22

349 50 9
                                    

Mataku membelalak lebar saat memandang Finn. Sementara ia hanya memasang wajah datar. Aku pun langsung diam dan menjaga sikapku agar tetap tenang dan jangan tampak begitu kaget.

"Mau ke lantai berapa?" tanya Finn.

"Satu," jawabku. Finn menekan tombol '1'. Lift pun bergerak turun.

Suasana dalam lift sangat lengang. Hanya ada kami berdua di dalam. Dan keduanya diam, tak mengatakan sepatah kata pun.

"Turunin gue." Aku memecahkan keheningan. Kepalaku masih pusing. Tetapi pandanganku sudah tak berkunang-kunang lagi. Makanya aku bisa melihat Finn.

Setelah aku mengatakan itu, Finn tak bereaksi sama sekali. Aku menepuk pundaknya. "Gue mau ke minimarket, lo kan enggak.."

"Diam."

"Cih."

Finn bersikap aneh. Yang biasanya dia heboh dan mengesalkan, sekarang dia seperti raja dingin pasangan Elsa. Sejujurnya, aku merasa sedikit tidak enak dengan sikapnya sekarang. Tetapi tidak apa. Itu bukan urusanku.

Kami sudah tak berhubungan lagi kan? Dan tugasku sekarang adalah menjauhinya. Tapi sialnya, aku bertemu dengannya lagi. Di lift pula?

TING

Pintu lift terbuka. Terlihat suasana lantai satu yang tak begitu ramai. Saat kami keluar, pandangan orang-orang tertuju pada kami. Kenapa? Karena Finn masih menggendongku. Dia tak menurunkanku sama sekali.

"Finn, gue mau ke minimarket. Lo kenapa ikut?" bisikku.

"Ya gapapa. Emang kenapa? Gak boleh?" jawab Finn. Dia membawaku ke minimarket yang tak begitu jauh dari lift.

Di dalam minimarket, dia belum juga melepaskanku. Dia bertanya, "Lo mau beli apa?" tanyanya.

"Roti keju kesukaan Andrew," jawabku.

"Yang mana?" tanyanya. Aku belum menjawab pertanyaannya dan turun dari gendongannya. Aku pun mengambil roti keju yang disukai Andrew. Lalu, aku berjalan ke kasir, sementara Finn mencari barang untuk dibeli.

 Aku membayar roti yang dititipkan sesuai dengan harga yang disebut si petugas kasir. Setelah giliranku membayar, Finn muncul di belakangku dengan dua ice cream di tangannya. Aku menunggunya di ambang pintu minimarket. Setelah dia membayar kedua ice cream nya itu, Finn berjalan pergi lebih dulu dariku. Aku pun menyusulnya. Kami menaiki lift dan akhirnya tiba di lantai kamar Andrew.

"Nih, Andrew." Aku meletakkan roti keju yang dipesannya di atas meja yang terletak di samping tempat tidurnya. Andrew mengangguk.

"Kembaliannya?"

Aku memberikan kembalian tadi kepada Andrew. Sementara itu, Finn masuk ke dalam ruangan.

"Finn?? Udah datang dari tadi??" tanya Andrew kaget. Matanya membelalak lebar. Finn mengangguk.

"Iya," jawab Finn. "Tadi gue temenin Abby ke minimarket."

Andrew melirikku dan mengulum senyum. Aku memutar bola mataku.

"Duduk gih. Gue kira lo gak akan datang," kata Andrew. Finn duduk di sofa ruangan. Sedangkan aku duduk di kursi sebelah ranjang Andrew dan memainkan handphone ku.

"Datang lah," ujar Finn, menunjukkan cengirannya. "Gimana kondisi lo? Udah mendingan gak?"

"Udah, mayan lah. Oh iya, kenapa lo gak datang sekalian sama yang lain tadi?" tanya Andrew.

"Oh, tadi gue ada urusan bentar sama band," jawab Finn. Mendengar jawaban Finn, Andrew mengangguk-angguk mengerti. Mereka pun melanjutkan obrolan mereka. Aku yang tidak ikut dalam percakapan, berhenti bermain handphone dan keluar, jalan-jalan sebentar.

𝐌𝐎𝐓𝐈𝐕𝐄, 𝖿𝗂𝗇𝗇 𝗐𝗈𝗅𝖿𝗁𝖺𝗋𝖽 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang