Chapter 8

816 36 0
                                    

*Erga POV*

Gue siap! Gue siap buat jemput pacar gue. Shaloom Helga Alavda. Baru semalem gue resmi jadian sama My Sha. Setelah sekian lama dia nolak gue. Akhirnya dengan perjuangan yang cukup sulit, dia bisa nerima gue.
Bevan bener-bener bego udah nyia-nyian gadis kaya Shaloom. Tapi, baguslah. Dengan begitu gue bisa miliki Shaloom tanpa harus ngerebut dari siapapun. Gue harusnya terimakasih sama Bevan. Karna udah ngelepasin Shaloom.

Awal pertemuan gue sama Shaloom emang kurang menyenangkan. Dia lagi nangis dipantai sendirian. Penampilannya berantakan. Tapi wajahnya tetap cantik menurut gue. Gue kira gue gak akan ketemu Shaloom lagi. Tapi ternyata, kita satu sekolah. Dan dia sahabat sepupu gue, Ina. Menurut gue semuanya bukan karna kebetulan tapi takdir. Karna gak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Mungkin, ini skenario Tuhan buat gue. Nah, dari situlah gue mulai tertarik sama Shaloom. Walaupun, jujur awalnya gue cuma penasaran sama dia. Tapi, semakin gue tau tentang dia. Semakin gue tertarik sama dia. Dan Shaloom adalah satu-satunya cewek yang buat gue ngejer dia. Karna sebelumnya, gue bisa dengan mudah ngedapetin cewek manapun di Jerman. Tapi dia beda. Dia kaya punya magnet tersendiri yang buat gue pengen disamping dia terus. Dan satu lagi, bibirnya buat gue candu.Haha
"Erga. Kamu gak sekolah?" Tanya mama dari ambang pintu.
"Iya Mom. Ini mau berangkat ko. Aku berangkat dulu ya Mom." Pamit gue seraya mencium pipi mama gue.
"Gak mau sarapan dulu?" Gue menggeleng.
"Mau sarapan dirumah pacar aku aja."

*Shaloom POV*

Apa semalem gue mimpi? Tapi, itu begitu nyata buat gue. Moment yang gak pernah gue dapetin dari siapapun. Moment pertama kali dalam 17 tahun hidup gue. Erga. Satu-satunya cowok yang buat gue senyum lagi. Satu-satunya cowok yang buat gue bangkit dari keterpurukan. Satu-satunya cowok yang bisa ngobatin sakit dihati gue. Satu-satunya cowok yang bisa masuk ke hati gue. Satu-satunya cowok yang bisa gantiin Bevan dihati gue. Padahal baru sebulan kita akrab. Walaupun, awalnya gue nolak kehadiran dia. Tapi entahlah, semakin seringnya kita ketemu ada sesuatu yang buat gue nerima keberadaan dia.

"Sayang, kamu lagi ngapain? Itu kasian si Erga udah nungguin." Ucap Bunda dari ambang pintu kamar gue. Mau apa dia pagi-pagi ke rumah gue.
"Erga? Dia ngapain Bunda?" Bunda mengernyit
"Loh katanya dia udah bilang mau jemput kamu sayang. Coba cek hp kamu." Gue langsung meraih hp gue dari atas nakas.

2 message received.
From : Erga
Pagi my Sha, hari ini aku jemput kamu ya.

From : Erga
Oh iya, I love you My Sha ♥♥

"Yaudah, cepet gih. Kasian si Erga udah nunggu dari tadi." Lanjut bunda seraya pergi meninggalkan kamar gue.

"Pagi My Sha." Ucap Erga seraya tersenyum, membuat pipi gue panas. Seketika gue denger cekikikan Ayah dan Bunda yang juga sedang sarapan.
"Liat deh Bun, pipi anak Ayah merah gitu." Ledek Ayah seraya melahap pancake buatan bunda. Membuat tawa mereka -Ayah, Bunda dan Erga- menggema di ruangan ini.
"Ayaaah! Udah ah aku mau berangkat."
"Eh.. eh ko aku ditinggalin si Sha."

_____

"Lo serius Erga ngelakuin itu?" Ucap Ina tak percaya setelah mendengar cerita Shaloom -tentang kejadian semalam.
"Kok gue masih gak percaya ya. Setau gue Erga itu bukan cowok yang romantis. Ya walaupun kalo masalah ciuman mah dia emang ahlinya." Lanjut Ina seraya menggoda Shaloom. Membuat pipi Shaloom merona.
"Apaan si Na."
"Eh ke kantin yuk. Gue laper."
"Gue gal laper Na."
"Yaudah temenin gue aja yuk. Ayolah Sha." Rayu Ina memelas.
"Yaudah ayo."

Sesekali tawa Shaloom meledak mengingat lelucon yang Ina ungkapkan. Dan tanpa mereka sadari ada seseorang dimeja seberang -dari tempat mereka duduk- tengah memperhatikan mereka berdua dengan senyum yang terukir dibibirnya.
"Hai, My Sha." Ucap Erga seraya mencium pipi Shaloom. Kemudian duduk disamping Shaloom yang pipinya sudah merona karna ulah Erga tadi. Ina menatap Erga jijik.
"Ewh.." Erga yang tak terima dengan tatapan Ina langsung melayangkan satu jitakan di kening Ina. Dan berhasil membuat Ina meringis.
"Apa-apaan si Ga!" Umpat Ina seraya mengusap keningnya. Erga malah tertawa renyah melihat respon dari sepupunya itu.
"Ya lo ngapain ngeliatin gue pake tatapan gitu." Balas Erga.
"Ya abis lo gak--"
"Gue tau lo mau ngomong apa. Saran gue, mending lo cari cowok deh. Biar gak sensi gitu kalo liat gue sama My Sha." Ina melotot. Membuat Shaloom dan Erga tertawa renyah. Ina memang belum punya pacar dan belum pernah pacaran sekalipun. Tapi bukan itu yang membuat Ina menatap Erga jijik.
"Heh?! Gue itu mau bilang lo kalo mau mesra-mesraan itu tau tempat dong. Ini kan sekolah. Trus yang bikin gue jijik itu panggilan lo buat Shaloom. Ewh.. My Sha. Sejak kapan lo alay begitu." Protes Ina.
"Bodo!" Timpal Erga seraya mengecup pipi Shaloom kembali. Kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Shaloom. Membuat mereka -Ina dan Shaloom- terkekeh.
Shaloom langsung melayangkan sebuah sumpit ke kepala Erga hingga membuat Erga meringis.
"Rasain lo!" Gumam Ina seraya menyeringai.
"Lepasin Ga. Aku gak mau orang mikir macem-macem. Lagian bener kata Ina. Kamu itu harus tau tempat. Ini Indonesia Erga, bukan Jerman." Ucap Shaloom. Erga mendengus. Sedangkan Ina kembali menyeringai menunjukkan wajah kemenangan padanya.
"Oke deh." Shaloom hanya membalasnya dengan senyuman. Membuat Erga menatapnya lembut.
"Oh ya, pulang sekolah ikut aku yuk." Shaloom mengernyit.
"Kemana?"
"Bandara. Jemput Kakak aku."
"IKUUUTT!!"

-------

Notes : thankyou so much. Buat semua yang udah baca cerita aku. Aku kira gak akan ada yang baca,hehe
Sekali lagi makasi ya, udah luangin waktu kalian :3

MemoriesWhere stories live. Discover now