Episode 9 : Kebenaran

Start from the beginning
                                    

Anda
Jangan tanya|
Gue bakal ngasih apapun yang lo|
mau kalo lo berhasil
Nggak, lo harus berhasil|

Shailendra
|Lo ga kayak biasanya Al
|Tapi oke deh, lo kan bos gue!
|Santai aja bos, ga ada imbalan juga bakal gue lakuin kok

Anda
Thanks|

.
.
.

Alrescha mematikan ponselnya, menyugar rambutnya ke belakang lalu pergi ke kamar mandi untuk mendinginkan pikirannya.

Butuh sekitar sepuluh menit untuk ia selesai mandi. Handuk putih melilit pinggangnya menutupi bagian yang seharusnya ditutup. Air menetes dari rambutnya yang belum kering meluncur di sepanjang tubuh indahnya dan menghilang di balik handuk.

Alrescha mengeringkan rambutnya, mersih ponsel yang ada di meja belajar dan menekan nomor telepon Arabella yang belum lama ini ia dapatkan.

Drrrttt! Drrrttt! Drrrttt!

Ponsel Arabella berbunyi saat ia baru saja sampai di depan gerbang rumahnya sehabis membeli tisu dan pil penambah darah.

"Iya, halo? Tumben lo nelfon gue Cha. " sapa Arabella begitu telepon terhubung.

"Lagi ngapain? " suara berat nan merdu itu menusuk telinga Arabella membuat dirinya kehilangan akal sejenak.

"Ini lagi pulang habis beli sesuatu. " Arabella membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam. Tidak membiarkan angin malam yang dingin terus melekat padanya.

"Ku dengar kau mengunci Angel saat jam olahraga tadi. Apakah itu benar?! " suara tak mengenakkan segera menyambut Arabella membuat laki laki di ujung telepon tidak jadi bicara.

"Aku tidak melakukannya! " Arabella menatap ayahnya dengan dingin. Jarinya siap menekan tombol untuk memutus sambungan telepon tapi suara magnetik kembali terdengar seolah olah tahu apa yang akan dia lakukan. "Jangan dimatikan. "

Jari Arabella segera berhenti. Pada akhirnya ia hanya memegang ponsel itu dengan erat tanpa mematikan sambungan telepon.

"Bukankah hanya kau yang menghilang saat Angel terkunci di kamar mandi?! Dan kau masih ingin membantah?! "

"Apa kau tau seberapa takut Angel saat itu?! Anak sialan! Aku sangat malu memiliki anak seperti mu! Lebih baik kau ikut mati saja bersama ibu mu! " bentaknya dengan jijik.

"Brengsek! Jangan bawa bawa ibu ku! " bentak balik Arabella dengan dingin. Ia masih bisa menoleransi orang yang menghina dan menyiksanya tapi jika orang orang berharganya terlibat, dia tidak bisa menoleransinya lagi.

"Beraninya kau memanggil ayah mu seperti itu! "

Plakkk!

Grady menampar pipi Arabella dengan keras sampai sudut mulutnya berdarah. "Berani membalas ucapan ku, apakah kau masih mau di kurung dalam gudang gelap itu?! "

"Pa.... Papa jangan sakiti kakak! " suara Angelia yang lembut berhasil mengembalikan ketenangan Grady.

"Suami ku, Arabella pasti tidak sengaja melakukannya. " sahut Vita menyentuh tangan suaminya dengan lembut.

"Bagaimana bisa ada orang tanpa sengaja mengunci adiknya di kamar mandi?! Jelas jelas dia sengaja! "

"Sudah ku bilang itu bukan aku. Siapa tau dia yang melakukannya sendiri. " cibir Arabella. Tanpa berusaha di sembunyikan, ia menatap ketiga orang itu dengan jijik.

Plakkk!

Sebuah tamparan kembali mendarat di pipi Arabella yang masih mulus.

"Ibunya saja tidak terdidik pantas saja anaknya juga tidak terdidik! " umpat Grady dengan marah.

Arabella menatap ayahnya dengan remeh. "Aku juga heran kenapa ibu bisa suka pada bajingan binatang sepertimu. Jika itu aku, aku lebih memilih mati dari pada menikah dengan mu! "

"Anak kurang ajar! " Grady memukul perut Arabella hingga gadis yang dasarnya sudah lemah itu jatuh terhantuk meja.

"Ella! " suara yang penuh kekhawatiran berhasil menyadarkan Arabella dari serbuan rasa sakit yang datang tiba tiba.

"Aku baik baik saja. " bisiknya pada telepon yang ia genggam.

Arabella menyeka darah yang keluar dari sudut bibir dan menatapnya dengan jijik. "Betapa menjijikkannya darah mu yang kotor mengalir di tubuh ku. "

"Tunggu apa lagi?! Kakak dan pembantu yang selalu menolong ku tidak sedang berada di rumah, kenapa kau tidak memuaskan dirimu sendiri?! "  Arabella bangkit dan merentangkan tangannya seolah menyambut segala macam kekerasan yang akan di berikan.

"Kakak! " teriak Angelia dengan sedih.

"Anak sialan! " Grady menggertakkan giginya menahan emosi. Ia ingin terus memukul anak kurang ajar itu tapi jika saat Ravindra pulang dari perjalanan bisnis melihat kondisi adiknya yang babak belur anak itu pasti akan marah.

Dia masih mengandalkan kejeniusan Ravindra untuk mengembangkan perusahaannya!

Melihat ayahnya sama sekali tidak bergerak, Arabella berjalan pergi sambil mencibir. "Penakut. "

"Brengsek! " Grady membanting vas bunga di atas meja hingga pecah menjadi berkeping keping.

"Papa! "

"Suamiku! "

Jadi Antagonis Dalam Novel [End]Where stories live. Discover now