12.| Just The Two Of Us

8 0 0
                                    

Aku tak mengantarnya hingga bandara esoknya. Mamak pun memilih menemaniku saja di rumah. Kami berpisah di teras rumahku. Taksi bandara sudah menunggunya di luar pagar.

"Kamu jaga dirimu ya. Jaga kesehatan. Jangan kecapekan. " Pesan Zhuma.

"Bukannya aku yang harus bilang itu semua ke kamu ? " Balasku. Dia tertawa kecil dan menarikku dalam pelukannya. Kayaknya emang dia udah tak malu-malu lagi walau ada mamaknya di situ berdiri sambil tersenyum. Lalu dia menyalami mamak dan kemudian segera berangkat.

Demikianlah, bulan depannya dia kembali lagi ke Pontianak untuk resepsi kami yang memang dipaskan dengan jadwal libur semesternya. Proses berliku pengurusan surat nikah pun telah beres. Nikah di kota yang beda dengan alamat domisili emang ribet.

Resepsi pernikahan bertempat di sebuah hotel bernuansa alam di area Ayani 2. Konsepnya pesta kebun dan makanannya khas Kalimantan Barat semua.

"Kamu cantik banget. " Puji Zhuma. Tangannya tak lepas menggandeng tanganku. Aku diam saja hanya bisa menjawab dengan senyuman. Duh, Zhuma kayak ga ngerti aja aku gugup sampai sakit perut.

Tim kantor LSM datang dengan parade membawa perabot rumah tangga yang didahului dengan satu stel baju haram untuk dinas malam berwarna merah menyala yang dikibar-kibarkan oleh Heru. Ampun dah ! Seluruh tamu bersorak-sorak dibuatnya.

Pesta berlangsung meriah hingga akhir. Makanan berlimpah, booth karaoke tak pernah sepi, sesi foto-foto berlangsung hampir di semua spot. Emang dekorasinya indah banget sih. Anak-anak berlarian gembira di halaman. Beberapa malah sempat digendong oleh Zhuma. Dia emang bapakable, suamiable, dan pacarable. Hahaha...

Malamnya, di kamar hotel yang memang sudah dibooking dan jadi satu paket itu, kami duduk berdua di tepi ranjang. Bersisian, bergoyang-goyang kaki. Pastinya ini bukanlah malam pertama untuk kami jadi sama sekali bukan rasa gugup yang ada tapi rasa nyaman karena bisa bersama-sama dalam ruang dan waktu yang sama.

"Sayang.. " Panggil Zhuma. Aku menoleh.

"Kamu ga ada niat gitu untuk nyobain baju merah tadi ? " Tanyanya malu-malu.

Kuraih lingerie merah menyala itu dari meja rias. Mungkin mak Nor yg meletakkannya di situ.

"Baju ini transparan banget. Tak menutupi apapun. Dan pasangannya cuma setali ini. " Aku mengangkat g-string itu. Zhuma tersenyum lebar.

"Kan fungsinya bukan untuk menutupi, Sayang. Itu fungsinya untuk mengundang. " Katanya.

"Iya juga sih. Tar, kupake dulu." Lalu aku mulai melepas apa yang kupakai di depannya.

" Eit, coba pakainya di toilet dulu, nanti keluarnya kan bisa jadi surprise. " Sarannya.

"Okay. " Aku lalu beranjak ke toilet. Benar-benar tak menutupi apapun. Tapi aku jadi bergairah untuk menggodanya. Aku keluar dan mendekatinya.

"Gimana ? " Tanyaku. Mata
Zhuma membesar.

"Ini merk apa sih... Ntar beli yang banyak. Aku suka. " Katanya. Lalu mulai mendekat dan melancarkan aksinya.

Setahun berikutnya Zhuma telah menyelesaikan program magister dengan nilai fantastis. Dia kembali ke Pontianak dan meneruskan tugas mengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Dan aku tetap kerja di kantor bang Iwan itu. Tak lama setelah dia pulang, aku pun hamil.

Anak pertama kami perempuan. Berparas cantik seperti neneknya. Lahir 6 bulan yang lalu dan kini tengah jadi rebutan untuk digendong oleh keluarga besar Zhuma.

Saat ini kami tengah berada di rumah orang tua Zhuma. Pulang kampung dalam rangka Idul Fitri. Pastinya semua anggota keluarga berkumpul. Kakak dan abangnya yang tinggal di luar provinsi pun datang juga.

The Sky And Earth ConquerorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang