“kata-katamu membuat sistem pencernaanku memburuk, pergi sana!!” bentaknya pada Xueyang. Namun bukannya menurut, bocah petakilan itu malah mempersempit jarak mereka hingga Wei Wuxian merasa sepasang tangan yang mendekapnya hangat.

BUGH

“ahk—kenapa kau memukulku?!” pemuda itu meringis hebat saat hantaman kuat penuh tenaga mendarat diperut datarnya telak.

“itu pelajaran untuk pengkhianat sepertimu.” Wei Wuxian mengabaikan pekikan kecil yang keluar dari beberapa siswa yang tanpa ia sadari telah bergerombol disekelilingnya.

“kata-katamu seolah menunjukan bahwa aku adalah kekasih brengsek yang ketahuan selingkuh saja.” Bahkan setelah menadapat serangan telak Xueyang masih bisa menggoda Wei Wuxian, bocah itu malah sudah menempelinya dan anehnya Wei Wuxian sudah tidak lagi memberontak seperti tadi.

Lan Wangji yang sejak tadi menyaksikan adegan dramatis itu merasa déjà vu.

Oh, perasaan asing itu kembali dan mengoyaknya dengan cara menyebalkan.

.
.
.

Suasana kantin selepas bel istirahat yang beberapa detik lalu berdering terlihat penuh, disetiap penjuru para siswa-siswi bergerombol sibuk dengan berbagai topik.

Wangji mengambil sebuah bangku di paling ujung kantin, agak jauh dari keramaian dan merupakan spot ternyamannya bersama Huacheng, tapi kali ini ia hanya sendirian, semenjak kejadian beberapa hari lalu ia masih belum berani untuk bertatap muka lama dengan teman barunya itu, juga karena sudah beberapa hari ini orang itu tidak masuk kelas dan sibuk dengan kegiatannya sebagai ketua komite sekolah. Mungkin tengah mengurusi rencana kegiatan mendatang sekolah mereka yang akan segera diadakan.

Summer camp, acara untuk menyambut musim panas.

Dengan menu yang tak pernah berubah ia hampir saja menikmati waktu istirahat tenangnya, sebelum suara-suara berisik serta cekikikan  beberapa anak perempuan membuat moodnya rusak.

Lalu lamat-lamat suara percakapan mereka terdengar, gerombolan anak perempuan disebrang bangkunya dan salah satunya merupakan orang yang bajunya Wei Wuxian siram tempo hari jika ia tak salah ingat.

“kemana si pembuat onar itu? tidak biasanya dia menghilang?” gadis dengan rambut cokelat itu menyeruput minumannya, “setelah ia dimaki habis-habisan oleh senior kita yang dingin itu? kurasa Wei Wuxian sedang mencoba membenamkan diri dilautan, haha, aku benar-benar ingin tertawa melihat kejadian itu.” gadis yang satunya berujar membuat gelak tawa diantara mereka.

“hei, sebaiknya kecilkan suaramu, bagaimana jika senior kita mendengarnya?” gadis berambut pendek yang baru saja tiba mengingatkan.

“senior kita bukan monster seperti si MonsterXian, jadi kau tenang saja.” dan ledakan tawa itu kembali terdengar.

“tapi sungguh, aku suka idemu untuk menjahili anak itu. siapapun pasti akan percaya jika si pembuat onar itu yang sudah benar-benar menumpahkan kuah kari itu padamu. Aku puas sekali, bagaimana wajahnya memerah membuatku sangat ingin melempar dengan buah tomat busuk.”

“yaa, sekali-kali anak seperti itu harus diberi pelajaran. Aku senang karena tidak ada yang membelanya, dan lebih senang ketika senior tampan kita membentaknya, itu pertunjukkan yang hebat.”

Selanjutnya suara-suara pekikan kecil juga tawa yang memekakan itu kembali berlanjut, sedang Wangji kini mematung ditempatnya.

Jadi, kejadian waktu itu sama sekali bukan salah Wei Wuxiam? Ia telah salah menuduh?

tidak selamanya apa yang nampak itu seperti kelihatannya.’

Lamat-lamat kalimat itu kembali menyeruak dalam benaknya, dan ia menyadari bahwa dirinya telah benar-benar salah dengan menuduh Wei Wuxian untuk hal yang tidak pernah dilakukannya.

Chateau de WangxianOn viuen les histories. Descobreix ara