Chapter 9: Wound

8.6K 904 34
                                    

Chapter 9 ^^ Terus ingatkan aku kalau ada yang kurang sama cerita ini oke?

Mampir juga ke Dramione-Magic. Ayo cek work ku ^^ cerita baru lhooo...

 Ayo cek work ku ^^ cerita baru lhooo

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

[s i n o p s i s]

Malfoy sudah terselamatkan dari ancaman mendekam di Azkaban. Hermione pikir, pemuda angkuh itu akan sedikit menjaga sikap, minimal tidak lagi mencari masalah dengannya dan sahabat-sahabatnya. Sialan, buang saja harapan itu ke laut! Dia masih memanggilnya Mudblood, tiba-tiba jadi saingannya dalam hal pelajaran, menjawab semua pertanyaan Profesor dan yang paling gila, jadi partnernya sebagai Ketua Murid!

Bertengkar, bertengkar dan terus saja seperti itu. Mereka terus mencari taktik menjatuhkan satu sama lain. Kedatangan seorang murid pindahan Durmstrang bernama Louis Halington membuat perasaan mereka bercampur aduk. Dan setelah mereka sama-sama jatuh pada sesuatu yang namanya cinta, habislah kedua penyihir paling cerdas di Hogwarts itu.

"Bloody Hell!" Dan Ron akan menyanyikannya setiap hari akibat ulah Malfoy dan Granger.

.
.

"Tidak makan eh Granger? Tidak lapar ya? Kurasa perutmu kepenuhan lumpur."

"Suka detensinya Malfoy? Kuharap kau sering-sering menggosok kamar mandi ditempat ini dengan tanganmu."

..........

Selamat membaca ^.^

***

Hermione merutuki dirinya sendiri ketika sadar bahwa dirinya jatuh pingsan untuk yang kesekian kalinya. Dan lagi lagi Draco yang membantunya.

"Kau sudah bangun?" Tanya Draco dari pintu.

Hermione hanya bergumam pelan sebagai jawaban. Draco masuk membawa nampan berisi makanan yang sepertinya akan diberikan kepada Hermione.

"Makanlah. Jika kau terus menerus pingsan seperti itu, bukannya membantu kau justru merepotkanku saja" kata Draco pada Hermione.

Hermione merubah posisinya menjadi bersandar pada kepala ranjang. Draco pun menempatkan nampan itu diatas paha Hermione agar gadis itu dapat memakan makanannya.

Hermione menatap nampan dihadapannya tanpa selera. Hal yang tadi terjadi terus berputar di kepalanya. Baru saja ia mendapat kabar tentang sahabat sahabatnya.

"Makanlah, Hermione." Perintah Draco melihat Hermione masih asik melamun

"Aku tak bernafsu, Draco. Melihat makanan ini seperti melihat batu. Aku benar benar tidak ingin makan " jawab Hermione mulai gusar karena Draco.

Draco merebut nampan itu dan kemudian mulai menyuapkan dengan paksa sesendok demi sesendok nasi ke mulut istrinya.

Hermione dengan pasrah menerima bertubi tubi suapan dari Draco yang terus bersambutan tanpa henti.

Sampai ketika piring piring yang tadi terisi itu kini kosong, Draco mulai menyeringai.

"Sepertinya kau tidak mau makan kalau tidak kusuapi ya?" Goda Draco.

"Astaga, sepertinya kenarsisanmu tidak kenal waktu untuk muncul ya?" Balas Hermione.

"Aku tidak sedang merasa seperti itu. Aku bicara berdasarkan fakta, Mrs. Malfoy" kata Draco lagi.

"Terserah padamu, Draco." Kata Hermione akhirnya.

"Baiklah. Aku pergi dulu. Ini sudah sore. Jadi jangan berkeliaran diluar. Aku tidak mau hal tadi terulang kembali. Kau mengerti? Aku mungkin akan kembali malam nanti" Kata Draco memperingati Hermione.

"Kau mau kemana memangnya?" Tanya Hermione.

