Langit Senja.

22 6 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Arjuna Senja 12.

Langit Senja.

Sepulangnya dari bulan madu. Senja dirawat di salah satu Puskesmas, dikarenakan kondisinya yang menurun drastis. Arjuna yang mendengar kabar itu lantas menjadi cemas dan bergegas pulang untuk memastikan kondisi istrinya.

"Assalamualaikum ...."

Arjuna mengucap salam pada semua yang ada di ruangan Senja, hingga mereka yang di sana serentak menjawab salam tersebut.

Arjuna langsung menuju Senja yang terbaring di brankar, mengecup keningnya dan memeluknya dengan erat.

"Neng, sakit apa?"

Senja tidak hendak melepaskan pelukan Arjuna, perlahan berbisik pelan di telinganya.

"Neng malu ditanya-tanyain sama abah dan umi, juga sama mama a' Juna. Terus kata mereka, sakitnya Neng itu biasa terjadi, ceunah."  ucapnya.

"Maksudnya?" Arjuna mengernyit.

Senja memeluk Arjuna lebih erat. "Ini adalah hal alami, Neng sakit karena terlalu banyak nganu sama a' Juna, maklum malam pertama," ujarnya tanpa rasa canggung sedikit pun.

Arjuna tercengang, wajahnya merona menahan malu. Apalagi di sekitar mereka ada umi Rasti dan mamanya--ibu Komariah yang kerap dipanggil Kokom.

"Sekarang mereka udah tahu kalau Neng udah nggak tersegel lagi," lirih Senja.

"Neng!" Arjuna pun menoleh ke sana ke mari.

"Makanya Aa', lain kali pelan-pelan saja, kayak yang nggak ada hari besok aja," celoteh mama Kokom yang kemudian tersenyum dengan menutup mulutnya.

Wajah Arjuna semakin memerah karenanya.

"Kalau si neng Senja sakit, gimana coba? Nanti Aa' jadi sedih, 'kan?" Mama Kokom mendekat ke hadapan putranya itu.

"Mama ...." Arjuna mulai mengeluh dengan menundukan wajahnya.

"Yaudah, temenin si neng Senja, Mama dan Umi mau pulang dulu, ya. Nanti kita kembali lagi," ujar mama Komariah, Arjuna pun mengangguk.

"A' Juna udah makan?" tanya Senja.

Arjuna menoleh padanya dan memberinya sebuah anggukan.

"Neng, mama pulang dulu, ya. Udah, jangan banyak pikiran, lain kali kalau a' Juna maksa, jangan mau, ya. Tuh lihat, jangan sampai sakit lagi!" Mama Komariah memberikan beberapa nasihatnya.

Senja mengangguk dengan menahan senyuman.

"Hati-hati, Mah!" seru Arjuna.

Umi Rasti dan mama Komariah pun sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Kini, hanya ada Arjuna dan Senja di ruangan itu, sesekali perawat datang untuk mengecek selang infus.

Arjuna menggenggam salah satu tangan Senja. "Neng, maafin Aa', ya." Ia pun mencium punggung tangan istrinya.

"Kenapa memangnya, A'?"

Arjuna mendekat ke sampingnya lalu berbisik, "karena Aa' udah terlalu semangat ngajakin bikin anak ke neng Senja," ujarnya tanpa ragu.

"A' Juna, iih!" Senja mencubit pinggang kekarnya hingga Arjuna memekik.

"Aw! Sakit, Neng." Arjuna pun tersipu malu menatapnya, kemudian memeluk Senja dengan lemah lembut. "Kangen!" Menelusupkan wajahnya pada ceruk leher istrinya.

"Aku juga kangen!" ucap Senja.

Arjuna menatapnya dan mengusap pipinya. "Cepet sembuh, Aa' kangen pokoknya!"

"Kangen apanya?" Senja menatapnya dengan heran.

Arjuna mengulum senyuman, kemudian menelusupkan wajahnya kembali ke dalam dekapan istrinya. "Pengen ditete'in!"

"A' Juna, ih!" Senja meremas rambut tebalnya seketika.

"Akh! Sakit!" Arjuna meringis sambil memegangi bekas remasan Senja padanya dan kembali bersikap manja seperti anak kecil.

"Rasain, makanya jangan suka bicara jorok!" ketus Senja.

Arjuna kini cemberut, Senja memandangnya dan tersenyum lalu meraih wajah tampan suaminya yang tampak imut dan menggemaskan.

"Sakit, ya, dijambak rambutnya?" tukas Senja, Arjuna lantas mengangguk.

"Sini, Neng elusin, deh!" Senja mengusap kepala Arjuna secara perlahan.

Arjuna pun kembali medekapnya dan merebahkan diri di samping tubuh istrinya.

"Neng Senja."

"Hmm?"

"Nanti, kalau neng Senja udah sembuh. Neng ikut, ya, sama aa' ke Bandung?" Arjuna lalu menatapnya. "Aa', mau kenalin neng Senja ke teman-teman kuliah Aa' di sana," ujarnya.

Senja tersenyum disusul dengan anggukan, Arjuna pun demikian dan mendaratkan satu kecupan pada keningnya.

"Aa' sayang banget sama kamu," ucapnya dengan penuh kasih sayang.

"A' Juna, sekalian ada yang pengen aku omongin ke a' Juna."

"Apa?" Arjuna menatapnya dengan polos, begitupun sebaliknya.

"Aku udah buat keputusan, kalau aku akan menunda kuliah demi untuk menemani a' Juna sampe lulus. Aku juga mau menikmati masa-masa menjadi istrimu, istri yang berbakti," ujar Senja membuat Arjuna terpaku mendengarnya.

"Nanti, kalau aku udah sembuh, aku akan sering masak buat a' Juna." Senja mengusap surai Arjuna. "A' Juna kenapa diam saja? A' Juna merasa keberatan kalau aku belum mau kuliah?"

Arjuna lantas menggeleng, "a' Juna nggak keberatan. Justru Aa' merasa bahagia, karena sebentar lagi kita akan selalu bersama. Tapi, apa neng Senja udah ngomong ke abah dan umi? Kalau mereka nggak kasih izin, jangan maksa, ya, Sayang!"

Senja mengangguk, "Abah dan umi udah ngasih izin, kok. Nggak usah khawatir," ucap Senja dengan penuh keyakinan.

"Istri aku ini emang paling sopan, deh, paling jujur dan paling pintar." Arjuna memuji sang istri.

"Paling cantiknya kok nggak ada?" protes Senja.

"Iya-iya, paling cantik dan paling wangi," tukas Arjun sambil mengecupi beberapa bagian wajah Senja. "Udah wangi, keset lagi!" tutur Arjuna seraya berbisik, Senja lalu menatapnya dengan heran.

"Apa sih?"

"Neng, pakai apaan sih? Kok bisa sebersih itu?" Arjuna menatap intens, tangannya kemudian mulai menggerayang dengan nakal dan meraba bagian intim istrinya.

"A' Juna kenapa, sih?" Senja merasa risih sendiri oleh sikap suaminya.

"Kangen ...." Arjuna kembali mengeluh, semakin meraba istrinya dan meremas dadanya seketika.

"Aw, tunggu aku sampai sembuh dulu!" Senja sontak menahan tangan suaminya itu. Arjuna malah sengaja bersikap agresif hingga Senja dibuat mood swing olehnya.

Arjuna Senja√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang