Chapter 6

922 38 0
                                    

*Bevan POV*

Sudah sebulan ini gue merhatiin Shaloom. Dan gue udah bisa ngeliat senyum diwajahnya lagi. Syukurlah, dia udah baik-baik aja. Sikapnya sama gue ataupun Elsa pun sudah biasa. Walaupun Shaloom masih menghindar kalo ketemu sama gue dan Elsa. Akhir-akhir ini juga gue denger dia lagi deket sama Erga. Sepupu Ina. Yang gue tau anak kelas 11 IPS 2. Dan gue juga sering liat mobil Erga dirumah Shaloom sejak malam itu.
Awalnya, gue curiga sama itu orang karna malem-malem ngeliatin rumah Shaloom. Gue kira dia perampok yang lagi ngintai rumah Shaloom. Sampai besoknya orang itu dateng lagi kerumah Shaloom dengan Ina. Dan pada saat itulah gue tau siapa dia.

Gue percaya, Erga bisa buat Shaloom bahagia. Karna bisa gue liat kalo Shaloom selalu senyum setiap deket sama Erga. Gue harap, Erga bisa ngejaga Shaloom seperti gue dulu. Karna tugas gue ngejaga Shaloom udah selesai. Gue tenang sekarang. Dan sekarang, ada seseorang yang harus gue jaga. Elsa.

_____

"Sha, malam ini ada acara gak?" Tanya Erga yang sudah duduk didepan bangku Shaloom dan Ina. Shaloom mengernyit.
"Emang kenapa?" Tanyanya datar.
"Gue mau ngajakin lo dinner. Please, kali ini jangan tolak gue ya." Ucap Erga memohon. Karna selama ini Shaloom selalu menolak ajakannya. Ina yang duduk disamping Shaloom langsung menutup mulutnya. Menahan tawa yang ingin keluar dari mulutnya. Baru kali ini Ina melihat Erga memohon pada seorang gadis.
"Sorry gue gak bisa." Tolak Shaloom seraya mengerlingkan matanya. Membuat Erga menjambak rambutnya frustasi. Entah mengapa, sejak kejadian di wahana iceskating itu. Ada sesuatu dari gadis ini yang mendorongnya untuk selalu dekat dengan gadis ini. Kepedihan dimatanya saat itu membuat Erga ingin menghapusnya dan mengembalikan binar dimatanya itu. Entah mengapa, saat didekat Shaloom Erga ingin selalu melindunginya. Erga menjadi tertarik dan ingin mengenal Shaloom lebih dalam. Hingga dia memaksa Ina untuk menceritakan semua tentang Shaloom padanya.

*****
"Lo kenapa diem aja?" Ucap Erga menghentikan permainan iceskatingnya. Melihat wajah Shaloom yang sedang murung. Erga melepaskan genggaman tangannya dan mengalihkannya kekedua pipi Shaloom. Membuat gadis itu kini menatapnya. Shaloom terkejut melihat perlakuan Erga padanya. Mata birunya kini menatap mata coklat dihadapannya dengan intens. Terlihat jelas kesedihan dimata coklat gadis itu. Sedangkan Shaloom merasakan kehangatan dari mata biru milik Erga. Membuat dia betah berlama-lama menatap mata itu.
"Kita disini buat seneng-seneng kan Sha." Ucap Erga membuyarkan lamunan Shaloom. Shaloom segera menepis tangan Erga dari pipinya. Karna sedari tadi mereka menjadi pusat perhatian dari semua pengunjung. Shaloom mencoba menjauhi Erga. Tapi, dia lupa. Dia masih berada ditengah wahana permainan ini. Dan dia belum cukup mahir. Jadilah kakinya limbung hingga membuatnya jatuh terduduk. Erga yang melihatnya langsung mengulurkan tangannya dan disambut oleh Shaloom. Erga kemudian mengantarkannya kepinggir wahana dan duduk berdua disana. Shaloom hanya menunduk malu karna sedari tadi dia menjadi pusat perhatian.
"Apa ada yang mengganjal pikiran lo Sha?" Tanya Erga menyelidik. Shaloom hanya diam tak menjawab.
"Ga."
"Ya."
"Gue mau pulang" ucapnya lirih. Erga tau Shaloom sedang ada masalah.
"Yaudah bentar, gue panggil Ina dulu ya." Ucap Erga seraya pergi mencari Ina. Beberapa menit kemudian Ina datang bersama Erga.
"Sebelum pulang kita makan dulu yuk. Kan tadi pas istirahat juga lo cuma minum jus doang. Pasti lo laper kan." Shaloom menggeleng.
"Bohong. Tadi pas istirahat kan lo cuma minum jus doang Na. Liat tuh muka lo aja pucet gitu. Gue gak mau tau pokonya lo harus makan dulu. Ok." Omel Ina. Kalo sudah begini Shaloom tidak bisa menolak lagi.

