Chapter 8

9.9K 1K 19
                                    

“Kau mau membawaku ke mana?” tanyaku saat mobil sudah sedikit lama melaju.

Zayn tetap fokus pada setirnya. Tapi dia menjawab, “Nanti kalau sudah sampai, kau akan tau sendiri.”

Aku berdecak kesal. Sudah berulang kali aku bertanya hal itu dan jawabannya juga tetap seperti itu.

Sebenarnya dia akan membawaku ke mana? Ini masih pagi. Jangan-jangan dia mau menculikku? Lalu menjualku ke luar negeri untuk di jadikan budak dan sebagainya? Atau, mungkin dia mau … membunuhku?

Astaga, aku harus memastikannya.

“Kau tidak berniat untuk menculikku bukan?” tanyaku was-was. Zayn mengeryitkan alisnya lalu tersenyum meremehkan. “Untuk apa aku menculikmu? Sama sekali tidak ada gunanya.”

Lalu, apakah dugaan keduaku yang benar?

“Kau mau membunuhku!” tuduhku histeris. Zayn hanya memalingkan wajahnya sekilas, dia lalu kembali lagi ke arah depan. “Menurutmu begitu?” tanyanya balik.

Aku memandangnya shock. Jadi, dia benar-benar mau membunuhku? Ya tuhan, lindungi aku. Bagaimana caraku keluar dari sini? Mobil ini sudah pasti dikunci! Apakah aku harus memukul Zayn terlebih dahulu sampai pingsan lalu baru aku bisa mengambil alih setir? Dan dengan itu aku akan terbebas darinya.

“Clarisse, aku pikir kau pintar,” ucapnya dengan nada sinis. Aku segera mengalihkan pikiran gilaku lalu menoleh padanya dengan heran.
“Tentu saja aku takkan mengotori tanganku dengan cara membunuhmu” lanjutnya.

Aku mendesah lega. Jadi, dia tidak akan membunuhku? Baguslah. Walaupun aku tidak tahu kemana ia akan membawaku, tapi paling tidak aku tidak akan diculik ataupun dibunuh. Hal itu lebih baik.

Sesaat keheningan menyelimutku dengan dia. Aku sibuk dengan ponselku, sampai aku teringat dengan Liz. Reaksi Liz saat melihat Zayn. Atau sebaliknya. Mereka terlihat aneh.  Mereka seakan-akan kenal satu sama lain tapi saling membenci.

Tapi, mana mungkin Liz kenal dengan Zayn? Jika iya, bagaimana bisa ia kenal dengan Zayn? Maksudku, Zayn bukanlah orang yang … baik mungkin? Dia adalah jenis orang seperti Harry. Jadi, kemungkinannya akan sangat kecil jika gadis baik-baik sepertinya bisa kenal dengan Zayn yang seperti itu.

Zayn mungkin bisa ditemukan di pub, arena balap dan juga tempat buruk lain. Sedangkan Liz tidak pernah dan tidak akan mungkin ada di tempat-tempat seperti itu. Dia terlalu baik untuk ada ditempat-tempat seperti itu.

“Kau dan Liz sudah saling kenal?” tanyaku tiba-tiba karena pikiran yang mengusik.

Zayn menoleh. “Sudah sampai, turun” ungkapnya. Aku menatapnya bingung, sudah sampai? Sejak kapan? Aku bahkan sama sekali tidak sadar.

Mengikuti perkataannya, aku pun turun dari mobil. Aku berdecak kesal, lagi-lagi dia tidak mempedulikan pertanyaanku.

Saat membalikan badan, kontan aku langsung ternganga. Untuk apa dia membawaku ke sini? Ini, bukannya ini adalah … kampusku?

Astaga, Zayn –orang ini benar-benar tidak dapat ditebak jalan pikirannya.

“Untuk apa kau membawaku ke sini?!” ucapku hampir menjerit. Zayn mengabaikan ucapanku, dia sekarang malah menarik tanganku agar mau berjalan di sampingnya.

Aku ternganga saat melihat koridor yang begitu penuh dengan para mahasiswa. Ini masih pagi dan mereka sudah sebanyak itu? Ekhm, tolong maklumi saja kekagetanku. Aku tidak pernah berangkat pagi, jadi aku tidak tau apa yang terjadi di kampus pada pagi hari.

Yang lebih mengejutkan adalah reaksi mereka ketikka melihat aku. Tidak, bukan itu. Tapi, saat mereka melihat Zayn yang menyeretku. Nah, hal itu lebih tepatnya.

Protect You || Malik [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang