Sekilas Romansa di Atas Sketsa

5 1 0
                                    

Cafe siang itu berisik, tetapi pelantang suara yang menyumpal sepasang telinganya membuat segalanya lebih sunyi. Gadis bertopi baret krem itu menutup laptopnya, melirik pemuda yang tengah bersiul di balik kasir tengah menghitung uang kembalian.

Gadis itu menunggu sang pemuda menyadari ia tengah menatapnya. Mungkin sekitar 10 menit, terdapat antria lumayan panjang di hadapannya. Namun pemuda itu sempat melirik, dan sang gadis mengacungkan telunjuk. Pemuda itu mengangguk paham.

Tak lama, satu cangkir plastik berisi latte dingin menghampiri mejanya. Yang mengantar orang yang sama dengan sosok di balik kasir tadi.

"Kak Kéna," ujarnya, "hari ini ngerjain apa?"

Gadis yang dipanggil tersenyum miring, agak sebal karena pertanyaan ini mengingatkannya pada hal yang tak ingin ia ingat. "Nanti aku kasih tahu kalau sudah selesai," ujarnya. "Oh iya, gimana kabar cewek yang kamu deketin itu?"

Mata pemuda itu langsung berbinar. Ia melepas celemek seragamnya, lalu langsung duduk di hadapan gadis itu. Mulutnya tak berhenti bicara, tetapi gadis yang dipanggil Kéna itu tetap menyimak. Sesekali mengetuk jarinya ke meja kala pemuda itu berbicara terlalu cepat.

Pemuda itu seperti segumpal mentari hangat yang terus menguarkan aura positif di sekelilingnya, Kéna suka. Itu yang sedang ia butuhkan saat ini, otaknya terlalu kosong dan penuh dengan kehampaan.

"Jadi si, siapa, Vienna, ya?" Kéna meraih buku catatan dari tas selempangnya. "Kalau gak salah waktu itu aku sempat lihat, sih, sekilas. Dia yang ke mana-mana selalu bareng temen ceweknya yang pirang itu, 'kan?"

"Iya! Yang pirang di ujung-ujungnya itu--"

"Di-highlight sebutannya, Asoka."

"Ya itulah pokoknya. Kenapa memangnya?"

Kéna membuka lembaran-lembaran bukunya, kemudian terhenti. "Yang kacamataan, rambut pendek, pipi tembem?"

Lelaki itu terkekeh. "Kakak kayaknya inget banget."

"Iyalah." Gadis itu tersenyum tipis. Ia memperlihatkan coretan di bukunya, menampilkan sketsa gadis yang baru saja disebut. Tersusun dari goresan pena bertinta biru, dengan tekstur yang terlihat apik dan memenuhi satu halaman penuhnya.

"Kakak berbakat banget, tahu gak?" Pemuda itu menopang dagunya dengan lengan ke meja, memperhatikan sketsa itu lekat-lekat. "Cantik, ya? Kapan Kakak buat?"

"Sekitar 30 menit yang lalu." Kéna mengedikkan dagunya ke belakang Asoka. "Tuh, anaknya masih nongkrong di belakang kamu."

Pipi pemuda itu memerah. "Hah?"

Gadis itu terkikik. "Nolehnya jangan kelihatan banget, ya--"

Pemuda itu langsung menoleh ke belakang. Saat matanya bersitatap dengan gadis berkacamata di belakangnya itu, ia langsung membuang muka. Wajahnya merah padam, dan cuacanya tidak panas saat itu. Kéna tertawa halus.

Gadis itu merobek kertas bergambarkan sketsa tadi, memberikannya ke Asoka. "Tolong kasih ke dia, ya. Terima kasih!"

---

Hehehe, Kéna nama lengkapnya Kenari. Rencananya mau kubuat jadi anak DKV yang kerjaannya bergadang nugas dan merupakan salah satu teman dekat pelayan Café kita, Asoka yang gemash ini. Mungkin saat tiba masanya, aku bakal bawa mereka ke sini dalam bentuk cerita seutuhnya UwU

Tema: buat cerita dengan karakter yang memiliki MBTI sama dengan kalian.

Aku INFP. Sebelumnya aku belum meremcanakan MBTI Kéna apa, tapi kayaknya cocok dengan INFP. Maka terjadilan ini (⁠*⁠´⁠ω⁠`⁠*⁠)

Pola Laju Masa LaluWhere stories live. Discover now