Mati lampu

239 41 6
                                    

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

Malam gerimis, secangkir kopi menemani dirinya yang sedang sendiri, menyulam cahaya dari tubuh kunang-kunang. Indranya cumbana akan aroma petrikor yang menyeruak, suara tetesan air terdengar bak padika pengisi malam.

Setiap hembusan nafas mengudara membawa kesabaran dalam menunggu. Tidak ada hal paling menyenangkan selain menunggu, apalagi yang di tunggu adalah dia sang pemilik hati.

Sesekali melihat jam dinding yang terus berdetak, tak jarang pula ia membuka layar ponselnya untuk memastikan yang ditunggu membalas pesannya.

Nayanika nya menatap langit gelap tertutup gerimis, terlihat dedaunan yang mengadah seperti mengemis, saat air hujan turun membuat basah tanah yang mengikis.

"Kenapa lama sekali?" tanyanya pada diri sendiri

"Ini sudah jam sepuluh, seharusnya sudah sejak tadi dia sampai." Khawatir tentu saja, pasalnya tak biasanya Mew terlambat pulang tanpa mengabari Gulf.

Yang tadinya gerimis sudah berhenti, tapi kini hujan yang lebih besar datang secara tiba-tiba, membuat langit seutuhnya hirap dari pandangan. Gulf berusaha bersabar menunggu Mew, berpikir jika mungkin saja Mew terjebak macet atau banjir di jalanan.

Saat yang ditunggu tak kunjung datang, hujan pun ikut turun semakin deras, seakan ingin membuat Gulf merasakan khawatir yang benar-benar mengganggu hati.

Kopi yang menemani sudah habis di teguk, bahkan jejak bibirnya di gelas sudah kering tertiup hembusan angin. Hatinya semakin tak tenang saat melihat kilatan cahaya di langit begitu jelas tergambar, iringan suara petir menambah kesan seram di malam hari.

Gulf mondar-mandir tak karuan, ia khawatir pada Mew yang tak kunjung datang dan membalas pesan.

Hingga akhirnya Gulf memutuskan untuk menelepon teman kerjanya Mew, untuk memastikan jika Mew bersama mereka atau tidak.

Menunggu sekiranya setengah menit untuk mendapat jawaban dari seseorang di seberang sana, "Off ..."

"Gulf? ada apa menelpon ku malam-malam? jangan bilang kau menelepon ku karena ingin menampar ku lagi. Jangan gila Gulf, ini sudah malam dan di luar sedang hujan deras jadi aku tidak mungkin jika harus datang ke rumah mu," sahut Off yang berprasangka buruk pada Gulf.

"Maaf untuk tempo hari, tapi aku menelpon mu bukan untuk itu." Suara Gulf terdengar jelas seperti sedang cemas.

"Bisa suruh Mew angkat telepon ku?"

"Mew? ...dia sudah pulang sejak tadi, bahkan hari ini dia hanya melakukan beberapa take di lokasi syuting, setelahnya dia langsung pulang."

Jawaban Off membuat Gulf semakin tak bisa menahan cemas, "Apa Mew pergi ke kantor setelah dari lokasi syuting?"

"Tidak Gulf, aku dan Mew langsung pulang setelah dari lokasi."

Gulf tak menjawab karena sedang berusaha menerka-nerka sekiranya kemana Mew setelah dari lokasi syuting.

"Tunggu dulu! apa Mew masih belum sampai ke rumah?" Off baru sadar akan apa yang Gulf maksud

"Dia sudah pulang sejak sore, tepatnya jam lima sore dia sudah keluar dari lokasi."

"Apa Mew tidak bilang jika dia ingin pergi ke tempat lain?"

"Aku tidak tau, tapi dia tidak mengatakannya."

"Yasudah Off, maaf mengganggu waktu mu, aku tutup teleponnya." Gulf menutup telepon begitu saja.

Tangannya yang dingin karena hujan di luar, mejadi gemetar saat mendengar apa yang Off katakan. Berusaha berpikir positif, Gulf yakin Mew baik-baik saja diluar sana.

Teringat pada orang tuanya yang sempat bekerja sama dengan Mew untuk mengerjainya, Gulf langsung menekan nomor ayahnya untuk dihubungi.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu, ayahnya langsung menyahuti nya di seberang sana, "Ada apa malam-malam menelepon ku? kau bukan ingin menanyakan warisan lagi kan?"

