Chapter 5

959 39 0
                                    

Mungkin saran Erga waktu itu benar. Gue harus cuci otak!

_____

"Hey!" Ucap seseorang mengagetkannya.
"INAAA!!" umpatnya kesal. Membuat Ina dan Erga tertawa melihat ekspresi Shaloom yang menurut mereka kocak. Sebelum menyusul Shaloom ke kantin tadi. Ina ke kelas Erga dulu untuk mengajaknya makan bersama.
"Gue seneng deh, lo udah gak murung lagi Sha. Kayanya meditasi lo berhasil." Ucap Ina. Shaloom terkekeh. Lalu meminum jus strawberry dihadapannya.
"Lo gak makan Sha?" Tanya Ina lagi. Shaloom menggeleng. Tiba-tiba Shaloom teringat sesuatu.
"Oh iya, hey! Eh sorry, Erga. Lo tau gak tempat cuci otak dimana?" Erga yang sedang asik memakan bakso langsung dibuat tersedak. Sedangkan Ina melotot tajam kearah Shaloom.
"Maksud lo?" Jawab Erga seraya menepuk dadanya karna tersedak tadi.
"Lo kan waktu itu bilang ke gue. Kalo gue pengen amnesia, mendingan gue cuci otak aja. Nah, gue tanya ke lo. Tempat buat cuci otak yang bagus dimana?" Erga langsung terbahak hingga seisi kantin menatapnya bingung.
"Ko lo ketawa si? Gue serius!" Umpat Shaloom kesal seraya melayangkan sumpit yang ada diatas meja ke kepala Erga. Membuat Erga menghentikan tawanya dan meringis kesakitan.
"Lo ngomong apa si Sha? Lo sakit?" Tanya Ina seraya memegang kening Shaloom.
"Ihh gak Na."
"Ya lo ngapain coba mau acara cuci otak segala?"
"...."
"Lo sadar gak si Sha? Kalo mau ngelupain masalah lo sama Bevan gak gini caranya." Ucap Ina tegas. Membuat Shaloom tertunduk. Erga yang sedari tadi memperhatikan mereka. Kini buka suara.
"Lo serius Sha?" Shaloom menatap Erga parau.
"Ok, pulang sekolah nanti gue anter lo." Ucap Erga dengan wajah seriusnya.
"ERGA!!!" Sentak Ina yang tidak menyetujui tindakan sepupunya itu.
"Lo tenang aja Na. Lo juga boleh ikut ko. Pulang sekolah gue tunggu diparkiran."

______

"Lo gak serius kan Sha?" Shaloom tak menggubris ucapan Ina. Ina khawatir padanya. Tapi yang dikhawatirkannya malah bersikap tenang. Sangat tenang. Entah apa yang tengah merasuki pikiran Shaloom saat ini.
"Sha!" Kali ini matanya menatap Ina intens.
"Mending kita cepet turun. Kasian Erga pasti udah nunggu." Ucap Shaloom yang langsung meninggalkan Ina yang terpaku dibuatnya.
Entah kenapa, Shaloom begitu mempercayai orang yang baru saja dikenalnya.

"Ga, lo lagi gak main-main kan? Please jangan!" Pinta Ina pada Erga. Erga tersenyum.
"Lo tenang aja. Percaya sama gue. Masuk gih." Ucap Erga seraya membukakan pintu depan mobilya. Mempersilahkan Ina memasuki mobilnya. Menyusul Shaloom yang sudah duduk dibelakang seraya memainkan gadgetnya. Sebenarnya Erga menyuruhnya untuk duduk disampingnya. Tapi, Shaloom menolak. Dia memilih untuk duduk dibelakang. Dan Erga tidak bisa memaksanya.

_____

Ina menyunggingkan senyuman dibibir tipisnya. Melirik kearah Erga yang tengah tersenyum juga. Sedangkan Shaloom bingung, kenapa Erga malah membawanya ke tempat ini.
"Iceskating? Kenapa kita kesini?" Tanya Shaloom menuntut. Erga tersenyum dan berdiri tepat dibelakang Shaloom dan menggenggam pundak Shaloom lembut. Membuat Shaloom mendongak menatapnya.
"Lo itu cuma butuh refreshing. Mending kita main-main yuk!" Ucap Erga seraya mendorong tubuh mungil Shaloom masuk ke wahana ini. Diikuti Ina dibelakangnya. Shaloom menolak.
"Gue gak bisa main ini."
"Gue ajarin." Balas Erga meyakinkan. Diikuti anggukan dari Ina.
"Lo tenang aja. Erga ini jago main Iceskating. Gue juga awalnya gak bisa, tapi gue diajarin sama Erga sampe gue bisa dan ketagihan buat main lagi." Timpal Ina membuat Shaloom mau bermain. Walaupun dia masih ragu.

