Chapter 67

6.8K 774 180
                                    

long chap ever =)) ! !

Enjoy, guys..

sorry for typo(s)

__________________________________

"Seharusnya, aku yang menanyakannya padamu. Apa yang hendak kau lakukan sampai mau meluangkan waktumu untuk berbicara padaku."

"Kau tidak boleh mengikuti balap sialan ini."

"Kenapa? Aku bisa melakukan semua hal yang kuinginkan sekarang. Tidak ada yang berhak melarangku, termasuk kau."

"Kau tahu? Balap ini disponsori oleh perusahaan sialan milik Charlie."

"Aku tidak peduli."

"Tapi, Clarisse, kau tidak bisa mengikuti ini. Kau tidak bisa mempercayai orang yang belum lama kau kenal."

"Kukira kaulah orang yang belum lama kukenal, Zayn. Dan aku sudah salah karena mempercayaimu. Kau juga sudah membohongiku-"

"Dengarkan aku dulu, Clarisse!"

Aku langsung terdiam begitu mendengar sentakannya. Sejak tadi, aku melihat Zayn yang sedang berusaha menekan nada bicaranya agar tidak meninggi. Tapi sepertinya ia gagal. Zayn tidak bisa terlalu lama mengontrol emosinya jika itu semua berurusan denganku.

Tangannya yang tadi sempat menggenggam pergelanggan tanganku kini masih belum ia lepaskan. Ia semakin mengeraskan pegangannya seiring kalimat yang kami lontarkan. Hal itu membuat lenganku merasa sakit, tapi aku tetap menahannya dan mencoba untuk tidak merintih kesakitan.

Aku menunggunya kembali berbicara, mencoba tidak mendebat apa yang hendak ia katakan. Tapi bukannya melanjutkan perkataannya, Zayn justru tetap diam dengan kedua matanya yang masih menatap lama mataku. Seolah berkata seuatu yang tak bisa kumengerti.

Aku mematung, perasaan familiar itu kembali memenuhi benakku ketika tatapan mata kami bertemu. Menatap kembali mata hazelnya yang terlihat meneduhkan adalah hal tersalah yang pernah kulakukan saat itu. Karena, begitu aku melihatnya aku langsung tersadar betapa rindunya aku padanya. Betapa besarnya keinginanku untuk memeluknya dan berkata bahwa aku masih mencintainya.

Tapi, aku tahu. Aku tak bisa melakukannya. Ini sudah terlalu banyak.

Aku mengalihkan pandangan mataku darinya dan lebih memilih menatap tanah kering yang kuinjak.

Zayn tampaknya tersadar. Tiba-tiba saja pegangan tangannya di pergelangan tanganku mengendur hingga akhirnya terlepas. Aku mendengar helaan nafas panjangnya sebelum ia mengambil tangan kananku yang tadi sempat ia cengkram, mengusapnya pelan.

"Maaf," ujarnya lirih, sempat terdengar seperti bisikan jika aku tidak memperhatikannya baik-baik.

Aku menarik tanganku dengan cepat lalu menggeleng. "Tidak usah minta maaf karena itu," ujarku masih tidak mau menatap matanya.

"Aku harus pergi. Waktu tinggal beberapa menit lagi sebelum pertandingan dimulai." lanjutku berusaha menjauh darinya.

Paling tidak aku sudah berusaha menjauh, bukan? Dengan itu maka aku akan lebih mudah memaafkannya.

"Bisakah kau membatalkan balap ini dan lebih memilih untuk mendengarkan penjelasanku?" ungkapnya dengan nada dingin.

Oh, lihat betapa cepat perubahaan emosinya.

"Tidak, aku tidak bisa membatalkannya."

"Berhentilah bersikap keras kepala, Clarisse," ia memandangku getir. "Kau tidak bisa mempercayai Charlie. Ia berbohong dan hanya mengada-ada. Ia memalsukan semua bukti sialan itu hanya untuk ditunjukan padamu."

Protect You || Malik [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang