Beruntung

5 3 0
                                    

Aku, beruntung bertemu dengannya?

Sudah tiga bulan semenjak Adrian tidak sengaja menangkap seorang gadis yang terjatuh dari jendela. Ia tidak mendapat kabar lagi darinya, sosok yang bahkan belum ia ketahui namanya. Namun dering ponselnya pagi itu akan mengubah fakta tadi.

Pukul 5 pagi, pemuda itu masih meringkuk di balik selimutnya. Ia baru tidur sekitar 4 jam, berupaya untuk menyelasaikan tugasnya sendiri. Namun dering ponselnya tidak kunjung berhenti. Terpaksa ia menggapai ponselnya di meja. Nomor yang tak dikenal. Adrian langsung mematikannya.

Namun nomor yang sama meneleponnya lagi. Terpaksa lelaki itu mengangkatnya.

"Halo? Aku minta maaf sekali, bisakah kau membantuku? Kumohon."

Adrian menguap. "Siapa ini?"

"Uh, yang waktu itu kau tangkap dari jendela ... gadis yang itu, kau ingat?"

"Kukira kau sudah mati."

"HEI! Pokoknya, aku sudah mengirim lokasiku ke ponselmu. Kumohon dengan sangat, aku butuh bantuanmu. Aku tidak tahu ingin minta tolong pada siapa lagi ...."

Laki-laki itu mengembuskan napas panjang. "Kau kenapa?"

"Aku ... sulit menjelaskannya."

"Kalau kau tidak menjelaskannya, bagaimana aku bisa membantumu?"

"... Aku tersangkut. Tolong datang ke sini, cepat."

Dahi Adrian mengernyit. "Tersangkut?"

"Kumohon ... akan kujelaskan saat kau sampai di sini. Baterai ponselku sudah--"

Panggilan terputus. Sepertinya gadis itu tidak berbohong soal daya baterainya.

---

Lokasi yang dikirim sebenarnya tidak begitu jauh dari kos Adrian. Namun karena ia terlalu malas untuk berjalan, ia memutuskan untuk menggunakan motornya saja.

Udara masih agak dingin walau sudah lumayan banyak orang maupun kendaraan berlalu-lalang. Namun cahaya mentari sudah mulai terlihat jelas, membuat anak itu menjadi lebih siaga walau jam tidurnya agak di bawah rata-rata.

Hanya dalam tiga menit menuju lokasi, Adrian bisa melihat gadis itu tersangkut di atas pohon. Pohon yang cukup tinggi, mungkin setara lantai tiga jika ia bandingkan dengan gedung-gedung di kampusnya.

"Ya ampun." Adrian memakirkan motornya ke trotoar. Pohon itu terletak beberapa meter dari trotoar, di samping halaman sepak bola yang tak terlalu diurus. Mungkin karena itu tidak banyak orang yang lewat di sisi tersebut. Adrian mendongak. Gadis itu menatapnya balik, tersenyum.

"Akhirnya kau datang!" Teriak gadis itu. "Tolong tangkap aku seperti waktu itu!"

"Tunggu--!"

Terlambat sudah, gadis itu melompat. Namun lengan Adrian lebih sigap, terentang ke atas untuk menangkap gadis itu.

Namun gravitasi mematahkan ekspektasi. Bokong gadis itu menyentuh rerumputan pula, begitu pula Adrian yang wajahnya secara tak sengaja mendarat pada perut gadis itu.

"Ya ampun, kau tak apa?"

Mata Adrian terpaku pada gadis yang terduduk di depannya. "Kau ... ringan."

"Yah kalau berat, aku tidak akan tertiup angin dan tersangkut di pohon, Bodoh." Gadis itu kini berdiri. "Lihat, mata kakiku luka. Aku tidak bisa turun begitu saja ...."

Adrian sekilas menatap mata kakinya. Benar saja, ada bekas luka yang membuat sepasang sayapnya seakan-akan layu. "... Jadi kau tidak bisa terbang lagi?"

"Aku harus menunggu sampai lukanya sembuh." Gadis itu tersenyum. "Namun untungnya aku pernah bertemu denganmu dalam keadaan itu. Hanya kau yang tahu rahasiaku!"

---

Tema: aku beruntung bisa bertemu dengannya

Pola Laju Masa LaluWhere stories live. Discover now