"Hanya keluar untuk mengurus sesuatu. Kau tidak perlu tahu aku kemana. Yang pasti ingat pesanku tadi. Jika kau tidak mengikutinya aku tidak jamin bisa menolongnu jika kau terjebak dalam posisi seperti tadi." Ucap Draco.

"Baiklah aku mengerti" Hermione mengalah agar mereka tidak bertengkar lagi.

Setelah itupun Draco pergi dari sana untuk mengurus entah hal apa.

Hermione memutuskan untuk madi dan berganti pakaian karena sejak ia mandi tadi pagi, tubuhnya belum terjamah air bersih lagi.

Dia baru menyadari ternyata ia pingsan cukup lama. Efek dari makanan yang diberikan Draco membuat tubuhnya tidak selemas tadi. Sungguh ia benar benar shock atas kejadian pagi ini. Hampir saja tubuhnya digerayangi oleh Death Eaters berwajah mesum itu. Ia bergidik ngeri ketika membayangkan apa yang akan terjadi jika Draco tidak menolongnya saat itu.

Mungkin saat ini dia sedang menangis karena harta berharganya direnggut oleh orang asing.

Hermione segera menepis bayangan bayangan buruk yang hinggap dikepalanya. Ia menyampirkan handuk di bahunya dan mulai berjalan menuju ke kamar mandi.

Pikirannya sedikit merileks ketika kepalanya tersentuh air dari pancuran shower yang menyegarkan tubuhnya.

***

Hermione POV

Benar benar ular berbisa!! Omongannya sama sekali tidak dapat dipercaya. Dia bilang dia mungkin kembali malam ini. Mungkin jika dia terlambat beberapa jam aku tidak akan semarah ini.

Tapi dia sudah tidak pulang TIGA MALAM.

Tiga malam itu keterlaluaaan!!! Berhari hari aku makan tidur dan makan lagi sendirian tanpa ada yang menemani...

Saat aku akan menyeduh teh untuk ku nikmati di common room, tiba-tiba Draco datang dari pintu masuk dengan langkah yang lemah dan wajah kusut.

"Kenapa kau terluka di sekujur tubuh, Malfoy? Demi Merlin. Dan kemana perginya kau beberapa hari ini, ha?!" Aku segera menghampirinya yang masih mematung di dekat sofa.

Tidak ada peringatan. Ia menarikku cepat. Menyandarkan kepalanya di perutku disaat dia jatuh terduduk di sofa.

Isakan kecil mulai terdengar membuatku ragu benarkah Draco Malfoy tengah menangis?

"Aku tidak mau melihat wajah mereka lagi..." gumamnya pelan.

Aku mengusap kepalanya lembut.

"Ayo bersihkan dulu tubuhmu. Setelah itu ceritakan padaku apa yang terjadi..." aku menuntunnya ke kamar mandi sambil membawa handuk bersih. Dia masih diam mematung. Draco yang seperti ini benar-benar menyedihkan..

Aku melepaskan kemeja hitam Malfoy yang sudah bercampur tanah dan darah itu.

Hatiku seperti teremas kencang saat kulihat banyak bekas luka di sepanjang punggungnya.
Sial ini bahkan lebih mengerikan dari luka 'mudblood' milikku.

Saat aku membersihkan badannya dengan air, ia mengepalkan tangannya menahan perih. Tak lupa juga aku balutkan perban di punggung dan lengannya agar tidak infeksi.

Setelah itu, aku membaringkan Draco di ranjangku dan naik ke tempat kosong di sampingnya.

Dia berbalik menghadapku, langsung merengkuhku dalam pelukannya. Ini, aneh tapi terasa benar.

"Apa yang terjadi, Malfoy?" Tanyaku pelan.

Dia hanya diam tanpa mau bicara. Setiap malam selalu seperti itu. Dia pulang dengan penuh luka lalu mendekapku erat tanpa mau buka mulut...

Entah apa yang terjadi, aku mulai bersedih melihat keadaannya... aku... menyayanginya. Tidak mau dia terus terusan seperti ini...

***

Tbc

[END] Dramione-The Other Side of MalfoyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin