20. Buah dan Hasil

66 26 8
                                    

"Aha, dasar bajingan," umpat Sohyun dengan senyum tidak percaya sekaligus kesal.
Sohyun menghembuskan nafas jengkel sambil menatap jalanan yang sepi. "Seharusnya jika ingin menurunkanku, setidaknya turunkan aku di tempat umum!"
"Aish, bajingan itu! Hei, Lee Taeyong, aku doakan semoga tidak selamat dunia akhirat!"
Pada akhirnya Sohyun hanya bisa menarik nafas panjang kemudian berjalan ke jalan raya. Oh, tentu saja masih mengutuk Taeyong dalam hati. Sohyun melangkah dengan hentakan kaki. Ia menendang apa saja yang terlihat di depannya.
"Jam berapa ini?" pikir Sohyun sembari melihat jam di lengan kirinya. "Aish, bajingan itu benar-benar menguji kesabaranku. Kenapa harus di jam ini, hah?!"
Sepanjang jalan, Sohyun terlalu sibuk mengutuk Taeyong sehingga ia tidak sadar bahwa dirinya sudah tiba di jalan raya. Ia bahkan tidak sadar ketika mobil hitam berhenti tidak jauh darinya. Kaca belakang mobil turun, menunjukkan sosok yang tak asing.
"Hei, Yoon Sohyun! " panggil Hwang Minhyun.
Sohyun tersentak kaget. Ia hampir saja memukul Hwang Minhyun dan mengumpatinya. Namun saat menyadari bahwa itu adalah bagian Royal, Sohyun  segera menurunkan tangannya.
"Ke-kenapa?" tanya Sohyun ketus, namun gugup.
"Kenapa kau berkeliaran di sini? Sebentar lagi pelajaran selanjutnya akan dimulai," ucap Hwang Minhyun.
Ini karena teman keparatmu itu, bisik Sohyun dalam hati.
"Ah, seseorang yang tidak bertanggung jawab mengajakku melakukan sesuatu lalu menurunkanku seenaknya di pinggir jalan." Sohyun tersenyum, namun senyumnya justru membuat ia nampak menakutkan.
Hwang Minhyun diam sejenak, lalu ia membuka pintu. "Masuklah."
Sohyun tertegun sejenak.
Karena Sohyun tidak bergerak dari tempatnya berdiri, Minhyun mengulangi ucapannya. "Masuklah."
Sohyun menyipit curiga. Bagaimana pun Minhyun adalah anggota Royal dan dirinya anti dengan Royal. Minhyun menghembuskan nafas panjang, lalu berkata, "Jika kau tidak mau, aku akan berangkat dulu."
Karena tidak mendapat respon yang tak berarti, Minhyun hendak menutup pintu mobil dengan maksud untuk menakuti Sohyun. Namun Sohyun dengan cepat. Lalu gadis itu masuk dan duduk di sebelah Minhyun. Minhyun diam-diam tersenyum karena rencananya berhasil.
Sohyun menggembungkan pipi. Lagipula Minhyun tidak sebusuk Taeyong. Cowok itu sudah membantunya. Jadi ia rasa Minhyun tidak seburuk anggota Royal yang lain. Minhyun juga tidak menyuruh-nyuruh dirinya seperti yang lain.
Dalam hati, Sohyun mulai mengingat-ingat hal yang baik. Dan setelah mengumpulkan ingatan tentang Minhyun, Sohyun menarik kesimpulan sederhana. Minhyun orang baik. Titik.
Sohyun terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Jadi ia tidak menyadari Minhyun yang memandang profil wajahnya dari samping dan mobil sudah melaju.

***

Taeyong memandang ke luar jendela dari Secret Garden. Karena letak Secret Garden di lantai 3, ia dapat melihat ke hampir seluruh bagian depan sekolah, terutama gerbang. Teman-temannya yang lain sedang sibuk membicarakan soal Choi Yena. Tapi pikirannya tertuju pada satu sosok.
Pada saat itu, gerbang terbuka dan mobil yang tidak asing masuk. Alih-alih langsung ke basement, mobil itu berhenti di depan bangunan paling depan sekolah. Dan seseorang turun dari sana.
Taeyong menyipitkan mata, memastikan bahwa ia tidak salah lihat. Namun matanya tidak sedang menipunya. Yoon Sohyun turun dari mobil diikuti Hwang Minhyun. Keduanya tampak sedang berbicara beberapa saat. Sebelum akhirnya Sohyun berlari meninggalkan Minhyun dengan buru-buru. Taeyong merasa sedikit terganggu dengan interaksi Sohyun dan Minhyun.
"Sejak kapan Yoon Sohyun dan Minhyun sedekat itu?" Ucapnya tanpa sadar.
"Eh, apa? Siapa? Yoon Sohyun dan Hwang Minhyun?" Ong Seongwo tentu saja sangat tertarik.
"Hei, kenapa kau mengalihkan pembicaraan? Kita sedang membicarakan Choi Yena. Cewek itu sok jual mahal sekali. Eh... " Minki tampaknya mencoba memproses ucapan Ong Seongwoo. "Minhyun dengan siapa?"
"
"Hmm, pantas saja Minhyun tidak tertarik dengan permainan kita. Aku tidak menyangka bahwa ternyata dia sudah punya target yang lain," balas Sungjae.
"Masuk akal." Minki sok-sokan menyetujui, padahal otaknya masih loading.
"Apa menurutmu Minhyun akan mengejar Sohyun?" Ong Seongwoo sekarang berlagak seperti detektif.
"Minhyun? Bukankah karena dia memang seperti itu?" Sekarang Sungjae jadi benar-benar tertarik.
"Dia memang baik kepada siapa saja. Tapi aku tidak pernah melihatnya memberi tumpangan kepada cewek," balas Ong Seongwoo.
"Ha... Benar juga. Di ulang tahunnya, bukankah dia juga membantu Choi Yena?" Sekarang Sungjae sedikit penasaran. "Jadi Minhyun mengejar Choi Yena dan Yoon Sohyun? Memang dia cowok seperti itu?"
"Hmmm, ini menjadi menarik." Ong Seongwoo tersenyum mencurigakan. "Haruskah aku mengejar Yoon Sohyun juga?"
Ucapan semboro Ong Seongwoo mendapat hadiah tamparan di belakang kepalanya dari Minki, "Jangan sembarangan."
Ternyata sejak tadi Taeyong memandang Ong Seongwoo dengan dingin. Orang yang menyadarinya pertama kali adalah Minki. Maka cowok cantik itu segera menjepit kepala Seongwoo dan menariknya menjauh dari Taeyong. Sungjae yang kebingungan membuntuti Minki dan Seongwoo.
"Hei, menurutmu apakah ini seperti cinta segitiga?" bisik Sungjae kepada kedua temannya setelah mereka berada di seberang ruangan.
"Cinta segitiga? Tapi bukankah si so--siapalah itu sudah punya pacar?" Minki ikut-ikutan.
"Siapa?" Sungjae entah sejak kapan mulai tertarik dengan topik tentang Yoon Sohyun.
"Bukannya si bajingan Taehyung, ya?" balas Minki tidak senang.
"Bukankah ini persaingan yang sengit? Apa perlu kita bertaruh?" Sungjae bersemangat.
"Bukankah berarti itu sangat buruk! Kau tahu bahwa di antara kita semua dan Macan Putih, yang terburuk adalah hubungan Taeyong dan Taehyung?!" Ong Seongwoo bergidik.
"Kau mau mati konyol karena bertaruh hal seperti ini?" tambah Minki.
"Memang mereka benar-benar pacaran?" Ong Seongwoo sedikit kecewa.
"Tapi banyak yang bilang kalau Ta--ehmm, bajingan itu sering pergi bersama Sehyun," balas Minki.
"Tapi jika rumor itu benar, kenapa Minhyun juga mengejarnya?" Ong Seongwoo membuka misteri baru. "Ngomong-ngomong namanya Sohyun, bukan Sehyun."
"Tunggu, bagaimana dengan Choi Yena?" Minki tersadar bahwa bahasan mereka telah digantikan topik tentang Yoon Sohyun.
Baru saja Minki berkata demikian, pintu Secret Garden terbuka. Sosok Choi Yena berdiri di antara pintu raksasa dengan wajah rumit.
"Baru saja kita bicarakan... " bisik Minki. "
"Lee Taeyong," panggil Choi Yena dengan suara penuh emosi. "Apa yang perlu aku bantu?"
Taeyong bangkit dan duduk di kursi sofa. Ekspresi dinginnya melembut. Melihat perubahan sikap Taeyong tanpa sadar membuat teman-temannya merinding.
"Aku terluka. Bisakah kau mengobati dan mengompres wajahku?" pinta Taeyong seperti anak anjing.
"Astaga, bagaimana kau bisa babak belur seperti ini?!" Choi Yena dengan sigap segera berlari mengambil air dan juga kotak p3k.
Kemudian gadis itu dengan sigap merawat Taeyong. Melihatnya, Minki mengernyitkan alisnya dengan tidak nyaman. Untuk pertama kalinya, Minki sedikit terganggu dengan kepalsuan teman sejak kecilnya.
"Hei, menurutmu apa ini akan baik-baik saja?" tanya Minki gelisah. "Entah mengapa ini tidak akan berakhir dengan baik."
Sungjae dan Ong Seongwoo mengalihkan perhatian mereka dari Taeyong dan Yena kepada Minki. Di antara mereka semua, Minki sangat peka. Meskipun cowok itu sama brengseknya dengan  mereka, tapi Minki adalah salah satu yang masih memiliki hati nurani selain Minhyun. Ketika ia merasa bahwa sesuatu terlalu berlebihan, maka cowok itu pasti akan bersikap demikian.
"Apa lebih baik kita hentikan saja taruhan kita?" lanjut Minki.
Ketiganya memandang ke arah Taeyong.
"Aku tidak yakin kita bisa berhenti sekarang," balas Sungjae.
"Aku sedikit setuju dengan Minki. Tapi kita tahu Taeyong seperti apa. Dia... Bukankah semakin mirip dengan ayahnya?" timpal Ong Seongwoo.
Taeyong menyadari pandangan dari ketiga teman-temannya. Tapi dirinya tidak perduli. Dia tetap mempertahankan persona seseorang yang berhati lembut meski dingin.
Tapi di hadapannya, sosok Choi Yena berubah menjadi seorang Yoon Sohyun. Sosok Yoon Sohyun mengecil, hingga akhirnya sosok itu begitu kecil sehingga ia bisa menggenggamnya di kedua tangannya. Ia menggenggam gadis itu erat-erat di tangannya, seolah ingin menghancurkannya. Seperti bunga mawar yang kelopaknya berhamburan saat kau memegangnya dengan begitu keras.

***

Akhirnya aku bisa up juga guys setelah sekian lama nangkring di draft ga selesai-selesai. Maafkan aku ya baru up...   TmT

Another Boys Before Flower (Slow up Date)Where stories live. Discover now