BAB 5: Alasan

4.7K 204 8
                                    

“Aku tidak ingat siapa kamu dan apa yang telah terjadi di antara kita berdua, aku mengalami kecelakaan delapan bulan yang lalu dan mengalami amnesia.”

“Katakan sekali lagi,” desak Leonardo tidak percaya.

Tubuh Rosea menegang merasakan himpitan tubuh besar Leonardo yang kian menekannya di pintu, Leonardo membungkuk, meraih wajah Rosea agar mereka bertatapan.

Wajah Rosea terangkat dalam tangkupan tangan besar Leonardo.

Leonardo berusaha mencari-cari apakah ada kebohongan di mata Rosea?

Jika apa yang Rosea katakan benar, lantas inikah alasan Rosea bersikap biasa saja saat mereka kembali bertemu semalam? Ataukah Rosea sengaja membuat alasan agar dia bisa menghindar darinya?

Ibu jari Leonardo bergeser, menekan bibir lembut Rosea dan memisahkannya.

Wajah Rosea memerah, malu dan marah dengan sentuhan fisik yang keterlaluan lancang dari orang asing yang baru kedua kalinya bertemu.

“Kamu tidak berbohong kan Sea?” Leonardo masih tidak percaya.

Napas Rosea tertahan, seluruh darah di nadinya memanas berdesir, merespon sentuhan Leonardo yang mengusap wajahnya dan tatapan yang tajam  membuat Rosea terintimidasi.

Ibu jari Leonardo yang basah, mengusap kembali bibir Rosea. “Jawab aku Sea, kamu tahu kan konsekuensinya jika berbohong padaku,” desak Leonardo mendikte.

“Mengapa aku harus berbohong padamu?” tanya balik Rosea tidak terima, dia tidak suka didesak seakan dia seorang penjahat yang harus mengakui kesalahannya.

“Apa yang telah terjadi padamu?” suara Leonardo berubah lebih lembut.

“Itu bukan urusanmu.”

“Ini urusanku juga, jika kamu tidak mau memberitahu, aku akan mencaritahunya sendiri.”

“Terserah kamu! Sekarang Lepaskan aku,” jawab Rosea berusaha mendorong dada Leonardo agar pria itu menjauh.

“Kali ini aku akan membiarkan kamu pergi, tapi jangan berharap dengan alasan kamu hilang ingatan, bukan berarti pembicaraan kita selesai Sea,” ucap Leonardo terdengar serius.

Perlahan Leonardo melepaskan Rosea dan memberinya jarak.

Rosea berbalik dengan cepat dan menarik pintu yang ternyata masih dikunci. Rahang Rosea mengetat menahan kekesalan, dia tidak habis pikir mengapa bisa seseorang mengosongkan gym sebuah hotel besar semudah ini.

“Buka kuncinya,” pinta Rosea dengan suara menajam, matanya memerah menahan amarah dan tangisan ketakutan yang kian mendesak.

Sudut bibir Leonardo terangkat membentuk senyuman, dia kembali mendekat dan berdiri di belakang Rosea tanpa menyisakan jarak.

Perasaan rindu masih mengakar kuat di dalam hati dan pikiran Leonardo, berat untuknya membiarkan Rosea pergi keluar dari ruangan itu. Leonardo masih ingin menahan Rosea, meski tidak ada yang mereka lakukan, bahkan meski hanya untuk berbicara omong kosong.

Rosea tersentak kaget, merasakan pelukan Leonardo di belakangnya.

“Apa yang kamu lakukan?” Tanya Rosea kian takut.

“Aku hanya ingin memeluk kamu sebentar saja Sea, dua menit,” bisik Leonardo penuh permohonan.

“Tidak, lepaskan aku dan buka pintunya,” jawab Rosea membentak.

“Baiklah.”

Rosea membeku, merasakan kecupan tidak terduga Leonardo di sisi tengkuknya. Leonardo mengetuk pintu beberapa kali dan membuat seseorang yang menunggu di luar segera membuka kembali pintu gym.

Obsession My-ExWhere stories live. Discover now