23

153 31 0
                                    

Setelah melalui beberapa hari di rumah sakit, akhirnya kondisi Andrew pulih. Dia sudah bisa pulang ke rumah.

Soal masalah di sekolah, Kailee rencananya akan dipindahkan. Ternyata, tanpa kami ketahui, Kailee dulu pernah pindah sekolah karena merundungi temannya. Lagi-lagi karena masalah cowok. Pantas saja dia seperti itu di sekolah ini.

Hubunganku dengan Finn, ah lumayan membaik. Aku tak begitu menjauhinya lagi. Memang kami sudah jarang menghabiskan waktu bersama lagi. Ditambah, aku sekarang mengikuti klub badminton dan Finn sibuk dengan band barunya, Wolf Howl. Entah kenapa, setiap mendengar nama band itu, aku langsung menahan tawa. Teringat wajah-wajah ketiga anggotanya.

Finn sebagai vokalis sekaligus gitaris, Jaeden sebagai bassist, dan Wyatt sebagai drumer.

Hari ini, aku mengantar Ava ke les matematikanya. Karena Sasha sedang rapat organisasi, dan Andrew masih istirahat di rumah. Bibi Julie dan Paman Hank belum memperbolehkan Andrew untuk mengendarai motornya.

Jadi, bagaimana aku mengantar Ava ke tempat lesnya? Ya aku yang memboncengnya dengan motor Andrew.

"Lambat banget, By. Nanti gue telat!" Ava mengeluh di belakangku.

Aku mendengus. "Sabar. Gue jarang naik motor, makanya gue takut kencang-kencang."

Tak lama kemudian, kami tiba di tempat tujuan. Ava bergegas turun dari motor dan segera berlari masuk ke dalam tempat les tanpa berpamitan.

"Dasar! Main lari aja," ujarku kesal. Aku pun pergi meninggalkan tempat les ini. Tapi, bukannya pulang ke rumah, aku malah singgah dulu ke rumah Aidan.

"Abby! Beneran dateng lo ternyata," Aidan terkekeh setibanya aku di rumahnya. Dia hanya sendiri di rumah. Kedua orangtuanya sedang mengikuti acara kantor.

"Iyalah. Bosen gue," ujarku. "Lo ngapain aja?" tanyaku.

"Gue pun bosen. Main handphone doang ni kerja gue," jawab Aidan. "Eh, masuklah By. Ngapain di luar."

Aku pun mengangguk dan meletakkan helm ku di atas kaca spion. Ini kali pertama aku ke rumah Aidan. Aku menatap seisi rumah Aidan dengan terkesima.

Perabotannya sudah lengkap. Ya karena Aidan dan keluarganya sudah tinggal cukup lama disini semenjak mereka pindah. Aku duduk di ruang tengah rumah Aidan, tempat menonton televisi. Aidan mengajakku menonton TV sambil mengobrol. Dia memesan pizza satu box sebagai camilan.

"Lo udah bilang sama Andrew?" tanya Aidan.

"Udah. Sasha yang belum tau sih," jawabku sambil menikmati pizza yang baru kuambil.

"Finn chat gue nih," kata Aidan. "Dia nanya gue dimana. Katanya pengen main bareng."

"Terus?" tanyaku, menyimak.

"Gue jawablah, gue lagi di rumah sama Abby," jawab Aidan. "Dan katanya dia mau gerak ke sini."

Aku menepuk dahiku. "Kenapa dia ada dimana-mana sih."

Aidan tertawa. "Gapapa lah, By. Kan dia sahabat lo."

"Dih, sahabat apanya," aku menautkan alisku.

Kami berbincang-bincang tentang berbagai hal. Mulai dari acara TV sampai ke teori-teori konspirasi dunia. Dan tak lama kemudian, tibalah Finn di rumah Aidan.

"Halo we," Finn duduk di sebelahku. Jadilah aku di apit mereka berdua. "Ngapain aja kalian. Itu TV nganggur gara-gara kalian berdua," ujar Finn seraya mengambil sepotong pizza.

"Ngobrol-ngobrol doang," jawab Aidan. "Tuh, Finn, kalau mau minum," Aidan menunjukkan beberapa gelas minuman soda dingin.

"Iya, Dan. Paket komplit lah ya kalau ke rumah lo," Finn tertawa. Aidan mengangguk dan mengacungkan jempolnya.

𝐌𝐎𝐓𝐈𝐕𝐄, 𝖿𝗂𝗇𝗇 𝗐𝗈𝗅𝖿𝗁𝖺𝗋𝖽 ✓Where stories live. Discover now