15. H-7

3.8K 307 23
                                    

Sudah satu minggu berlalu sejak mereka mengurus berkas di KUA, dan kini Salma dan Rony di larang oleh kedua orangtuanya untuk bertemu.

Beruntung saat ini sedang libur semester ganjil di kampus mereka, sehingga mereka tidak perlu takut ketinggalan mata kuliah.

Kini Paul menatap Rony yang sedang menyibukkan dirinya dengan berkas-berkas di kantornya. Tadinya dia mendatangi Rony dengan tujuan mengajak nongkrong, namun sayangnya si gila kerja ini menolaknya. Alhasil dia terperangkap di kantor Rony.

Sebenarnya bisa saja dia pulang, namun kemalasan membuatnya enggan untuk pulang. Lagipula lumayan juga numpang Wi-Fi di kantor Rony. Dasar bule miskin ya Paul.

"Gimana Ron sama persiapan pernikahan lu?" Tanya Paul tanpa mengalihkan pandangannya dari game yang dia mainkan.

Rony menatap Paul yang duduk di sofanya sekilas, "Para orangtua yang nyiapin." Jawab Rony.

"Dih nggak modal lu." Ucap Paul menyindir Rony.

Rony berdecak kesal, sahabat sekaligus sepupu gadisnya ini sangat mengganggu, "Mereka yang mau!" Balas Rony.

"Enak banget ya jadi anak konglomerat, apa-apa tinggal nunggu jadi." Celetuk Paul asal, tidak sadar diri ya Paul, dirinya juga salah satu anak konglomerat, hanya saja prinsipnya 'Selama ada yang gratis, jangan di tolak, itu namanya rezeki!'.

Dasar bule nggak modal!

"Btw Ron, congrats ya, akhirnya perjuangan lu bertahun-tahun berbuah manis." Ucap Paul tulus, jujur dia kagum dengan perjuangan Rony mendapatkan sepupunya. Dia salah satu saksi perjuangan Rony.

Dari pertama pengorbanan Rony untuk menyamakan perbedaannya dengan sepupunya, kesabaran Rony ketika Omnya meminta Rony menunggu Salma sampai gadis itu lulus SMA, dan hingga kini Rony bisa menggapai pujaannya. Paul terharu.

"Thanks!" Balas Rony.

***

Salma uring-uringan di kasurnya, handphonenya di sita oleh Mamanya. Katanya Salma itu licik, bisa saja dia menelpon Rony atau bahkan video call dengan Rony secara diam-diam.

Dan dia merutuki pikiran Mamanya yang sangat benar itu. Jujur saja dia merindukan Rony, apa Rony juga merindukannya?.

Banyak pertanyaan yang menghampiri kepalanya, Rony sedang apa? atau apakah Rony sudah makan?, dia ingin bertemu Rony.

Padahal baru 2 hari mereka tidak bertemu, tapi terbiasa bertemu dengan Rony setiap hari di kampus, atau menemani Rony ke kantor saat dirinya tidak ada jadwal di kampus, itu membuat kebiasaan yang tak bisa tanpa Rony walau sehari. Sabar yah Sal.

"Caa! di bawah ada Nabila." Pekik Mama Salma dari luar kamarnya.

Salma menghentikan aksi guling-gulingnya di kasur.

"Suruh langsung ke kamar aja Ma." Balas Salma dengan teriak, jangan salahkan Salma jika dia tidak sopan karena,

"Langsung ke kamar aja katanya Nab!" Tuhkan, karena Mamanya juga seperti itu, maafkan keluarganya yang sedikit minim sopan santun ini.

Tok.. tok.. tok..

"Masuk Nab!" Seru Salma dari dalam kamarnya.

Nabila masuk kamar Salma dan duduk di pinggiran kasurnya, memperhatikan sahabatnya yang sedang telungkup di kasurnya ini.

"Kamu belum mandi ya Sal?" Tanya Nabila saat menyadari Salma masih memakai baju tidurnya.

Salma membalikkan badannya menjadi telentang, "Belum, males ih." Jawab Salma.

"Dih calon manten masa bau ginii!" Ejek Nabila dengan gerakan tangan yang menutup hidungnya.

"Mandi gih Sal!" Suruh Nabila, dia menarik-narik ujung kaki Salma.

"Nggak mau." Balas Salma.

"Mandi deh, habis ini aku ajak kamu jalan-jalan deh." Ucap Nabila dengan menaik turunkan alisnya.

