Benar saja, ketika membuka pintu ia sedang memangku seorang wanita yang sudah bertelanjang dada. Posisinya membelakangiku sehingga membuatnya baru tersadar setelah wanita itu memberitahunya.

Ia mengumpat sebelum akhirnya menyerah dan menyuruh perempuan itu turun. Sedangkan Harry merapikan bajunya, wanita itu terlihat sedang kembali mengenakan pakaian atasnya dengan terburu-buru. Aku memalingkan wajah dengan jengah. Pria yang sudah kukenal selama hampir sepuluh tahun ini sama sekali belum berubah.

Aku menghampirnya yang masih memunggungiku ketika wanita itu keluar melewatiku.

"Apa yang kau katakan pada Clarisse?" ujarku dengan rahang mengeras.

"Kau sudah meninggal."

Ia langsung terhuyung ke tempat tidur saat aku memukul wajahnya ketika ia hendak berdiri. Raut wajahnya terlihat kaget, ia berdiri dan membalas pukulan di tempat yang sama di mana aku memukulnya barusan.

"Brengsek! Untuk apa kau memukulku?" ujarnya dengan nafas terengah.

"Bagaimana mungkin kau mengatakan itu padanya? Kau tahu yang sebenarnya!" ungkapku balas membentak. Aku mengusap rahang bagian kanan yang tadi dipukul olehnya. Sialan. Sudah berapa kali aku terkena pukulan? Harry lebih temperamen dari biasanya.

"Oh," ia tertawa. "Tentang Clarisse?"

Aku mendengus, "Bodoh. Menurutmu tentang siapa lagi?!"

"Gadis itu pantas mendapatkannya. Ia pantas merasa menderita karena merasa kau sudah meninggal. Terlebih penyebab kecelakaanmu adalah dia sendiri," ujarnya datar.

Kali ini aku benar-benar tidak memikirkan tentang ia yang bisa kembali membalas pukulanku. Kepalan tanganku mengenai rahang kirinya, "Tapi kau menyebabkanku kembali kehilangannya!"

Harry jelas sekali terlihat tidak terima dengan pukulan barusan. Tapi nampaknya ia tak berniat membalas. Tangan kanannya tergantung begitu saja di sisi tubuhnya. Ia menyipitkan mata dan memandangku seolah-olah aku telah mengatakan hal yang sangat tidak mungkin.

"Kau hanya perlu menemuinya dan segalanya selesai," ia merogoh saku celananya dan melemparkan sebuah kunci rumah. "Sudah kuberitahu. Semuanya. Maka, seharusnya kau berterima kasih padaku karena mempermudah masalahmu. Bukannya justru mengganggu kegiatanku pagi-pagi seperti ini. Aku hanya ingin memberikan sedikit pelajaran pada gadismu itu."

"Kegiatan?" aku tergelak karena mendengar pilihan kata yang ia gunakan. Jelas sekali bercumbu adalah kegiatan kesukaannya. "Kau sama sekali tidak mempermudah masalahku. Kau hanya membuatnya makin sulit."

"Apa? Aku benar-benar membantumu! Aku bahkan membuatnya membatalkan niat untuk bunuh diri—"

"Bunuh diri?!" suaraku meninggi begitu ia mengatakannya. Tapi bukan saatnya aku bertanya macam-macam mengenai apa maksud ucapannya barusan. Styles sudah benar-benar keterlaluan. Kalau ia bukan orang yang selama ini kukenal, aku sudah membuat wajahnya tidak akan lagi bisa menarik perhatian semua wanita yang ingin ia tiduri.

"Kau mengatakan padanya bahwa aku sudah meninggal. Dan sekarang ia menghilang! Clarisse pergi ke USA pagi tadi sebelum aku bisa membatalkannya!" Aku berteriak marah.

"Berarti itu salah gadis bodoh itu! Mengapa ia pergi setelah mengetahui semuanya?!"

"Itu sudah jelas salahmu. Kalau kau tak mengatakan omong kosong itu, ia tidak akan pergi. Kalau kau tidak memberikan kunci rumahku padanya dengan sembarangan maka ia juga takkan pergi," aku menggertakan gigiku menahan amarah yang memuncak. "Kau tahu, seharusnya aku tidak pernah minta bantuanmu. Kau selalu merusak semua rencanaku untuk memperbaiki semuanya."

Protect You || Malik [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang