BAB 10: Mimpi 🔞

6.9K 173 1
                                    

Helaian rambut panjang Rosea terlihat berantakan di atas bantal berwarna putih, wanita itu terbaring telanjang dengan wajah yang merah dan tatapan mata sayu, bibir mungilnya bergetar berbicara sesuatu yang tidak dapat didengar.

Leonardo yang berada di atasnya menjawab dengan kecupan singkat di tulang selangkanya, menjilatnya dan menggigit sisi tengkuk Rosea, membisikan sesuatu padanya dengan senyuman.

Aroma Rosea seperti anggur, dia membawa sesuatu yang adiktif dan membuat Leonardo tidak berhenti mengecupi permukaan kulitnya.

Rosea berpegangan pada permukaan seprai, tubuh kecil telanjangnya terangkat begitu Leonardo menarik pinggangnya ke atas.

Leonardo semakin membungkuk, sepasang matanya yang berwarna biru itu terlihat gelap tertutup oleh kabut gairah yang tidak dapat dipadamkan dengan mudah. Jantung Leonardo berdegup memacu tidak beraturan, pemandangan Rosea yang berada di bawahnya bak sebuah lukisan yang tidak bisa dia rasakan hanya dari sudut, Leonardo ingin menikmatinya di setiap sudut tanpa terlewatkan.

Leonardo mengusap wajah cantik Rosea dan mengusap bibirnya yang gemetar, tubuh Leonardo membungkuk, mencumbu dada Rosea yang terguncang.

Tatapan membara Leonardo tidak berhenti memandangi wajah Rosea, menikmati setiap detik ekspresi yang ditunjukan wanita itu setiap kali miliknya bergerak di dalam tubuh Rosea.

Leonardo mendengus kesal, terbuai dalam keindahan tubuh Rosea dan suara rintihannya yang menggoda.

Rosea mengeliat dalam hentakan yang lebih kuat, wanita itu terengah dengan napas tersendat-sendat sampai lupa bernapas, tangannya berusaha menggapai Leonardo, memeluk hangat bahu lebar yang mengungkuknya.

Bibir Leonardo terbuka, napasnya sempat tertahan merasakan ada letupan hangat di perutnya, cumbuan Leonardo berpindah ke atas, mengecupi setiap sudut wajah Rosea dan berakhir dengan ciuman yang dalam.

Kaki jenjang Rosea menengang, menekan permukaan ranjang, pelukannya menguat pada bahu Leonardo, kepalanya terjatuh ke belakang, seluruh tenaganya tercabik bersama pelepasan.

Rosea bergerak lemah mencoba melepaskan diri, namun Leonardo menahannya.

Leonardo tidak ingin melepaskanya, dia ingin menahan Rosea lebih lama lagi agar berada dalam pelukannya lebih lam lagi, menikmati waktu yang mereka lakukan di bawah sinar matahari pagi yang baru muncul.

“Aku mencintai kamu Sea,” ucap Leonardo mengecup punggung Rosea yang membelakanginya.

Wanita itu tersenyum samar, meraih wajah Leonardo dan mengecup pipinya.

Suara ketukan di pintu berhasil menarik seluruh mimpi Leonardo,  pria itu tersentak kuat, terbangun dari tidur singkatnya di kursi kerja.

Leonardo membuang napasnya dengan berat, pria itu mengusap wajahnya dengan kasar dan mengerang frustasi, bisa-bisanya dia dihantui mimpi panas ditengah siang bolong seperti ini.

Tangan Leonardo terkepal kuat, dia hanya bisa memaki dirinya sendiri di dalam hati. Apakah masih tidak cukup dia dibuat gelisah sepanjang malam karena mimpi yang sama? Kenapa mimpi itu menyerangnya juga disiang hari seperti ini?

“Sialan, ini tidak adil,” bisik Leonardo memaki.

Leonardo merasa seperti tidak mendapatkan keadilan, dia terus disiksa oleh kerinduan dan perasaan yang semakin hari semakin kuat, curangnya Rosea melupakan segalanya tentang Leonardo.

Suara ketukan di pintu kembali terdengar terdengar. Tidak berapa lama seorang wanita berambut pirang datang membuka pintu, dia memberitahukan jika Leonardo kedatangan tamu.

Begitu tahu Jacob orang yang ingin menemuinya, Leonardo segera beranjak dari kursi kerjanya dan berpindah ke sofa dekat jendela.

Jacob memasuki ruangan Leonardo dengan langkah gugup dan perasaan was-was, Jacob langsung tertekan hanya dengan melihat sepasang mata Leonardo yang menatapnya. Leonardo Abraham, pria itu tidak ada bedanya dengan seekor pemangsa buas.

Obsession My-ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang