan Alrescha yang melayang ke arahnya. "Ugh! " tanpa di duga, pukulan itu lebih kuat dari pada yang ia bayangkan. Membuat dirinya mundur lima langkah ke belakang.

Tidak memberikan Gabriel istirahat, Alrescha maju dan terus menyerang musuhnya.

"Amponnn!!!! Santay dikit dong Al! Gue bercanda! " teriak Gabriel ketika Alrescha melayangkan serangan yang amat kejam kepadanya. Dia bahkan punya firasat sebenarnya temannya ini punya dendam dan ingin membunuhnya.

"Sorry, bos gue emang goblok. " ucap Johan.

"Gapapa sih, gue bisa maklum kok. " sahut Karlen.

.
.
.
.
.
.

Alrescha masuk ke kamar dengan tenang dan melihat Arabella yang tengah tidur dengan tidak karuan. Gadis itu tidur secara horizontal di ranjang yang besar. Selimut putih bersih jatuh ke bawah, bantal yang seharusnya jadi alas kepala malah jadi guling. Rambut hitam panjangnya tersebar tak beraturan di atas ranjang putih.

Laki laki itu memgambil selimut di lantai, mengenakannya di tubuh Arabella lalu pergi untuk mandi.

"......." Alrescha tidak bisa berkata kata.

Padahal belum lama ia masuk ke kamar mandi. Tapi begitu keluar, selimut yang tadinya menutup rapat tubuh Arabella kini sudah tergeletak di lantai lagi.

Menghela nafas tanpa daya, Alrescha membenarkan posisi tidur Arabella, menutupi tubuhnya yang hanya memakai kaos kebesaran miliknya dan celana pendek lalu mengambil sesuatu dari laci meja.

Alrescha mengambil tangan lentik Arabella dan memakaikan cincin di jari manisnya. Setelah itu, ia juga memasang cincin di jarinya sendiri kemudian naik ke ranjang untuk tidur.

Baru juga dirinya menyelipkan tubuh bagian bawahnya ke selimut, Arabella datang dan memeluk tubuhnya yang dingin.

"Jangan peluk, tubuhku dingin." ucapnya dengan lembut.

"Kalo gitu aku angetin. " lantur Arabella mengeratkan pelukannya.

Sangat gila! Alrescha di buat tegang ketika kulit Arabella yang hangat menyentuh tubuhnya. Pipi yang lembut dan kenyal namun kurus bersarang di dadanya. Rambut yang berserakan memberi sensasi geli di kulitnya. Sekedar info, Alrescha benar benar tidak suka tidur memakai baju.......

Gila

Dengan pasrah, Alrescha memeluk Arabella yang menempel seperti koala dan segera tidur.

Alrescha mencium pucuk kepala Arabella.

Selamat malam, Ella

Jadi Antagonis Dalam Novel [End]Where stories live. Discover now