Atarfa - 07

53 3 0
                                    

Happy reading
.

.

.

"LO GILA YAH! Gue gak mau." Protes Kanaya. Oh ayolah dari awal ini hanya permainan kenapa sekarang jadi seperti ini. Dia sungguh tidak mengerti, di usianya yang 20 dia merantau hanya untuk mencari pekerjaan dan dia bertemu dengan pemuda kaya raya yang ternyata anak dari sahabat ibunya.

"Kanaya, saya tidak mempunyai pilihan lain." ucap Atar dengan menggenggam erat stir mobil itu.

"Yah terus, lo mau gue nikah sama lo, plis Kak kita kenal belum cukup 1 bulan." ucap Kanaya dia frustasi.

"Kanaya, saya tidak ingin memperpanjang ini, menikahlah dengan saya."ungkap Atar dia pun sama halnya, akan tetapi Atar tidak ingin terlalu lama dari awal ini hanya settingan akan tetapi kakeknya - Xavier semakin menggila, Atar juga tidak ingin menikahi gadis yang tidak di cintainya. Dan untuk Kanaya dia merasakan ada hal yang berbeda.

"Baiklah saya tidak memaksa mu." lanjut Atar dengan menjalankan mobilnya kembali ke Apartement. Kanaya yang melihat itu tentu menyadari Atar juga ingin memulai kisah cintanya dengan wanita yang dia cintai karena di usianya sekarang dan terbilang cukup sukses Kanaya yakin di luar sana masih banyak wanita yang layak bersanding dengannya. Dia tidak merendahkan dirinya akan tetapi dia tidak ingin menanggung konsekuensi yang akan terjadi suatu saat nanti.

Kini mereka telah tiba di Apartement dan Atar yang masih diam membisu sejak tadi dengan pikiran yang melayang entah kesana kemari.

"Masuklah" ucap Atar menyuruh Kanaya masuk ke ruang Apartementnya dan Atar juga sudah melangkahkan kakinya ke samping ruangan Kanaya. Yah mereka tetap satu Apartement hanya kamar ya g berpisah. Itu semua atas kemauan Kanaya.

"Sorry kalau lo marah." Setelah mengatakan itu Kanaya pun masuk ke dalam.

****

Kini Kanaya sedang menatap langit-langit kamar itu, dia jadi teringat kenapa dirinya di sini, yah dia di bantu oleh pria itu ketika dia bertemu dengan preman. Otaknya di paksa untuk mengingat kejadian itu, mungkin kalau tidak ada Atar entah apa yang sudah terjadi padanya.

"Arghh anjir, gimana yah gue terima apa kagak." Keluh Kanaya frustasi dia tidak ingin terlalu buru-buru dalam pernikahan. Dia ingin mendapatkan pekerjaan tetap dan menggapai cita-citanya.

"Tapi kasihan sih dia. Ahh pusing gue nanti deh di pikirkan lagi tidur aja." Kanaya yang lelah dengan pikirannya kini mengambil selimut dan menyelimuti dirinya sampai sebatas dada. Dan mulai memasuki alam mimpinya.

Sedangkan di sisi lain. Kini Atar sedang berada di depan laptopnya akan tetapi pikiran terus menerawang akan ucapan yang dia ajukan kepada Kanaya. Yah untuk menikah. Atar tidak tau kenapa dia mengatakan hal itu dengan spontan, akan tetapi dia ingin Kanaya menyetujuinya. Soal perjanjian 1 bulan itu dia rasa tidak ada gunanya.

Akan tetapi dia juga tidak bisa memaksakan kehendak Kanaya. Hingga dering ponsel membuyarkan lamunannya.

Mommy❤️

Atar, mami ingin kamu nikahi Kanaya. Sebelum kakek mu menyuruh kamu untuk kembali ke Amerika dan melangsungkan pertunangan dengan Glady."

Atar yang melihat dan membaca pesan itu membuat dia mencengkram ponselnya dengan erat, urat tangannya kini kelihatan pertanda emosinya ingin meluap. Melempar vas yang berada di meja hingga menimbulkan bunyi yang keras, pecahan kaca itu mengenai tangannya sehingga membuat dia terluka.

ATARFA (ON GOING)Where stories live. Discover now