15. Hukuman dan Nomor Ponsel

112 32 28
                                    

Untuk suatu alasan yang tidak mengerti, pada keesokan harinya Royal memanggil Sohyun ke Secret Garden di jam istirahat. Sohyun sudah panas dingin. Sedangkan para siswi memandanginya dengan penasaran.
Andai saja sekte Royal tidak mendatanginya, Sohyun tidak akan berdiri dari tempat duduknya. Atau lebih baik dirinya bersembunyi di tempat lain. Tapi melihat wajah sengak pemimpin sekte sesat itu, Sohyun hanya menurut kemudian bangkit dan pergi ke Secret Garden.
Di sepanjang perjalanan, Sohyun hanya bisa memasang senyum. Padahal ia tidak nyaman karena orang-orang terus memandanginya. Tapi yang paling buruk tentu saja pemimpin sekte pemuja Royal yang memandanginya seperti hendak melubangi punggung Sohyun.
"Ini tidak adil. Aku bahkan tidak pernah memasuki Secret Garden. Kenapa harus dia?!" Salah satu pengikutnya protes.
"Benar. Apa ada yang kurang dariku? Oh, mungkin aku harus ganti brand make up?" tambah salah satu siswi.
"Aku sudah melakukan prosedur pada hidungku. Apa itu tidak terlihat bagus? Apa aku harus melakukannya lagi?" ucap yang lain.
"Wah, kebetulan sekali. Aku juga tidak ingin pergi. