Entah kenapa ia merasa tak percaya, orang setulus Chris akan melakukan hal tercela itu.

"Kau ... "

Brak

Leo terkejut ia tak melanjutkan ucapannya, saat pintu rumah di buka dengan kasar, menampilkan Wasy dengan wajau muramnya.

Leo mengerutkan keningnya, saat Wasy menghampiri dirinya.

"Katakan sialan!" Wasy menarik kerah baju Leo, "katakan sekali lagi jika Tuanku melecehkanmu!" sentak Wasy.

"Kau sama sekali tak memiliki sopan santun, kau masuk rumah orang lain tanpa izin dari pemilik," ucap Leo.

Wasy terkekeh geli, "rumahmu? Bukankah, Tuan yang membayar sewa rumah jelek ini?" ucapnya.

"Ada tujuan apa kau datang kemari?" ucap Leo, sudah kesal dengan tingkah Wasy, ia benar-benar tak menyukai wanita ini.

Sedangkan Zamni diam menyimak keduanya, wajar saja Wasy marah, Chris masuk rumah sakit, keadaannya memburuk.

"Kau ingin tahu sesuatu?" ucap Wasy, tatapannya tajam, menusuk.

Wasy melepas cengkramannya dikerah Chris, ia menghela napas sebelum mengatakan segalanya.

"Dominan yang kau sia-sia kan, dia adalah manusia berhati malaikat yang tak semua orang bisa sepertinya," tutur Wasy, suaranya serak menahan amarah yang terus bergejolak dalam hatinya.

"Dia rela di menggantikan posisi dominan bajingan yang menjamah kekasihnya, membersihkan bekas jamahan manusia menjijikan yang telah merusak kekasihnya, bahkan dia tak memikirkan perasaannya yang hancur saat melihat banyak sperma dipaha submisif kesayangannya." Wasy menjeda ucapannya, ia menunduk sendu melihat lantai.

"Tolong bicaralah yang jelas Was," sela Leo.

"Bukan Tuan Chris yang menidurimu dimalam itu, dia melakukan itu hanya agar kau tak terlalu hancur, ia berpikir kau benar-benar mencintainya juga, makanya ia menggantikan bedebah yang melecehkanmu, berbaring disampingmu seakan dialah yang memasukimu," jelas Wasy, tangannya mengepal, ada rasa sesal dihatinya, tak mengatakan ini sejak dulu, andai ia tahu alasan mengapa Leo menyakiti Chris, tenyata alasannya membalas perbuatan yang tak pernah Chris lakukan.

Leo tercekat, jantungnya seakan berdetak lebih cepat, ia mencengkram bahu Wasy.

"Katakan ini hanya karanganmu," ucapnya.

"Apa aku terlihat pintar mengarang bercerita?" Wasy mendongak, tatapannya bersi bobrok dengan kedua mata kelam Leo.

"Aku memiliki bukti itu, aku masih menyimpan rekaman dimana Tuan membersihkan tubuhmu yang penuh sperma," ucap Wasy, air matanya lolos, entahlah ia merasa sakit saat mengingat semua hal besar yang dilakukan Chris.

Leo melepas cengkramannya, dia mundur beberapa langkah, ia berharap ucapan Wasy hanyalah omong kosong, jika ucapan Wasy benar, ia benar-benar sudah kejam terhadap Chris.

"Dia sekarat, selama ini ia tak berharap bisa sembuh, namun saat bertemu denganmu dia memiliki harapan itu, saat kau mengatakan dia pria penyakitan, dia semakin semangat untuk sembuh, agar bisa membuatmu bangga, namun apa yang kau berikan padanya? Kau menjatuhkannya sampai ke dasar jurang," ucap Wasy.

Leo terduduk lemas, kakinya terasa tak bisa menopang bobot tubuhnya. Zamni yang sedari tadi diam, menghampiri Leo mengelus punggung sahabatnya ini.

"Selamat, kau menghancurkan malaikat yang sangat disayangi keluarganya, merusak persaudaraan mereka, merusak hubungan ibu dan anak, ku akui kau hebat dalam urusan menjalang." Wasy pergi setelah mengatakan hal itu, ia tak peduli dengan Leo yang tengah diam terhantam kenyataan pahit.

Ya, penyesalan itu selalu ada bagi orang yang menyia-nyiakan orang lain.

____

Luna menatap wajah pucat putranya, ulu hatinya terasa sakit, melihat tubuh sang putra terbujur kaku.

"Sayang ... mama selalu menyayangimu nak." Luna mengelus wajah Chris yang terasa dingin, ia berusaha menahan tangisnya.

Dulu anaknya masih kecil, terlihat lucu saat mengeliat di dalam couveuse, Luna sangat bahagia saat melahirkan Chris, ia tak pernah menyesal melahirkan anak yang berbeda dari anak lain.

Putranya Chris, sudah dari awal diberi perawatan, ia pikir Chris hanya terlahir lebih awal sampai ia harus melihat Chris dalam couveuse, ternyata putranya dinyatakan sakit kanker diusia sembilan tahun, mengenaskan nasib sibungsu Killian.

"Katakan ini tak benar pa, aku masih mengingat Chrisku saat baru kulahirkan, dia masih tersenyum kemarin, mana mungkin saat ini ia berhenti tersenyum padaku?" Luna meremas bahu Mahardika yang sedari tadi diam disampingnya.

Siapa yang akan percaya jika anak mereka diambil Tuhan lebih cepat?

Mahardika merengkuh tubuh Luna yang mulai tak bisa berdiri dengan benar.

"Dia ... anakku, dia tak mungkin pergi begitu saja." Luna meraung, dipelukan suaminya, takdir semenyakitkan ini pada ibu dua anak ini.

Pukul sembilan lebih tiga menit, tepat Chris menghembuskan napas terakhirnya dipelukan sang ibu.

Wajah pucat itu, tatapan hangat  itu, senyuman manis yang tulus, tutur kata yang lembut itu sudah mati dibawa raganya yang telah mati.

Sudah dikatakan bukan, harapan dan manusia itu mengecewakan, namun jika manusia tanpa harapan ia bisa mati. Seperti Chris, yang selalu berharap tapi harapan itu menyakitinya, sampai ia menyerah untuk bertahan.

Chris manusia dengan hati malaikat itu sudah pergi ke pelukan yang bisa memeluknya dengan erat tanpa menancapkan duri ditengah-tengahnya.

Chris pergi membawa cinta itu jauh agar semua orang tak lagi menganggapnya bodoh, ya baik dan bodoh memang beda tipis, tapi siapa yang tak akan sudi memiliki orang macam Chris? Bodoh? Katakanlah, lagipula sibodoh itu sudah tiada.

Makhluk bodoh dengan cinta tulusnya, sudah menyerah dengan hidupnya.

Selama ini ia hidup hanya untuk menunggu kematian, perawatannya hanya untuk menperlambat ajal.

Chris kekasih Leo, sudah tiada.

____TBC

A/N Couveuse artinya inkubator ya .... itulohh kalau bahasa simplenya bayi prematur suka diopen biar anget.

Day 47, bye bye Chris?


Regret ( Terbit)Where stories live. Discover now