Bu Nengsih memperhatikan anaknya itu, Saga mengulum bibir dan mengangguk secara perlahan.

"Tuh, bener saur si Neng. Eh, ieu teh si neng Senja tea nya'? putrinya abah lurah Koswara?"
(Tuh, bener kata si Neng. Eh, ini tuh si neng Senja itu, ya? Putrinya abah lurah Koswara?)

Bu Nengsih mendekat ke hadapan Senja, wanita manis itu mengangguk diiringi dengan senyuman.

"Muhun, bu!"
(iya, Bu)

"Coba lihat a' Saga, neng Senja sama a' Arjuna juga udah nikah. A' Saga kapan bawa calon dan kenalin sini ke Mama!" seru bu Nengsih.

"Ah Mama, mulai deh nanya-nanya calon." Saga pun mengeluh karenanya.

"Pacarnya banyak tuh bu," celoteh Lingga.

"Iya, ngakunya saja banyak pacar, tapi mana? Mama nggak pernah lihat satu pun, nggak pernah ada yang dibawa ke rumah dan dikenalin ke mama," ujar bu Negsih.

Sagara mengulum bibir seraya berpaling karena merasa malu oleh ocehan ibunya itu.

"Yaudah atuh, sok ngobrol-ngobrol saja, Mama mau ke dapur ngambil minuman dan cemilan buat kalian," lanjutnya.

"A' Juna, aku mau bantuin ibu, ya," sambung Senja tanpa ragu, ia pun beranjak dari duduknya.

"Ehh, neng Senja udah nggak usah, diem saja di sini," timpal bu Nengsih.

"Nggak apa-apa, Bu. Ayo, Senja bantuin," tukas Senja.

Sikap lembut ibu Nengsih dan sikap Senja yang mudah membaur, akhirnya menyatu dalam perpaduan yang saling melengkapi. Ibu Nengsih membawakan beberapa air minum, sementara Senja membawa beberapa cemilan yang diantarnya dengan nampan. Kebetulan di belakang rumah itu juga terdapat banyak orang, ada beberapa ibu-ibu yang sedang membuat kue-kue daerah, seperti seroja, wajit dan ada juga yang sedang menggoreng ranginang, atau rangining. Kue renyah yang terbuat dari beras ketan yang dibentuk seperti lingkaran yang gepeng. Tanpa ragu, Senja juga ikut bergabung bersama ibu-ibu itu untuk membantu beberapa pekerjaan yang ia mampu.

"Punten ... hoyong ngiringan ah, ngabantosan sakeudik," ujarnya.
(Permisi, pengen ngebantuin ah, sedikit)

"Mangga... silahkan, Neng!"

Beberapa ibu-ibu itu menyahuti Senja dan memberinya pekerjaan, seperti menggoreng kerupuk, tahu tempe dan mengupas sayuran seperti kacang panjang, terong, papaya mentah dan bahan lainnya untuk membuat sayur asam. Semua itu nantinya akan dimasak dan disajikan untuk makan bersama sore ini.

Keluarga ibu Nengsih memang sering mengadakan jamuan seperti itu, sering membuat banyak makanan untuk kebutuhannya sehari-hari. Nantinya juga akan disuguhkan kepada orang-orang yang tergabung dalam anggota seni grup Jaipong yang dikelola oleh bapak Bambang selepas latihan. Senja dan ibu Nengsih membawa beberapa makanan yang sudah matang ke ruang tamu, sengaja disuguhkan untuk Saga beserta teman-temannya.

"Ayo, neng Senja, udah jangan balik lagi ke dapur. Duduk saja di sini, makan di sini, tuh ajakin si A' Juna," titah ibu Nengsih.

Mereka pun akhirnya makan bersama dengan menu ala khas Sunda, ada tahu tempe, ikan teri digoreng, sayur asam, kerupuk, sambal dan tak lupa lalapan.

Sesudah makan adalah waktu yang pas untuk menikmati segelas kopi. Saga dan Lingga kini bergantian menyiapkan kopi masing-masing hingga membuatkan untuk Arjuna, Jay dan Senja. Kakaknya Sagara baru saja tiba dan masuk ke ruang tamu.

