29

90 21 3
                                    

Keesokan harinya.

"Abby!!" Terdengar suara teriakan Sasha yang memanggil namaku. Sepertinya ia mendekat ke pintu kamarku.

CKLEK!

"By!" panggil Sasha, menginterupsi ku yang sedang telungkup santai sambil membaca novel di atas kasur.

"Apa, Sha?" tanyaku seraya menolehkan kepala. Sasha tersenyum lebar dan duduk di tepi kasurku. Matanya terlihat mengerling kepadaku.

"Lo gak bosen, weekend gini di rumah doang?" tanya Sasha. Aku tahu ujung pembicaraan ini akan kemana. Sasha sedang merayuku sekarang.

"Enggak," jawabku dengan gelengan kepala.

"Kok gue bosen banget ya," ujar Sasha. Tangannya mengetuk-ngetuk kasurku. Aku memutar bola mataku seraya menyeringai lebar.

"Kemana?" tanyaku. Aku sudah tahu apa maksudnya. Dia sedari tadi masih berbasa basi, dan aku tahu apa yang ingin disampaikannya : mengajakku jalan-jalan.

Sasha tertawa puas. "Cafe Pentagon."

"Shaaa..." Aku meringis dan terduduk. "Kenapa lo gak ajak Ava aja?"

"Ava juga ikut," ujar Sasha. Aku mengernyitkan dahiku.

"Lah, terus kenapa lo ngajak gue?" tanyaku heran. "Kan lo bisa sama Ava."

"Gak bisa. Entar gue sendiri, By." Sasha menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ava memang ikut. Tapi dia sama Aidan."

"Oh.." Aku bergumam. Sasha mengangkat kedua bahunya.

"Lo berantem sama Aidan ya?" tanya Sasha. Aku langsung mendelik. "Enggak!"

"Lo gak bisa bohong, By. Jujur aja." Sasha mengangkat kedua alisnya. Aku menatapnya, lalu menghela napas.

"Iya. Kami berantem," ujarku.

Sasha mendecak. Dia tersenyum menatapku. Tangannya memegang pundakku.

"Gue yakin lo berdua pasti bakal baikan secepatnya," ucap Sasha. Aku tersenyum kecil dan mengangguk.

"Semoga."

"Oke, lupakan itu semua. Ayo, ganti baju lo. Kita hangout dulu!" Sasha berdiri dan menarik kedua tanganku. Aku meringis. Tak bisa aku menolak Sasha.

━ ━ ━

Setelah perjalanan yang cukup canggung, kami berempat tiba di cafe yang dimaksud Sasha.

Kami berempat? Ya. Aku, Sasha, Ava, dan Aidan. Memang kami berangkat bersama di mobil Aidan. Tapi sesampainya di cafe, kami duduk terpisah. Aku dengan Sasha, sementara Ava dengan Aidan. Mereka tampak sangat akrab.

Aku bingung. Apa mungkin sekarang Ava telah menjadi ‘aku’? Mengapa dia lebih akrab dengan Aidan daripada aku.

"Jangan diaduk terus, By." Sasha membuyarkan lamunanku. Aku menoleh, lalu menyadari kelakuanku sedari tadi. Mengaduk kopi yang telah kupesan, tanpa meminumnya sedikit pun dari tadi.

"Eh," Aku menyengir lebar. Aku pun menyeruput kopi itu dengan nikmat. Sasha menggeleng-gelengkan kepala melihatku.

"Lo berarti gak dengar apa yang gue bilang dari tadi ya?" tanya Sasha. Aku menatapnya dengan kikuk.

"Mungkin enggak.." Aku menggeleng.

"Ck ck ck," Sasha mendecak. Dia kemudian menunjuk ke panggung cafe itu yang berada tak jauh dari hadapan kami.

𝐌𝐎𝐓𝐈𝐕𝐄, 𝖿𝗂𝗇𝗇 𝗐𝗈𝗅𝖿𝗁𝖺𝗋𝖽 ✓Where stories live. Discover now