Brugh! Karena sangking senangnya, tak sengaja Aika menabrak seseorang. Mengakibatkan ia dan orang itu terjatuh. "Gom..." tiba - tiba saja, mulut Aika kaku, saat melihat pria yang ditabraknya tadi ternyata adalah Midorima.

Tanpa banyak bicara, Midorima langsung berdiri, ia mengulurkan tangannya pada Aika, "aku membantumu hanya untuk sekedar formalitas nanodayo," Midorima mengulurkan tangannya sambil memalingkan wajahnya.

"A-arigatou... Midorima-kun..." Aika langsung berlari menuju kelas barunya. Ia harus segera pergi dari hadapan Midorima. Ia tidak mau dianggap aneh oleh orang yang ia sukai.

Drap! Drap! Drap! Sreekk..! Brugh! Dengan rusuhnya, Aika berlari menuju kelasnya, menimbulkan suara gaduh di sepanjang lorong yang ia lewati, lalu menarik pintu kelas dengan kencangnya dan menaruh tas di meja sebelah Aimi dengan sedikit dibanting, sangking malunya.

"Apa sih, pagi - pagi udah rusuh aja," Aimi menatap Aika dengan tatapan yang aneh.

"Mido-Midorima... dia tadi memegang tanganku, Aimi-chaaaaannn!!!" jerit Aika dengan senangnya.

Aimi menutup telinganya yang terasa sedikit pengang ketika mendengar teriakan Aika. "Tidak usah teriak - teriak begitu, nanti orangnya dengar. Bukankah dia sekelas dengan kita?" tanya Aimi dengan cuek sambil menggosok - gosokkan kedua telinganya.

Aika langsung membungkam mulutnya saat matanya menangkap sosok pria yang sejak tadi mereka bicarakan. "Mi-Mido..." gumamnya sangat pelan, tapi masih dapat didengar oleh Aimi yang sekarang sedang memutar bola matanya dengan sebal melihat tingkah ajaib sahabatnya itu.

Tiba - tiba saja, ada pemuda berambut hitam yang berdiri di sebelah Midorima. Menarik - narik lengan pria itu untuk menuju ke tempat Aimi dan Aika. "Di-dia kesini Aimi-chan..." bisik Aika, tapi sayangnya Aimi hanya menyibukkan dirinya dengan novelnya.

"Mi-chan! Ohayou~~" sapa si pria berambut hitam dengan senyum lima jari menghiasi wajahnya.

"Hm..." jawab Aimi hanya dengan gumaman saja. Ia masih terlalu asik dengan dunianya sendiri.

Karena hanya ditanggapi dengan gumaman, Midorima langsung merebut novel Aimi, hingga gadis itu menolehkan pandangannya pada Midorima, "apa sih!?" ketus Aimi.

"Kalau orang memberi salam kepadamu, kau harus menjawabnya nanodayo," Midorima menatap Aimi dengan sebal.

Aimi melipat tangannya di depan dada, "kenapa? Kau peduli? Midorima Shin-tarou?" ucap Aimi sambil memasang wajah datarnya.

"Tidak nanodayo. Aku tidak peduli," elak Midorima.

"Whatever. Kembalikan," Aimi menunjuk novelnya yang sedang dipegang Midorima.

Midorima langsung meletakkan novel itu di meja Aimi, lalu meletakkan tasnya di kursi kosong yang ada di depan Aimi. "Hey... kenapa kau disitu sih? Seperti tidak ada tempat lain saja," keluh Aimi.

"Satu - satunya tempat yang paling dekat denganku ya disini nanodayo," ucap Midorima cuek, lalu pria bersurai hijau itu duduk di tempatnya.

"Sekarang, kenapa kau juga malah duduk di sebelah ku?" tanya Aimi sambil memangdang Takao yang tengah duduk di bangkunya yang berada tepat di sebelah kiri Aimi.