"Sama Rony, Paul?" Tanya Salma dengan mendudukkan dirinya, bukan tanpa alasan dia bertanya seperti itu, karna biasanya mereka sering jalan bersama.

"Ya enggaklah! kamu kan lagi nggak boleh ketemu Rony." Jawab Nabila.

Jawaban Nabila membuat semangatnya semakin turun saja.

"Nggak mau ah kalau nggak sama mereka!"

"Hilih-hilih, bilang aja mau ketemu Rony kan?"

Salma mengangguk-anggukkan kepalanya lemah, dia rindu Ronynya.

"Sabar kali." Celetuk Nabila.

"Btw aku punya ini!" Seru Nabila mengeluarkan kartu debit dari tasnya.

Salma mengerutkan alisnya, dia tahu itu kartu debit siapa. Itu kartu debit milik Ronynya.

"Kok bisa di kamu, ih kamu selingkuh ya sama Rony" Tuduh Salma memicingkan matanya menatap Nabila.

Plakk..

Nabila refleks memukul paha Salma, "Diih, ya nggak lah."

"Ini tadi di kasih sama Ka Paul, katanya titipan dari Ka Rony buat kamu, terus dia juga minta sama aku buat ajak kamu jalan-jalan pakai ini." Jelas Nabila seraya mengangkat kartu debit itu.

Salma manggut-manggut mendengarkan.

"Beruntung tahu kamu bisa nikah sama dia, belum nikah aja udah dapat nafkah lahir, tinggal nafkah batinnya aja nih lagi." Nabila menaik-turunkan alisnya menggoda Salma.

Salma bergidik ngeri membayangkannya dan reflek menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aaa nggak mau nikah, takut aku Nab!" Sunggut Salma.

Nabila menggidikan bahunya.

"Tapi itu kewajiban kamu nanti juga Sal." Seru Nabila.

"Tapi takut, katanya sakit yaa kalau pertama Nab!" Ucap Salma dengan rasa takutnya.

"Nggak tahu sih Sal, tapi aku denger dari tanteku yang baru nikah sih katanya sakit tapi enak." Pungkas Nabila, heh Nab ngupingmu berfaedah kali ya.

"Ih enak gimana Nab?" Tanya Salma penasaran.

"Nggak tahu juga Sal, nantilah kamu rasain sendiri, terus ceritain ke aku hehee." Cengir Nabila.

Salma mendengus kesal, dia bangkit dari duduknya.

"Eh mau kemana?" Tanya Nabila.

"Mau mandi, katanya mau jalan." Jawab Salma sambil berjalan menuju kamar Mandinya.

"Sip, jangan pakai lama!" Seru Nabila.

Salma tak menghiraukan ucapan Nabila, dia berjalan menuju kamar mandinya.

***

Di sinilah Salma dan Nabila sekarang, di sebuah tempat perawatan wajah dan tubuh ternama di kota mereka. Ternyata Nabila mengajaknya untuk perawatan seluruh tubuhnya.

Katanya persiapan buat nanti, biar Salma makin kinclong di hari-H dan bisa manglingin. Salma mah ngangguk aja, lagipula dia suka perawatan seperti ini, tubuhnya pasti akan terasa segar nantinya.

"Mbak, teman saya kan mau nikah, ada perawatan khusus nggak Mbak buat yang mau nikah gitu?" Tanya Nabila pada salah satu pegawai saat ingin menentukan perawatan apa yang harus mereka lakukan.

"Oh iya Kak, biasanya lulur, pijat, dan mandi rempah wangi adalah persiapan wajib yang kami berikan buat calon-calon manten, tambahan scrub badan dengan kopi atau cengkeh, terutama di bagian bokong, paha, dan punggung agar kulit makin halus dan bebas selulit. Serta waxing dan pijat p*y*d*** Kak." Jawab pegawai tersebut dengan senyum ramah.

Sementara Salma tersenyum canggung menghadapinya, sungguh dia malu.

"Yaudah Ka, buat temen saya, dia ngambil yang itu yah Ka." Ucap Nabila.

Salma menatap Nabila malu, beneran dia malu banget.

"Baik Ka, silahkan ikut dengan kami." Ucap pegawai mengarahkan Nabila dan Salma, keduanya mengangguk mengikuti pegawai tersebut.

***

Objek FavoritWhere stories live. Discover now