"Sudahlah, lupakan dulu hal itu! sekarang aku ingin bertanya pada ayah."

"hmm, katakan!"

"Apa Mew mampir kesana?"

"Tidak, kenapa? apa dia tidak pulang ke rumah?" Gulf tak menjawab ayahnya dan hanya tetap diam menunggu perkataan selanjutnya.

"Mungkin Mew lelah dengan tingkah mu, itu sebabnya dia kabur dari rumah."

"Kalau tidak ada bilang saja tidak ada, jangan melantur kemana-mana." Gulf langsung menutup teleponnya karena merasa jawaban ayahnya hanya membuat emosinya tersulut, terlebih dirinya sedang merasa khawatir pada Mew.

Gundah bukan main, Gulf bertambah cemas saat Mew juga tidak ada di rumah orang tuanya. Tidak berpikir untuk menghubungi Jack, karena jika kerumah Jack pasti Off pun tau, sedangkan Jimmy dia tinggal dengan kedua orangtuanya dan satu kakak perempuannya, Mew tidak mungkin mau menginap di rumah Jim.

Tidak ada nomor orang kantor yang bisa di hubungi. Yang membuat Gulf khawatir berlebihan adalah ponsel Mew yang tak bisa dihubungi sama sekali sejak tadi.

"Yatuhan Mew ...kau di mana sebenarnya?"

Gulf terus mengecek ponselnya untuk memastikan jika ada nomor lain yang bisa dihubungi untuk menanyakan soal Mew.

Satu tangannya memegangi perutnya yang terasa sakit saat dirinya dikuasai khawatir dan cemas yang berlebihan. Gulf mondar-mandir sembari mengecek ponsel, hingga akhirnya terhenti saat semua lampu padam dan tak ada yang menyala satu pun.

Gulf sesak untuk sekejap, ia cepat-cepat mengatur pernapasan nya saat dibuat kaget karena lampu yang mati, ditambah perutnya yang terasa semakin sakit.

Menyalakan flashlight di ponselnya sebagai penerangan untuk menuju arah jendela. Saat dilihat rupanya ini mati lampu keseluruhan, semua rumah di sekitarnya ikut gelap tanpa penerangan.

Gulf pergi ke ranjang nya kemudian mendudukkan diri di atasnya. Perut bagian kirinya semakin menjadi rasa sakitnya, Gulf berusaha menetralkan pikiran dan perasaannya, ia menenangkan dirinya berharap rasa sakit bisa ikut berkurang sedikit demi sedikit.

Ingin sekali meneguk air putih, kerongkongannya dibuat kering dan haus, perutnya pun terasa seakan keram dan nyeri hingga membuat Gulf meremas seprei untuk menyalurkan rasa sakit yang dirasa.

Pucat sudah bibirnya menahan nyeri yang timbul di bagian perut, matanya ikut sayup dan berair. Keadaan sedang hujan besar, lampu pun seluruhnya padam, dan Gulf di rumah sendirian menahan rasa sakit yang bertubrukan dengan rasa cemas.

Di atas ranjang Gulf merebahkan tubuhnya, sembari mengelus-elus perutnya yang perlahan mulia berkurang nyerinya. Mengatur nafas sebaik mungkin, untuk bergerak dalam gelap tanpa pencahayaan.

"Junior, kau baik-baik ya! Mew sedang tidak ada di sini untuk menjaga kita, jadi aku mohon agar kau mau bekerja sama dengan ku ya .."

Gulf masih teringat dengan kabar Mew, entah dimana Mew sekarang? kemana Mew sebenarnya? tapi Gulf yakin jika Mew akan baik-baik saja di manapun berada, harapannya hanya itu untuk saat ini, semoga dua kesayangan nya baik-baik saja, Mew dan Mew junior.

Lelah karena menahan sakit, Gulf perlahan memejamkan matanya di tengah gelap tanpa penerangan. Hujan masih deras, Gulf sudah memejamkan mata, meski dirinya masih membawa cemas dan khawatir dalam tidur, tapi setidaknya badannya bisa beristirahat untuk malam ini.



☀️🌻
Kenapa tidak katakan!?





Thank you for reading🧚

Thalassophile S2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang