"Tikus? Kenapa bisa ada tikus?"

"Karl juga gak tau Ma, cepet usir dia dari sepatu Karl. Itukan sepatu kesayangan Karl,"

"Kak Ello, cepet basmi!"

Rasello beranjak dan mengeceknya. Sedangkan semua orang tetap di bawah menunggu. Setelah melihatnya, Rasello tertawa. Sepertinya dia juga tahu ini ulah siapa.

"Ma, Cia berangkat duluan."

"Ka-"

Kaycia memotong ucapan Keenan. "Kak Keen duluan aja, Cia udah di jemput Rere temen Cia. Bye ..." tanpa menunggu lama, dia pun pergi dengan sedikit berlari. Dia takut Karl mengamuk padanya.

"Ini yang kamu maksud tikus?" Rasello menenteng tikus mainan ditangannya.

Karl hampir saja menjatuhkan rahangnya, "CIAAA!!!" Karl berlari ke pekarangan dan menemukan Kaycia memasuki mobil.

"WOYY BERHENTI LO! BENER-BENER LO YE!"

"Re cepet Re ... Gass!!!"

"Hah? Kenapa?"

"Udah gas aja sebelum bunglon jadi-jadian ngacak-ngacak mobil lo!"

"I-iya ..."

"WOYY!!!" Karl melempar tikus mainan itu ketika Kaycia bersama temannya melaju. Sial sekali paginya. Sudah diputusi pacar pertamanya, kini malah dikerjai oleh Kaycia.

Kaycia menengok kebelakang dan bernafas lega. Di pun tertawa lepas mengingat ekspresi ketakutan Karl. Itu adalah bukti balas dendamnya karena Karl mengecewakannya semalam.

"Itu siapa?" tanya Rere.

"Kakak gue,"

"What? Lo punya kakak seganteng itu?" Rere terkejut seraya memandang sebentar kearah Kaycia.

Dia sedikit tidak mempercayainya. Kaycia mengerti maksud tatapan Rere. Memang wajar saja Rere terkejut, sebab pada dasarnya Kaycia berpenampilan sangat jauh dari kakak-kakaknya.

"Wajar sih kalau lo gak percaya."

"Bukan gitu maksud gue. Gue gak nyangka aja lo bisa punya kakak secakep itu. Sabi kali jodohin gue sama kakak lo ..."

"Mending jangan suka sama dia deh,"

"Kenapa? Kakak lo 'kan cakep. Bahkan cakepnya hampir sama kayak Asten."

Kaycia tersenyum paksa. Jika Karl mendengarnya pasti akan semakin percaya diri, "dia playboy Re, mending jangan. Bahkan sekarang aja dia pacari 3 cewek."

"Jadi yang ke empat pun gue rela Ci."

"Lo waraskan?"

"Haha becanda kali. Tapi serius juga gak apa-apa." ucapnya membuat Kaycia bergidik ngeri.

Tak butuh memakan waktu lama, mereka pun tiba di sekolah. Sepanjang jalan melewati koridor, tak henti-hentinya mereka bercanda gurau hingga Rere menghentikan langkah mereka.

"Kenapa Re?" heran Kaycia.

"Berhenti dulu, ada kak Asten dan gengnya."

Kaycia pun menengok kearah yang dimaksud Rere. Bisa dia lihat, laki-laki pembully kemarin beserta antek-anteknya berjalan di satu koridor yang sama dengannya.

Dia baru menyadari semua orang yang berada di koridor itu tengah menyingkir ke samping seakan memberi mereka jalan.

Bahkan beberapa orang ada yang tidak berani menatap mereka. Jujur saja, Kaycia pun merasakan aura mencekam dari mereka terutama Asten. Dan sialnya, mata laki-laki itu menatapnya.

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now