06

505 102 21
                                    

Aku turun dari mobil dengan canggung. Finn juga turun, tetapi dia sangat santai.

Aku menoleh memandangnya. Finn juga memandangku. Kami seperti bertelepati, lalu Finn mengangguk.

Finn berjalan di sebelahku, tangannya menggenggam tanganku. Aku hanya diam dan mengikutinya.

Ingat, ini semua demi rahasiaku tentang Johnny.

Awalnya, semua murid sibuk dengan teman masing-masing. Tetapi, saat kami memasuki sekolah, seluruh pasang mata tertuju pada kami. Mereka tampak terkejut dan berbisik-bisik.

Finn hanya berjalan santai. Tangannya berhenti menggenggamku, lantas mulai merangkulku.

"Itu Finn kan..."

"Iya, terus itu siapa?"

"Sahabat barunya?"

"Eh, itu kan yang dihukum sama dia waktu itu!"

"Mereka..."

"Pacaran?"

Kami berjalan di koridor dan berpapasan dengan Millie dan Sadie yang langsung terkejut.

Aku menatap mereka dengan tatapan "akan ku jelaskan nanti" lalu, seperti mengerti maksud tatapanku, mereka mengangguk. Walau raut wajah mereka sangat bingung.

Finn terus membawaku berjalan, untung lokerku belum terlewat. Kami berjalan sampai melewati sekelompok geng perempuan dan...

Johnny.

Ada Johnny di sisi kanan, dan geng perempuan di sisi kiri. Salah satu orang yang ada di geng itu berambut hitam diombre putih.

Vanya.

Perempuan tersebut tampak kaget ketika memandang kami. Finn tak memandangnya, walau dia tahu Vanya melihatnya. Aku hanya diam, ikut tak memandang Vanya ataupun Johnny.

Johnny terlihat kaget. Tapi dia tak berekspresi berlebihan.

Tak jauh dari Johnny, ada ketiga sahabat Finn-Jaeden, Jack, dan Wyatt-juga Noah. Mereka sedang berdebat kecil, dan terkesiap saat melihat kami.

"Owh." Jack membelalak.

Finn menyeringai. Dia melepas rangkulannya. Aku diam sambil memandang ke arah lain.

Aku mengira kalau Finn akan langsung pergi dengan sahabatnya. Ternyata aku keliru.

"By." Finn menolehkan kepalaku ke arahnya, membuatku melotot kaget selama sedetik.

"See you soon."

Finn mengelus rambutku, lalu melambaikan tangan dengan senyum manis.

Bodohnya aku. Aku malah nyengir dan membalas lambaian tangan. Kemudian, Finn bergabung dengan sahabatnya dan aku pergi ke loker.

° ° °

"Abby!"

Aku menoleh.

"Hei, Johnny. Kenapa?" tanyaku.

"Lo..." Johnny menghela napas. "Lo mau ngomong sama gue sebentar gak?"

"Emm, boleh." Aku mengangguk. Kami keluar dari kelas.

Tapi, belum sampai sepuluh langkah dari kelas, aku sudah kebelet buang air kecil.

"John." Aku memandang Johnny dengan cengiran. "Gue ke toilet dulu ya."

"Eh..." Johnny kaget. Tetapi dia mengangguk setelah itu, "Emm, yaudah."

𝐌𝐎𝐓𝐈𝐕𝐄, 𝖿𝗂𝗇𝗇 𝗐𝗈𝗅𝖿𝗁𝖺𝗋𝖽 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang