End

1.4K 52 3
                                    

Shaloom menapakan kakinya diatas pasir putih tanpa alas kaki. Mengikuti langkah kakinya yang membawanya entah kemana. Hingga langkah Shaloom berhenti tepat dibibir pantai. Mata Shaloom menatap langit yang sangat cerah -biru tanpa gumpalan awan putih disekitarnya. Seketika senyumnya mengembang. Matanya terpejam. Menikmati setiap hembusan angin yang menerpa rambut ikal yang Shaloom cepol asal. Membiarkan setiap ombak yang menghempas kakinya lembut. Masuk kedalam pori-pori kulitnya. Ini adalah hari terakhir liburannya. Dia tidak mau menyia-nyiakan hari ini. Dia ingin sepuasnya menikmati keindahan alam yang kemarin-kemarin dia abaikan. Karna terus memikirkan hal yang harusnya sudah diselesaikan sejak dulu.
'Kenapa gue nyia-nyiain kesempatan buat nikmatin keindahan alam ini.' Gumam Shaloom pelan. Matanya masih terpejam.

"Hai Sha." Seketika Shaloom membuka matanya dan menoleh kesumber suara. Ditatapnya seorang gadis berambut coklat sebahu, mengenakan dress berwarna biru laut yang tengah tersenyum padanya. Shaloom mengernyit. Dia berniat untuk pergi menghindar. Tapi langkahnya terhenti. Dia teringat dengan kata-kata orang terdekatnya.

"Mending lo selesain secepatnya Sha. Ngomong sama dia. Gue pengen kita kaya dulu lagi." -Ina-

"Kamu yakin bakal terus menghindar dari masalah ini? Dengerin kata hati kamu. Karna aku yakin kamu bisa nyelesain ini. Dan cuma kamu yang bisa nyelesain ini semua. Aku percaya sama kamu." -Erga-

'Ok. Gue harus selesain ini semua. Gue gak boleh terus-terusan menghindar. Dan keputusan gue kali ini udah bulet.' batin Shaloom. Shaloom tersenyum -senyum paksa- kearah gadis itu.
"Gimana kaki lo?" Balasnya datar tanpa menoleh. Elsa kembali tersenyum.
"Cuma sedikit luka. Tapi, udah baikan ko." Shaloom mengangguk. Tatapannya masih memandang kelautan lepas.
"Thank's Sha." Shaloom mengernyit. Matanya kini menatap ke manik mata Elsa.
"Untuk?"
"Lo masih peduli sama gue." Shaloom tersenyum miring. Tatapannya kembali menatap ke langit biru.
Hening. Tidak ada lagi pembicaraan saat itu. Hanya suara angin dan deburan ombak yang saling beradu. Menjadi backsound keheningan diantara mereka.
"Maaf." Gumam Elsa kali ini. Walaupun pelan, tapi mampu didengar oleh Shaloom. Shaloom hanya diam. Menatap Elsa yang menunduk menyembunyikan wajahnya. Dia sudah menyiapkan hatinya untuk situasi seperti ini.
"Gue minta maaf ya Sha. Buat semua yang udah gue laku-"
"Gue udah maafin lo ko." Sela Shaloom datar. Mata Elsa membelalak. Menatap kedalam manik mata Shaloom. Walaupun wajahnya datar, tapi terdapat ketulusan dalam tatapannya.
"Tapi Sha, gue-"
"Please Sa, gue gak mau nginget itu lagi. Gue mau lupain itu semua. Karna saat lo ngungkit itu lagi, hati gue sakit Sa. Jadi please, jangan ungkit masalah itu lagi. Dan berhenti minta maaf ke gue. Karna itu cuma akan ngingetin gue tentang masalah itu. Masalah yang buat gue terpuruk. Masalah yang buat persahabatan kita rusak. Sekarang, gue udah bahagia sama Erga. Dan gue udah bisa ngerelain lo sama Bevan." Tambah Shaloom seraya menatap Elsa nanar. Elsa langsung melingkarkan tangannya ketubuh Shaloom. Air matanya mengalir begitu saja dipipinya. Dia menangis bukan karna sedih. Tapi, karna bahagia. Perlahan pelukannya
"Ma-" Shaloom menatap manik mata Elsa tajam.
"Lo bilang itu lagi, gue gak mau jadi temen lo lagi." Ancam Shaloom. Elsa melongo tak percaya.
"Lo mau temenan lagi sama gue Sha?"
"Ya mau lah. Gue kangen tau sama lo. Gue kangen saat lo sama Ina nginep dirumah gue. Pokonya abis pulang dari liburan ini, lo sama Ina harus nginep dirumah gue." Elsa tertawa renyah mendengar pernyataan Shaloom. Setelah sekian lama mereka bersitegang. Akhirnya hari ini semuanya kembali seperti semula. Shaloom sudah memutuskan untuk berbesar hati. Dan menerima Elsa kembali menjadi sahabatnya.

"Aaaa... kalian curang gak ngajak-ngajak gue." Pekik Ina seraya melipat kedua tangannya didepan dada dan memanyunkan bibirnya. Elsa dan Shaloom langsung berhambur memeluk Ina.
"Gue seneng deh, liat kalian akur lagi." Mereka saling menatap. Sedetik kemudian tawa mereka pecah seketika. Terlihat jelas kebahagiaan diwajah mereka.

_____

"Aaaa.. gue capek banget." Ucap Ina seraya menghempaskan tubuhnya di single sofa berwarna putih. Diikuti dengan Shaloom dan Erga yang memilih sofa berbentuk L yang lebih panjang disampingnya. Erga menyandarkan kepalanya dipaha Shaloom. Kakinya yang panjang menggantung di sofa. Perlahan Erga memejamkan matanya. Dia kelelahan. Shaloom tersenyum melihat wajah Erga yang sudah tertidur. Wajahnya begitu damai.
"Eh baju gue masih ada disini kan Sha?" Shaloom mengangguk.
"Gimana liburannya?" Tanya Cheryl -Ibu Shaloom.
"Seru tante." Jawab Ina antusias.
"Loh itu Erga kenapa? Kecapean?" Cheryl mengernyit menatap Erga yang tengah tertidur dipaha Shaloom.
"Iya bunda. Oh iya, Ayah mana Bun?" Tanya Shaloom seraya mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan.
"Ayah lagi ada perlu. Nanti sore juga pulang ko." Shaloom mengangguk.
"Oh iya Bun. Malem ini Ina sama Elsa mau nginep. Boleh kan?"
"Boleh dong. Eh tapi, Elsanya mana?"
"Masih dijalan tante. Katanya mau ambil baju dulu." Timpal Ina. Cheryl mengangguk.

_____

"ERGAAA!! RESE LO!" Pekik Ina seraya melemparkan jagung bakar yang masih panas tadi dari tangannya. Meniup-niup tangannya yang kepanasan. Erga tertawa puas melihat tingkah Ina. Kini mereka berada dihalaman belakang rumah Shaloom. Piknik kecil-kecilan di malam hari sambil barbeque-an. Para wanita -Shaloom, Ina, Cheryl dan Elsa- mendapat tugas menyiapkan semuanya. Sedangkan para lelaki -Erga, Arash dan Bevan- bertugas membakar daging dan jagung yang telah disiapkan. Ya
"Erga jangan gitu ih." Ucap Shaloom.
"Maaf ya sepupuku tersayang." Ina mendengus kesal. Sedangkan yang lainnya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Erga dan Ina.
"Sa tolong piringnya dong." Elsa mengangguk kemudian memberukan sebuah piring pada Bevan.

"Waah, akhirnya mateng juga." Ucap Ina seraya menatap makanan yang sudah tersaji di depannya.
"Tante sama Om masuk duluan ya." Chery mengerlingkan matanya seraya masuk kedalam rumah dengan sepiring makanan ditangan kanannya. Shaloom hanya terkekeh melihat bundanya.
"Coba ini deh." Erga menyuapkan setusuk sate yang disela-selanya diberi paprika dengan beragam warna.
"Enak?" Shaloom mengangguk. Elsa dan Bevan pun melakukan hal yang sama. Menyuapi pasangannya masing-masing. Sedangkan Ina hanya mendengus melihat kemesraan yang mereka tunjukkan dihadapannya. Karna hanya dia yang tidak memiliki pasangan.
"Mesra-mesraannya jangan didepan gue bisa kali." Ucap Ina ketus. Membuat mereka terkekeh. Dan menatap Ina tajam.
"Makanya gue bilang juga apa. Cari pacar Na. Biar gak ngiler." Ledek Erga.
"Lo terlalu galak si Na sama cowok. Makanya cowok-cowok pada kabur." Tambah Bevan. Membuat mereka tertawa. Wajah Ina semakin memerah.
"Kabur yuk Sha, sebelum jomblo ngamuk." Erga menarik tangan Shaloom lembut. Membawanya entah kemana. Bevan dan Elsa hanya menggeleng melihat tingkah Erga dan Shaloom. Dan melanjutkan sesi makan-makannya.
"Kalian gak mau pergi juga!" Umpat Ina pada Bevan dan Elsa. Bevan melongo. Dia melirik Elsa yang duduk disampingnya. Mengisyaratkan untuk pergi. Merekapun akhirnya beranjak pergi meninggalkan Ina sendirian.
"KALIAN JAHAAT!" pekik Ina seraya memanyunkan bibirnya.