"Gue takut jatuh." Ucap Shaloom pada Erga yang tengah memakaikan sepatu dikakinya. Erga mendongak menatap mata coklat Shaloom.
"Kan gue udah bilang. Lo gak perlu khawatir. Ada gue yang selalu megangin lo. Dan gue gak akan ngebiarin lo jatuh. Lo gak percaya sama gue? Ayo!" Tiba-tiba pikiran Shaloom teringat akan seseorang yang pernah mengucapkan hal yang sama padanya.

"Lo tenang aja Sha. Kan ada gue. Gue gak akan ngebiarin lo jatuh. Lo percaya kan sama gue." Ucap Bevan meyakinkan. Shaloom mengangguk. Walaupun sebenarnya dia takut.
"Van.." ucapnya lirih saat sampan yang mereka naiki mulai bergerak. Bevan membenarkan posisi duduknya. Dan memeluk erat pinggang Shaloom. Membuat gadis itu sedikit tenang.

"Hey, ko ngelamun!" Shaloom terbelalak mendengarnya.
"Ayo!" Ajak Erga sekali lagi.

_____

Shaloom menyandarkan tangannya pada penghalang yang berada dibalkon kamarnya. Menikmati setiap hembusan angin malam yang menerpa wajahnya. Memikirkan sesuatu yang mengganjal pikirannya.
"Kenapa lo sama kaya dia Ga?" Gumamnya lirih. Dan kembali menatap pohon-pohon dan rumah bercat abu-abu putih yang berada tak jauh dari rumahnya. Membuatnya tersenyum miris. Matanya mendadak panas.
"Kayanya gue harus istirahat." Gumamnya lagi seraya menutup pintu yang menuju balkon kamarnya itu. Kemudian menghempaskan tubuhnya dikasur empuknya. Hingga dia benar-benar tenggelam kedalam alam mimpinya.

_____

"Ohh jadi gitu ceritanya. Brengsek juga ya si Bevan itu." Rutuknya Erga kesal. Membuat Ina menjitak kepalanya.
"Kaya lo gak gitu aja. Lo juga kan putus sama Lea gara-gara lo selingkuh. Gak tanggung-tanggung lagi, nyelingkuhin langsung sama 3 orang." Ucap Ina sinis. Membuat Erga menggaruk kepalanya yang tak gatal. Erga memang termasuk orang yang cepat bosan. Tak terkecuali dengan wanita. Dia sering bergonta-ganti pasangan dengan alasan yang sama. Bosan.
"Yaelah, lo kan tau orangnya bosenan." Balasnya membela diri.
"Alesan macam apa itu?! Udah ah sana, gue mau tidur." Ucap Ina seraya mendorong tubuh Erga keluar dari kamarnya. Walaupun Ina sedikit kesulitan. Tapi, akhirnya Erga keluar juga.
"Awas lo kalo macem-macem sama Shaloom. Cukup cewek-cewek itu aja yang lo mainin. Kalo lo berani macem-macem, nih!" Lanjut Ina seraya mengepalkan tangannya diwajah Erga. Sebelum akhirnya dia menutup pintu kamarnya cukup keras. Membuat Erga yang masih berdiri dihadapan kamarnya sedikit menjauh.

Sebelum benar-benar pulang kerumahnya. Erga menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah berwarna peach yang ada dihadapannya. Rumah orang yang mungkin jadi teman barunya. Atau bahkan lebih. Rumah yang sore tadi tidak sempat dia kunjungi karna Ina memaksanya untuk langsung mengantarnya pulang.
Erga tersenyum menatap rumah itu. Sebelum akhirnya dia melanjutkan perjalanannya.

Tanpa Erga sadari, sedari tadi ada seseorang yang memperhatikannya dengan tatapan menyelidik. Matanya terus memperhatikan mobil itu menjauhi komplek rumahnya dari atas balkon yang hanya berjarak dua rumah dari rumah peach tempat dia berhenti sejenak.

MemoriesWhere stories live. Discover now