8.| Di Kaki Gunung Arjuna

2 0 0
                                    

Zhuma POV
************

"I miss you, already. " Kata Rosalinda sambil mengecup pipiku.

"Ya, aku emang ngangenin kan ? " Godaku. Dia tertawa kecil dan mencubit lenganku dengan gemas. Tidak sakit sama sekali.

" Aku pergi ya. Jaga dirimu. " Pamitku. Lalu masuk ke dalam taksi online yg akan mengantarku ke stasiun Tugu, Jogja.

"Kamu jugaaaa. " Katanya sambil melambaikan tangan padaku.

Malam itu aku duduk di kereta dari Jogja ke Surabaya. Tanganku ini masih merasa menggenggam erat tangannya walau pada kenyataannya Rosalinda kutinggalkan di sana bersama keluarganya. Rasa rindu dan kehilangan ini jauh lebih berat dari sebelum-sebelumnya.

Roti karamel dan teh hangat ini menemaniku di kereta. Mungkin nanti aku akan pesan makan malam dari menu restoran kereta.

Sebuah panggilan telepon masuk dari mamakku.

"Assalamu'alaikum," Sapaku.

"Waalaikumussalam. Dek, ada dimana sekarang ? " Tanya mamak.

"Di kereta mak. Kereta malam nuju ke Surabaya. "

" Rosalinda ikut denganmu, kah ? "

"Ndak mak. Dia masih jaga bapaknya di rumah sakit."

"Mamak terkejut tadi tuh, kau menikah tiba-tiba."

"Dedek pun ndak nyangka, mak. Semua permintaan bapaknya. Kayak yang kemaren Dedek bilang. "

"Selamat ya, Dek. Mamak tak sangka secepat ini kau jadi suami orang. Kau tau kan tanggung jawabmu atas dia itu dunia akhirat. Kau langit dan buminya dia, Dek. "

"Iya mak. Dedek siap. " Suaraku bergetar. Ada rasa haru yang tiba-tiba hadir di hati.

Semacam ada rasa bersalah karena aku mendahulukan Rosalinda, sementara aku pernah berjanji pada diri sendiri untuk membahagiakan ibuku, mengajaknya jalan-jalan ke tempat-tempat yang ia suka dan membelikan apa saja yang mamakku inginkan. Kenyataan bicara lain, namun kuharap aku masih berkesempatan untuk memenuhi janjiku itu.

"Sudah kau tunaikan kewajibanmu sebagai suami, Dek ? " Pertanyaan mamak ini terlalu personal sih, tapi bagaimana pun dia mamakku.

"Sudah mak, tadi siang. Hahaha.. " Aku tertawa. Terlintas sekelebat memori tercipta tadi siang di kamar hotel.

"Bagaimana dia, bisa menerimamu tidak ? "

" Bisa mak. Rosalinda udah dewasa, mak. Menerimaku apa adanya. "

Terbayang senyum manis Rosalinda. Berganti dengan wajah teduh mamakku. Dua perempuan yang sangat kusayangi. Lalu telepon pun diakhiri dengan sederet doa darinya.

Hari-hari berikutnya aku tetap menyemangati diri sendiri untuk menjawab tantangan hidup dan belajar di Surabaya. Kadang Rosalinda menelepon atau menggangguku dengan chat random. Seandainya kami bisa bersama-sama saat ini.

Akhir pekan, Rosalinda mengabari kalau bapaknya sudah boleh pulang. Lalu mereka pulang ke desanya di pinggiran Magelang. Katanya, Rosalinda bakal menemani bapaknya beberapa hari sebelum pulang ke Pontianak. Aku cuma bisa mengiyakan. Dan rasanya ingin cepat-cepat libur semester agar bisa pulang. Bertemu Sayangku itu, dan duduk bersanding dengannya di pelaminan.

Hari Senin siang pas ada mata kuliah, sebaris pesan whatsapp masuk dari Rosalinda.

"Zhumaaaaa... Jemput aku sejam lagi di Stasiun Gubeng, yaaaaa. "

Pastinya aku auto panik. Dosen masih cuap-cuap itu di depan, dan jarak kampus ke Gubeng ada kali 1 jam.

Rosalindaaaa... Becanda terus. Aku bergegas mengemasi barang-barangku dan memasukkannya ke dalam ransel. Segera aku izin pada dosen dan segera pula aku terbang ke luar mencari ojek online.

The Sky And Earth ConquerorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang