[9] Jarak yang Menipis

3.9K 292 0
                                    

"Baron, lo nggak makan siang?"

Ilmi bertanya sambil melihat jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 12 siang. Sementara Baron masih sibuk dengan game online-nya. Anak laki-laki itu langsung bermain game sesaat setelah berhasil masuk ke database perusahaan lain.

"Nanggung, Kak."

"Gue traktir, yuk! Buruan!"

Dan dalam hitungan detik, Baron langsung melepaskan tangannya dari mouse dan keyboard. Berdiri dengan senyuman lebar di wajahnya. Tangannya menggandeng Ilmi dengan erat.

"Ayo, Bos!" katanya senang.

Ilmi tertawa. Menggeleng-gelengan kepalanya. Heran melihat Baron yang langsung sigap jika mengenai traktiran.

"Gue belum bilang mau traktir apaan padahal." Ilmi berjalan dengan Baron masih menggandengnya erat. "Gue traktirnya es cendol aja ya."

Gandengan itu terlepas. Digantikan dengan senyum cemberut luar biasa milik Baron. "Ah kentut lo, Kak!"

"Loh kok kentut?"

"Iya. Bau. Dan baunya itu nyebelin!" sembur Baron kesal.

Ilmi tertawa. "Bercanda, Ron. Gue traktir makan di resto. Terserah deh lo mau makan apa."

Kedua mata Baron langsung berbinar mendengarnya. "Ayok deh!" Laki-laki itu menggandeng Ilmi lagi dengan erat sambil berjalan keluar gedung.

***

Seorang laki-laki dengan jubah hitam panjangnya memerhatikan seseorang dari kejauhan. Ia melirik ponselnya dan menyamakan wajah orang itu dengan foto di ponselnya.

Sama persis. Dengan yang dilihatnya bertahun-tahun dulu.

Joker. Begitulah panggilannya selama ia menjalankan tugas. Dan baginya, tugas ini masih menyangkut tentang tugasnya yang dulu. Tugas yang seharusnya menjadi tugas terakhirnya.

Tapi lagi-lagi. Gara-gara orang itu, seorang anak laki-laki yang masih hidup dengan dendamnya, ia harus membereskan semuanya. Cepat atau lambat, laki-laki itu akan menemukannya dan berusaha menghancurkan aliansinya.

Itu bukan hal bagus. Bagi dirinya maupun aliansinya. Sun World.

Setelah menimang cukup lama. Laki-laki itu memutuskan untuk berbalik badan. Sebuah rencana hebat telah disusunya dan akan segera dilaksanakan dalam waktu dekat.

***

Kedua mata Ilmi mengerjap tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya. Buru-buru ia menyuruh Baron untuk mencari tempat dan ia mengatakan akan pergi sebentar.

Dengan gerak cepat, Ilmi menghampiri Dewi yang sedang duduk di kursi paling ujung dekat jendela. Di depannya seorang laki-laki yang sudah dikenalnya lama duduk dengan raut wajah bingung.

"Hai, Dewi."

Dewi terkejut. Ia menoleh dan mendapati Ilmi tersenyum ke arahnya. Dan tanpa diminta, ia duduk tepat di sebelah Dewi.

"Hai, Kak Rofik," sapanya.

"Oh, hai, Ilmi. Udah lama ya?"

Ilmi mengangguk. Sikunya menyenggol Dewi yang terdiam sejak kedatangannya. "Udah baikan nih ceritanya?"

Kedua mata Dewi bergerak tak jelas. Seakan menghindari Ilmi. Ia menatap Rofik sebagai gantinya. "Kak, kalau nggak ada yang mau diomongin, aku mau balik."

Kening Ilmi berkerut, begitupun dengan Rofik. Sudah jauh-jauh datang ke sini untuk bertemu dengan Dewi, tapi perempaun itu malah bertingkah semakin aneh.

Beautiful HackerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang