Bidal Nenek

7 1 0
                                    

Tema: Pergi ke website springhole(.)net/writing_roleplaying_randomators/causeofdeath dan buat cerita berdasarkan hasil yang kalian dapatkan. Tidak boleh refresh.

Aku dapat ini:

Unicycle merupakan sepeda roda satu, dan thimble kalau kucari-cari adalah benda ini yang suka digunakan untuk membantu proses menjahit (ketika jarum hendak menusuk, apabila keras akan menyakiti jari sehingga ia berfungsi sebagai pelindung)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Unicycle merupakan sepeda roda satu, dan thimble kalau kucari-cari adalah benda ini yang suka digunakan untuk membantu proses menjahit (ketika jarum hendak menusuk, apabila keras akan menyakiti jari sehingga ia berfungsi sebagai pelindung). Aku tulis ini karena aku awalnya bingung  itu apa, jadi cari tutorial memakai bidal hehe.

---

Bidal nenek hilang, dan wanita tua renta itu tidak dapat mengandalkan penglihatannya lagi untuk mencari benda kecil itu. Saat memintamu untuk membelikan yang baru, nenek menerangkan karakteristiknya dengan cukup spesifik: warnanya perak, atau berwarna gelap; cari yang permukaannya dipenuhi tonjolan-tonjolan kecil agar nenek lebih mudah menusuknya; jangan mahal, di bawah seribu rupiah saja; atau beli satu stoples.

Untungnya nenek memberitahumu di mana warung yang menjual benda kecil itu. Sebagai anak baik, kamu menurut dan memutuskan untuk pergi ke sana saat petang tiba. Walau kamu sadar perlahan langit mulai penuh ditutupi awan-awan gelap.

Kala petang tiba, cahaya mentari tersembunyi di balik gelapnya awan. Awalnya kamu segan, tetapi mengingat nenekmu yang kebanyakan menghabiskan waktu dengan menjahit, kamu pergi.

Sepuluh menit berlalu, rintik hujan menerpa wajahmu. Hanya dalam beberapa detik, butiran air membasahi bumi dalam sekejap. Kamu berlari. Untungnya warung yang diberitahukan nenek sudah terlihat. Kamu sampai ke warung dalam keadaan basah kuyup. Sang penjaga warung hanya menatapmu tanpa berkomentar.

Kamu menanyakan soal bidal yang diminta nenekmu. Sang penjaga warung yang berisi itu mengatakan bahwa bidalnya masih ada, tetapi ia menjualnya secara satuan. Kamu memutuskan untuk membeli sepuluh bidal. Wanita penjaga warung itu pun berbalik untuk mengambil apa yang kamu minta, mencari-cari benda itu di antara rak-rak yang penuh akan berbagai barang.

Tiba-tiba terdengar suara kayuhan, diikuti napas yang pendek dan gerutuan anak kecil. Kamu menoleh. Ternyata seorang anak kecil, mungkin anak penjaga warung, juga kehujanan. Seragam olahraga anak lelaki dengan bekas luka di kepalanya itu basah, dan ia melempar sepeda beroda satunya di pinggir jalan. Ia buru-buru masuk, disambut dengan teriakan penjaga warungnya, "Mandi sana! Main mulu."

Wanita itu kemudian kembali dengan barang yang kamu minta. Sepuluh buah bidal perak (sepertinya dari logam) dengan bundaran-bundaran kecil di seluruh permukaannya. Kamu menanyakan harganya. Wanita itu menjawab dengan nada datar. Kamu merogoh saku celanamu. Uang yang kamu bawa terlipat-lipat dan agak basah. Kamu meminta maaf kala menyerahkannya ke wanita itu. Wanita itu menerimanya, kemudian memberitahumu ada bangku yang bisa kamu duduki kala menunggu hujan reda.

Kamu berterima kasih, tetapi mengatakan bahwa kamu ingin kembali hujan-hujanan untuk bernostalgia. Wanita itu tidak mengindahkannya. Kamu pun hanya tersenyum tipis.

Kamu menatap sepuluh bidal di atas rak kaca. Kamu lupa meminta plastik, wanita tadi sudah masuk ke dalam. Iseng, kamu menggunakan tiap bidalnya di sepuluh jarimu. Mungkin nenekmu akan tertawa melihat tingkahmu.

Hujannya deras. Semua pengguna motor yang lewat sudah mengenakan jas hujan. Kamu berbalik, tetapi kakimu terantuk sepeda roda satu yang diletakkan sembarangan oleh anak tadi. Lenganmu menggapai tiang listrik terdekat, berupaya menstabilkan keseimbanganmu.

Kesepuluh jarimu merasakan aliran listrik mengalir dari tiang itu, menyebar ke seluruh tubuhmu dalam sekejap, dan memanggang otakmu tanpa ampun.

Entah nenek akan tertawa karena alasanmu mati terlalu bodoh atau bagaimana.

Pola Laju Masa LaluWhere stories live. Discover now