Chris menyerah dengan semua ini.

"Tuan ...kau yakin tak ingin pulang? Beberapa hari lagi Nive akan datang ke sini, kau tak takut dia akan marah karena Tuan pergi? Dia pasti akan marah sehingga mengacau di sini, Anda tak takut dengan dia? Anda tahu sendiri bagaimana Nive bukan? Dia tak akan terima Anda pergi meninggalkan kami begitu saja." Wasy berucap lemah, ia sudah lelah menangisi Tuannya, hanya saja ia tak tahu bagaimana caranya berhenti menangis.

_____

Leo benci hujan, ia selalu merasa sepi, sedangkan diluar hujan mengguyur kota dengan sangat deras, bahkan sesekali tirai kamarnya menimbulkan suara akibat tertiup angin kencang dari luar.

Leo bukan orang lilapsofobia yang akan takut saat ada badai, hanya saja terlalu sering ia meminta ditemani orang lain saat sendiri, membuatnya merasa takut akan sepi.

Semuanya hancur, kepergian Chris membuat Hendry juga meninggalkannya, siang tadi ia juga memutuskan hubungannya dengan Dalfa, Leo merasa ia sudah malas menjalin hubungan asmara dengan siapapun.

Leo beranjak dari ranjangnya, ia memperbaiki tirai yang terus tertiup kencang, diluar benar-benar sudah seperti badai, Leo menjadi takut, namun ia tekankan sekali lagi, ia bukan orang lilapsofobia yang fobia terhadap badai.

Gemuruh air hujan membuat Leo kembali meringkuk diranjang, tapi atensi pemuda itu teralihkan pada paper bag yang tak sengaja Chris tinggalkan pada hari itu.

Leo menyambar paper bag diatas nakas itu, ia melihat sebuah buku di dalamnya.

"Dia." Leo membaca judul buku itu, dipojok bawah ia melihat nama penulisnya, Chris.

Dengan sedikit ragu Leo membuka halaman pertama.

Dear Leo

Buku ini aku tulis hanya untuk memberi tahu semua orang betapa bahagianya aku memiliki kekasih manis sepertimu.

Kupersembahkan buku ini untukmu, Leo pria manis dengan sejuta cara membuatku selalu tersenyum, ia adalah poros duniaku berputar, aku merasa jika dia pergi, duniaku juga ikut berhenti.

Leo mulai terisak saat membaca buku itu, sudah beberapa kali ia menyeka air matanya yang tumpah karena tulisan kekasihnya yang sudah pergi itu.

Benar kata orang, jangan membuat seorang penulis jatuh cinta jika tidak ingin abadi dalam karyanya, terbukti oleh Leo, ia dengan jelas membaca setiap kata yang sirat akan ketulusan Chris padanya.

Sebuah buku berjudul 'dia' yang menceritakan hubungannya dengan Chris, Leo tak henti melapalkan kata maaf disetiap lembar yang ia baca, sampai tak terasa ia sudah membaca setengahnya, Leo tak sanggup untuk melanjutkannya.

Ia memeluk buku itu, dengan isakan pilu, ia masih ingat hari dimana Chris mengatakan memiliki hadiah khusus untuknya, tapi dihari itu ia dengan jelas mengecewakan Chris.

Ia rindu pelukan hangat Chris, ucapan lembut pria itu, harus bagaimana Leo saat ini? Bagaimana ini, ia sangat merindukan Chris.

"Chris ... aku sendirian ... kenapa kamu pergi Chris," ucap Leo dibarengi isakan, ia benar-benar merasa kehilangan.

Ya, pada dasarnya manusia akan mengerti ketika sudah merasakan artinya kehilangan.

Leo memukul-mukul kepalanya, ia berteriak prustasi dengan dirinya sendiri, Leo ingin Chrisnya kembali.

Ia masih ingat dimana ia dan Chris piknik kecil-kecilan didekat danau, ciuman penuh cinta tanpa ada tuntutan membuat Leo nyaman.

Namun semuanya sudah hilang. Ya, semuanya sudah hilang dibawa raga yang sudah menjadi abu.

"Ini belum dua bulan Chris ... aku kedinginan, diluar hujan sangat deras, apa langit ikut berduka juga selama satu minggu ini?" Leo mengusap air matanya kasar, penampilannya benar-benar kacau, hidung merah, mata menyipit karena terlalu banyak menangis.

Leo terus menangis sampai ia terlelap, ia meringkuk memeluk buku pemberian kekasihnya itu, sekarang hanya Chrislah kekasihnya tak ada yang lain.

"Aku merindukanmu," gumam Leo dalam tidurnya.

____TBC

A/N lilapsofobia artinya ; fobia sama badai.

Day 49, besok day terakhirr ... gak nyangka udah mau end aja nih story, terima kasih yang udah ngawal story ini dari awal, salam sayang dari kami❤

Regret ( Terbit)Where stories live. Discover now