"Hehehe, Mi-chan... kita kan sudah berteman sejak kelas satu. Masa... aku tidak boleh duduk di sebelahmu, sih?" tanya Takao sambil menunjukkan senyum tercerahnya yang mungkin saja, bisa mengalahkan cerahnya sinar matahari.

"Memangnya, sejak kapan kita berteman?"

"Wah... Aimi-chan jahat sekali. Kau membuat hatiku terluka loh..." Takao menunjukkan wajah terlukanya yang malah membuatnya terlihat lucu.

"Ppfffttt..." Aika membungkam mulutnya, berusaha untuk tidak tertawa karena melihat ekspresi pria yang ada di depannya ini.

"Oh iya, Mi-chan. kau tidak meu mengenalkanku padanya," Takao menyenggol lengan Aimi sambil menaik - turunkan kedua alisnya.

"Kenalan saja sendiri. Kau punya mulut' kan?"

Aika menyenggol lengan Aimi, "tidak boleh begitu Aimi-chan..." Aika menasehati Aimi yang sepertinya tidak ditanggapi oleh gadis tersebut.

Aika mengulurkan tangan kanannya ke arah Takao, "perkenalkan, namaku Onizuka Aika," Aika tersenyum manis kepada Takao.

Takao langsung menyambut uluran tangan itu dengan semangat, "perkenalkan, namaku Takao Kazunari."

Setelah berbincang - bincang dengan Aika, Takao menengok ke depan, ke Midorima tepatnya. "Hey Shin-chan, kau tidak mau berkenalan dengan teman kita?" tanya Takao.

"Untuk apa nanodayo? Aku sudah mengenalnya nanodayo," ucap Midorima tanpa mengalihkan pandangannya pada si penanya.

"Oh ya? Kau sepertinya sangan memperhatikannya ya?" tanya Aimi.

"Tidak nanodayo!" bantah Midorima terlalu cepat, yang berhasil membuat Aimi menyunggingkan senyum miringnya.

"Oh ya...? Aku ragu akan hal itu," Aimi menatap punggung tegak Midorima dengan tatapan tajamnya.

"Ta-tadi dia kan sudah mengenalkan namanya nanodayo. Kau ini bodoh atau apa sih!?"

Aimi memutar bola matanya dengan malas, "kalau aku bodoh, aku tidak mungkin menjadi peringkat ke 2 seangkatan kita ini."

"Itu tandanya kau masih lebih bodoh dari ku, nanodayo."

Ingin rasanya, Aimi melempar kotak pensil besinya ke wajah tampan Midorima saat itu juga. Tapi sayangnya, hal itu tidak bisa dia lakukan, karena system dan hokum di sekolahnya ini sangat kuat. Dilarang melanggar peraturan sekolah. Sekali melanggar, kau akan kena hukuman yang berlipat - lipat.

Awas... kau... geram Aimi dalam hati.

Melihat suasana yang agak tegang, Aika langsung bingung sendiri, "Anoo... Aimi-chan... tenangkan pikiranmu..."

"Akan ku coba." Sreek...!! Dengan gerakan yang cepat, Aimi mendorong kursinya ke belakang, lalu bangkit dari duduknya, dan berjalan keluar kelas dengan langkah panjangnya.

"Aimi-chan! mau kemana!? Sebentar lagi sensei datang!" teriak Aika saat melihat sahabatnya berjalan keluar kelas dengan langkah panjangnya. Kalau dikejar pun, ia rasa percuma. Aimi sangat mudah menghilang dari penglihatan.

"Dasar, anak itu pasti mau membolos lagi, nanodayo," cibir Midorima.

Saat Aika ingin menanyakan ucapan Midorima barusan, sensei tiba - tiba saja datang. Hal itu membuatnya mengurunkan niatnya sejenak, dan Aika pun kembali ke tempat duduknya, tepat berada di sebelah kanan Midorima.

Love?Where stories live. Discover now