"Assalamulaikum!" serunya.

Saga dan teman-temannya serempak menyahut salam tersebut. "Walaikumsalam."

"Eh, ada tamu rupanya," seru pria yang bernama Samiawan itu.

Pria kharismatik, berwibawa dan mempunyai kemampuan supranatural yang kerap disebut paranormal oleh orang-orang di sekitar kampung itu.

"Awas-awas ... ada mbah dukun datang," celetuk Saga yang sudah terbiasa meledek kakaknya itu.

Namun, Samiawan hanya tersenyum tanpa merasa tersinggung sedikit pun.
"Si Saga mah gitu ih, nggak sopan ka lanceuk teh," celetuk Lingga diiringi dengan tawanya. (Si Saga begitu saja, tidak sopan kepada kakaknya)

"Diam lu, Lingga, mau diramal, lu?" protes Sagara, kemudian menoleh pada kakaknya. "A' Sam, coba terawang si Lingga, a' Sam!" serunya.

Mereka pun sontak tertawa, Arjuna menoleh pada Senja, "A' Sam itu dukun, Neng," celotehnya.

"Dukun sih dukun, tapi tetep saja nggak bisa nerawang aing, Juna," gumam Saga.

Samiawan lantas tersenyum lalu menepuk pundak Jay dan memperhatikannya seketika. Saga tercengang, begitupun dengan yang lainnya.

"Wah! Jay, bersiap lu bakalan diterawang sama si Aa'," ujarnya.

Samiawan mengangguk dengan seksama, "Jay, sing sabar, nya'!"
(Jay, yang sabar, ya)

Anehnya, hanya itu yang Samiawan ucapkan untuk Jay.

"A' Sam, coba ini si Lingga terawang," pinta Saga, hingga Lingga menepuk bahunya.

"Apaan sih, lu!" protesnya, Saga hanya tertawa.

Samiawan menoleh pada Lingga dan memandanginya sesaat.

"Si Lingga bentar lagi akan nikah," ucapnya.

"Wah ...." Saga dan yang lainnya lantas tercengang.

"Lingga belum mau nikah, a'," ujar Lingga.

"Kamu harus nikahin pacar kamu Lingga, soalnya dia sedang hamil," celoteh Samiawan.

"Uhukk ... uhukk!" Lingga seketika terkejut mendengarnya.

Samiawan hanya tertawa singkat melihatnya, seolah tidak ingin terlalu jauh membuka suara.

"Salah mungkin a' Sam, masa cewek Lingga hamil? Adanya yang hamil pasti tuh ceweknya si Saga," ucap Lingga.

"Apaan sih? Aing udah lama jomblo," sanggah Saga sambil menyeringai.

Samiawan menggeleng dan melemparkan padangannya pada Arjuna dan Senja hingga ia pun terpaku seketika. Saga dapat melihatnya dan memilih memperhatikan kakaknya itu.

"A' Sam, coba kasih tahu kita, apa yang a' Sam lihat dari Arjuna dan Senja?" pintanya.

"Neng, kita akan diterawang," ucap Arjuna.

Senja lantas tersenyum kemudian memandang ke arah Samiawan.

"Punten A', sebaiknya jangan dikasih tahu apa-apanya. Biarkan saja jadi rahasia antara a' Sam dengan Sang Maha Kuasa!" pinta Senja dengan lemah lembut.

Samiawan mengangguk secara perlahan disertai senyuman tipis.

"Neng Senja gimana sih, biarin aja, orang mau ngasih tahu masa depan kita," ujar Arjuna yang sedikit kecewa lantaran Senja mencegah terawangan untuk hubungan mereka berdua.

Senja kembali menggeleng dan memberinya sebuah senyuman.

"Aa' cuma mau bilang, semoga neng Senja selalu bahagia," ucap Samiawan yang kemudian permisi untuk pergi ke kamarnya.

Senja bisa tersenyum dengan lega, karena ucapan itu akan dijadikan doa untuknya. Namun, Saga kini tampak termenung dan menoleh ke arah kamar kakaknya. Mungkin saja ia merasa penasaran dari hasil penerawangan tentang Senja.

Arjuna Senja√Where stories live. Discover now