Sejak mereka makan tadi sampai mereka didalam mobil. Shaloom tidak banyak bicara. Makanannya pun hanya diaduk-aduk saja. Sampai Ina harus memaksanya dan menyuapinya. Erga yang melirik dari kaca, menatap Shaloom iba. Hingga mereka berhenti disebuah rumah berwarna peach.
"Makasi. Mau mampir?" Ucap Shaloom lemah. Sebenarnya dia hanya basa basi.
"Bo--"
"Gak usah Sha. Lagian udah sore. Kita duluan ya. Lo istirahat biar gak sakit. Ok." Sela Ina sebelum Erga melanjutkan ucapannya. Dia tau yang Shaloom butuhkan sekarang adalah istirahat.
"Ga, ayo jalan. Gue udah ditungguin mama nih."
"Ta--"
"Ayo!"
*****

"Hahahaha." Seketika tawa Ina meledak membuat Erga menatap Ina tajam. Ina segera membekap mulutnya, tapi tawanya tidak bisa dihentikan.
"Baru kali ini gue liat lo sampe segitunya Ga." Ucap Ina disela tawanya.
"Ayolah Sha. Kali ini aja. Please!" Ucap Erga lagi-lagi memohon. Membuat Shaloom menahan tawanya. "Ternyata kamu pantang menyerah juga ya." Katanya seraya tertawa ringan. Erga melongo.
"Ok, kali ini gue mau. Tapi, lo gak boleh ngecewain gue. Kalo lo ngecewain gue, gue gak mau lagi lo ajak dinner." Lanjut Shaloom memperingatkan. Senyum Erga seketika mengembang. Dan secara spontan menarik Shaloom kedalam pelukannya. Walaupun tubuh mereka terhalang oleh meja. Shaloom melepaskan pelukan Erga kemudian melipat kedua tangannya didepan dada sambil memanyunkan bibirnya. Dan mendengus kesal.
"Gue cuma ngijinin lo buat dinner sama gue. Bukan meluk-meluk gue. Dasar mesum!" Erga hanya tersenyum melihat wajah Shaloom yang menurutnya lucu. Sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Sorry sorry gue kelepasan. Saking senengnya." Ucap Erga.
"Yaudah, nanti sore jam 5. Ok." Lanjut Erga seraya beranjak meninggalkan Shaloom terburu-buru.
"Loh katanya dinner. Ko sore banget berangkatnya." Ucap Shaloom yang tak didengar oleh Erga. Karna dia buru-buru tadi.
"Sepupu gue kayanya udah gila." Ucap Ina melihat Erga yang berlari seraya tersenyum dari jendela kelasnya. Shaloom mengernyit bingung.
"Gila karna cinta." Lanjutnya.

______

Jam baru menunjukkan pukul 4 sore. Tapi Erga sudah datang kerumahnya -rumah Shaloom-. Shaloom sedikit terkejut melihat Erga yang datang secepat ini. Padahal tadi dia bilang akan menjemputnya jam 5 sore. Saat ini penampilan Erga sedikit berbeda. Dia mengenakan kaos putih polos dengan outer jas coklat yang tidak dikancing. Bawahannya dia mengenakan jeans dan sneaker berwarna coklat. Ditunjang dengan wajah tampannya yang membuat Shaloom sedikit terpaku saat dia melihat Erga.
"Loh katanya jam 5." Ucap Shaloom heran. Erga hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Yaudah, masuk dulu." Lanjut Shaloom mempersilahkan Erga duduk.
"Gue ganti baju dulu ya." Lanjutnya seraya tersenyum meninggalkan Erga.

Setelah hampir satu jam Erga menunggu. Akhirnya Shaloom keluar dari kamarnya. Dia mengenakan dress berwarna cream selutut tanpa lengan dengan paduan bahan brukat pada bagian atasnya. Rambut lurusnya dia buat curly dan dibiarkan terurai. Dilengkapi dengan tas kecil dan flat soes berwarna senada dengan bajunya.
Penampilannya membuat Erga terpana.
"Waah anak ayah cantik banget nih." Goda ayahnya yang sejak tadi menemani Erga mengobrol. Seketika pipi Shaloom merona. Membuatnya menunduk malu.
"Tuh liat, pacar kamu aja sampe terpesona gitu." Ucap ayahnya seraya menunjuk Erga.
"Ayah dia bukan pacar aku." Sanggah Shaloom.
"Maksud ayah calon pacar kamu." Ucap ayahnya membenarkan. Lagi-lagi pipinya merona.
"Ayaaah."
"Udah udah, kalian berangkat gih. Kasian tuh Erga nungguin kamu lama banget." Erga hanya tersenyum seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ayo." Ajak Erga.
"Ayah aku pamit ya." Shaloom mencium tangan ayahnya diikuti dengan Erga.
"Ga. Jaga anak om ya." Erga mengangguk.
"Dan satu lagi. Jangan pulang kemaleman."

MemoriesWhere stories live. Discover now