02. Orientation Day

569 60 0
                                    

Tahun ajaran baru Saintama International High School diawali dengan penyambutan yang cukup meriah. Sebanyak lebih dari lima puluh booth makanan dan minuman berdiri di halaman utama, mengelilingi panggung acara yang sengaja diletakkan di tengah-tengah agar tetap menjadi pusat perhatian siswa-siswi baru.

Noah sebagai Student Council President jadi lima kali lebih sibuk dari pada siswa-siswi kelas dua belas yang lain. Mondar-mandir memeriksa panggung acara, meminta persetujuan kepala sekolah, lalu berakhir di ruang sekretariat SSC (Saintama Student Council) untuk memeriksa ulang daftar pengisi acara orientasi.

"Kasih tahu anak-anak yang mau demo ekskul buat standby around the stage. Gue gak mau nanti giliran mereka dipanggil malah belum pada siap."

Perempuan di depan Noah mengangguk patuh. Ia menunggu hasil revisi dadakan dari jadwal pengisi panggung hari itu untuk segera disetujui oleh si ketua agar acara di depan langsung bisa segera dimulai. "Kayaknya bakalan banyak yang komplen deh, No, karena susunan acaranya tiba-tiba diganti pas hari H gini."

"Bilang aja, susunan yang sebelumnya kurang efektif."

Sementara Noah sibuk mengemban tanggung jawab sebagai seorang pemimpin, Quinn, Willa, Rae, dan Yssabelle lebih banyak menghabiskan waktu luang di ruang belajar khusus milik Quinn sejak perempuan itu meraih peringkat satu paralel semester lalu, menggantikan posisi Gabriel yang hampir tak pernah hengkang dari tempatnya sejak masuk Middle School.

Barang-barang Gabriel masih di ruangan seluruhnya. Masih tak tersentuh. Quinn mengalah untuk memakai study room di sebelah, sebuah ruangan kosong yang disulap dalam waktu lima hari oleh pihak sekolah karena pemilik study room yang seharusnya pergi justru menghilang tanpa kabar sampai detik ini. Quinn sama sekali tidak peduli dengan janjinya untuk mengusir Gabriel secara sadis kalau dia mampu merebut ruangan itu. Bahkan tanpa diusir pun, gadis itu sudah lebih dulu lenyap tanpa jejak.

"Polisi mulai curiga sama gue." Quinn membuka obrolan dengan topik yang tak ingin ia bicarakan.

Yssabelle beralih dari layar iPad untuk sebentar menatap temannya di kursi meja belajar. "Why?"

Dua kepala yang lain ikut menoleh ingin tahu.

"Because of my access for Summerville." Quinn memutar kursi belajar untuk menghadap mereka sepenuhnya. "What do you think guys?"

"Tapi mereka gak punya bukti apa-apa, kan?"

Perempuan itu menatap Willa seolah-olah menyadarkannya akan sesuatu yang ia lupa.

"Ya kecuali gelang itu."

Yssabelle meletakkan iPadnya di atas pangkuan, mulai tertarik dengan obrolan yang terjadi.

"Tapi aneh gak, sih, kalau tiba-tiba gelang itu ada di sana? Kita semua tahu kan, G minta kita buat ngumpulin gelang itu sama dia sebelum kita hiking. And we don't know what she wants, actually." Perempuan berambut cokelat oranye itu menatap dinding kosong seperti menerawang study room milik Gabriel dari sana. "Bisa jadi setelah ini polisi nemu gelang gue dan gue juga dituduh jadi tersangkanya?"

"Maksudnya, G cuma lagi ngerjain kita?"

Willa mengangguki pertanyaan Rae. "Ini genre cerita yang paling dia suka, 'kan, Re?"

Bukan hanya Rae yang paham tentang seberapa sukanya gadis itu dengan cerita misteri penuh teka-teki begini. Halloween Party G! selalu pecah setiap tahun dengan tema escape game yang berbeda-beda.

"Bisa jadi G lagi ngetawain kita di tempat dia sembunyi sekarang."

Keempat anak itu serempak meneliti setiap sudut ruang belajar Quinn untuk menemukan sesuatu mencurigakan seperti kamera tersembunyi atau alat penyadap lain yang sengaja disembunyikan Gabriel. Namun, tempat itu masih terlalu kosong untuk benda-benda misterius tak terlihat.

Who Killed My G? (END)Where stories live. Discover now