"Siapa yang jahat?" Ina menoleh ke sumber suara bariton yang mengagetkannya. Matanya melebar. Dilihatnya seorang laki-laki berperawakan tinggi. Memakai kaos putih polos dengan celana jeans pendek berwarna hijau army. Tengah berjongkok disamping Ina seraya tersenyum padanya. Mata hitamnya menatap lekat kedalam manik mata dengan iris berwarna coklat pekat dihadapannya.
"Ngeliatinnya biasa aja, entar naksir loh." Seketika wajah Ina merona. Satu cubitan mendarat tepat di lengan bisep laki-laki itu. Dia memang sudah lama menyukai laki-laki dihadapannya ini. Dan satu-satunya alasan kenapa dia jomblo.
"Apaan si Ka." Ina menundukkan kepalanya. Menyembunyikan wajahnya yang tengah malu. Laki-laki itu mendekap pipi Ina dengan kedua tangannya. Seketika darah Ina berdesir. Jantungnya berdegup tak menentu.
"Lo gak kangen gue Na?" Ucap laki-laki tadi. Alis matanya terangkat satu. Membentuk gari-garis tipis didahinya. Tanpa ragu Ina langsung menghambur kepelukan laki-laki tadi. Menyembunyikan wajahnya dilekukan leher laki-laki tadi.
"Gue kangen banget sama lo Ka Keenan Haris Alavda." Bisik Ina lembut.

__

Shaloom duduk disebuah ayunan kayu yang terikat disebuah pohon besar yang berada diujung pekarangan rumahnya. Dengan perlahan Erga mulai mengayunnya dari belakang.
"Sekarang gue bahagia banget Ga." Erga menghentikan ayunannya. Dan beralih kehadapan Shaloom. Membungkukkan tubuhnya sehingga mereka sejajar. Erga menatap Shaloom seraya tersenyum.
"Gue bahagia karna hubungan gue dan Elsa juga Bevan bisa baik lagi. Gue bahagia karna gue gak bener-bener kehilangan sahabat gue. Dan-" ucap Shaloom menggantung membuat Erga mengernyit.
"Dan?" Shaloom mengecup bibir Erga sekilas. Membuat Erga terkejut.
"Dan gue bahagia karna Tuhan ngirim lo buat mencintai dan gue cintai." Erga tersenyum. Kemudian mendekatkan wajahnya kewajah Shaloom hingga tidak ada jarak diantara mereka. Tangannya dia lingkarkan ke pinggang Shaloom. Hingga bibirnya melumat lembut bibir Shaloom cukup lama. Erga melepaskan sejenak tautan bibirnya.
"I love you." Kemudian kembali mengecup bibir Shaloom. Tangan Shaloom kini tengah melingkar dileher Erga.

"Ekhem." Erga langsung menghentikan aktivitasnya. Dan merutuki orang yang sudah mengganggunya. Mata Erga menyapu ke sekeliling mencari sosok orang yang mengganggunya tadi. Hingga dia melihat seorang. Ah bukan, dua orang dari balik pohon besar yang berada sejajar dengan pohon tempat mereka berada.
"Khusu' amat Ga." Goda Bevan yang diiringi cekikikan Elsa.
"Sejak kapan kalian disitu?" Tanya Erga menyelidik. Shaloom hanya menunduk malu.
"Sejak kalian mulai." Jawab Bevan santai. Seketika Erga dan Shaloom melotot.
"Sialan lo Van!" Pekik Erga seraya melemparkan sebuah kerikil ke arah Bevan yang tengah tersenyum menggodanya.

______

Akhirnya anti klimaks banget ya.haha

Terimakasih yang sudah membaca. Boleh cek cerita aku yang baru, judulnya 'Being Elf'. Yang ini agak beda, genrenya lebih ke fantasy.

Salam ;)

MemoriesWhere stories live. Discover now