13. Distraksi

Mulai dari awal
                                    

"Iya, tapi kau tau? Dia sudah benar-benar memukul egoku dengan telak!" Jika sebelumnya dia terisak, kali ini tangisnya malah meledak lagi seperti bayi yang kehilangan botol susunya. Aku tidak heran mengapa dia bisa menjadi seperti ini. Dillon sudah memukul egonya. Bagi Angel yang selalu menomorsatukan ego dan harga diri, apa yang sudah dilalukan Dillon justru jauh lebih menyakitkan dari kekerasan fisik.

"Coba kau tenangkan dirimu dulu, Angel. Tarik napas, lalu hembuskan pelan-pelan. Jangan lupa minum segelas air putih agar perasaanmu bisa lebih tenang," titahku dengan penuh perhatian. Meski terkadang dia membuatku kesal, aku ternyata bisa merasa kasihan juga melihat si jagoan milik Pretty Shitty menjadi seperti ini.

"Aku tidak terima, Raina! Dillon tidak boleh menemukan penggantiku begitu saja. Itu terlalu cepat!"

"Kau menangis karena mendengar kabar bahwa Dillon sudah mendapatkan pacar baru? Astaga, Angel! Kukira masalahnya akan lebih besar dari ini. Kau membuatku panik!"

"Tidak, bodoh! Aku tidak mendengar kabar itu, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!"

Angel meraung-raung seperti orang yang kesetanan, sedangkan aku benar-benar bingung harus melakukan apa. Aku bisa saja datang ke rumahnya menginap untuk sekadar menenangkan dia, tapi bagaimana caranya aku bisa keluar rumah larut malam begini? Sebenarnya aku bisa saja mengusahakan diri untuk pergi diam-diam, tapi kali ini kupikir aku tidak perlu melakukannya. Angel hanya sedang menggila.

"Raina, oh, tolong. Aku ingin membunuhnya!"

"RAINA!"

"Apa kau mendengarku?"

"Ya, Angel. Ya."

"Aku ingin membunuhnya dengan pisau cukur. Atau mungkin gunting kuku?"

"Raina, beri aku saran!"

"Raina, ayo jawab aku! Harus dengan apa aku membunuh Dillon? Gunting rumput? Sekop pasir? Jawab aku!"

Ya Tuhan. Apa temanku ini sudah benar-benar gila sekarang? Aku mulai takut. Tapi, sejujurnya ini bukan hal yang baru. Aku sudah pernah melihat Angel histeris dan menggila seperti ini. Dia jadi berbicara sembarangan tanpa arah, melantur seperti orang yang tidak sadarkan diri.

"RAINA, KENAPA KAU TIDAK MENJAWABKU?! Kau sudah tidak sayang aku, ya?" Tangisnya meledak lagi. Bahkan jauh lebih parah dari sebelumnya.

"Angel, ayolah. Kau jangan membuatku pusing."

"OH, TUHAN. HUHUHU ... MEMANG SUDAH TIDAK ADA ORANG YANG MENYAYANGIKU DI DUNIA INI!!!"

"Angel, kau sedang mabuk! Kendalikanlah dirimu! Apa yang sudah kau minum sampai separah ini?"

Kemudian aku mendengar dia terkikik geli. Aku pernah melihat Angel berada di bawah pengaruh alkohol, tak jarang pula aku dan dia mabuk bersama untuk menghilangkan stres, tapi kurasa yang satu ini jauh lebih parah.

Kali terakhir aku melihat Angel mabuk berat seperti ini adalah saat Dillon memutuskan hubungan secara sepihak di tahun 2020 lalu. Aku hanya bertiga dengan Kirei sebagai tambahan ketika kami masuk ke sebuah klub malam. Angel menangis seolah-olah tidak akan ada orang yang memperhatikannya. Dia bahkan sampai naik ke atas meja ketika musik keras sudah mulai terdengar. Sepulang dari sana, aku mendengar kabar bahwa pagi-pagi sekali gadis itu sudah dilarikan ke UGD. Wajahnya pucat sekali, kata dokter dia hampir mati karena overdosis alkohol. Ayah ibunya marah sekali, sampai Angel tak dibolehkan keluar rumah hingga berbulan-bulan.

FWB: Friends With BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang