7.| Nothing But Love

4 0 0
                                    

Zhuma POV
************

Surabaya, panasnya seperti Pontianak namun dengan rasa berbeda. Aku berusaha menikmati dan beradaptasi dengan keadaan. Semua kulakukan dengan sabar, dari urusan administrasi perkuliahan hingga mencari kamar kost.

Kupegang kartu mahasiswa dengan nama dan nomorku itu di atas meja di cafe ini. Tampaknya cafe ini akan segera menjadi tempat nongkrong favoritku. Letaknya antara kampus dan kos. Sementara memang aku hanya berjalan kaki saja. Motor belum kubawa ke sini. Aku baru saja pamer pada Rosalinda tentang kartu mahasiswaku ini. Dan dia seperti biasa meledekku, "Jauh-jauh ke Surabaya masih jadi mahasiswa juga."
Tertawa aku dibuatnya. Gemas juga pingin memencet hidungnya.

Minggu pertama perkuliahan saja sudah mulai terasa aura serius dan persaingan yang tentu saja sehat karena yang keterima semuanya modal otak. Aku mulai mempersiapkan strategi agar bisa selesai lebih cepat atau setidaknya tepat waktu. Aku tak ingin membuat Rosalinda menungguku lebih lama.

Ada bunyi notifikasi whatsapp masuk. Kuketuk notifikasi itu di layar laptopku. Itu dari Rosalinda.

"Aku disuruh pulang ke Magelang sama bulikku. Eyang baru saja meninggal dan bapakku kena serangan jantung, jadi mesti masuk rumah sakit. "

Aku terdiam sesaat. Beratnya musibah yang menimpamu, Sayang... Bisik hatiku.

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun. Semua milik Allah dan akan kembali pada-Nya. " Begitu balasan yang kuketikkan.

"Aku berangkat besok lewat Jogja. " Lanjutnya.

"Udah ada tiket ? " Tanyaku.

"Udah. Tadi pesan.. "

"Yang kuat ya, Sayang. Semoga perjalanan lancar. Maaf aku tak bisa menemani. " Aku bisa menebak betapa galau hatinya. Dan aku tak berada di dekatnya.

Esoknya Rosalinda mengabarkan ia tiba di Magelang tepat sesuai perkiraan. Memang cukup lama perjalanan dari Pontianak ke Jogja dengan pesawat, dilanjutkan dengan bis ke Magelang. Katanya, daerah rumah eyangnya itu udah masuk ke pedesaan, berarti jarak tempuh makin bertambah.

Sayangku itu pun mengirimkan foto rumah eyangnya yang merupakan rumah joglo besar berhalaman luas. Kutebak, si eyang dulu pastilah tuan tanah kaya raya. Lihat saja rumahnya itu. Tak semua orang bisa memiliki rumah sebesar dan sebagus itu.

Kemudian dia juga mengirim foto ruangan iccu di mana bapaknya sedang dirawat. Tak ada yang diperbolehkan masuk selain petugas dan perawat. Tak lama dia meneleponku.

"Zhumaaa.. " Ia merengek.

"Apa Sayang ? " Tanyaku.

"Kamu bisa sini ga ? Temenin aku. "

"Ga bisa dong, Sayang. Kan kita beda kota."

"Coba terbang ke sini, sebentar aja. Bisa kan ? " Bujuknya absurd.

"Aku kan ga punya sayap, Sayang. " Gombalku.

"Iya. Aku tau. Aku cuma becanda. Aku cuma kangen. " Gitu katanya yg membuat hatiku meleleh.

"I love you, Rosalinda. " Bisikku.

"Iya aku tau. " Jawabnya. Masih juga ada nada suara tengil itu.

"Kenapa engga balas dengan I love you, too. " Aku mengingatkannya.

"That soo not me. " Jawabnya singkat.

Aku tersenyum tipis. Terbayang julukannya dulu. Tupai. Selalu saja ceria dan gercep lompat-lompat dalam bayanganku. Kuharap ia kuat menghadapi ujian ini.

"Sayang, jaga kesehatan ya. Aku ga mau kamu sakit. " Kataku.

"Iya sayang. Kamu juga. " Katanya.

Lalu kami mengakhiri percakapan. Katanya perawat mau bicara dengannya.

The Sky And Earth ConquerorNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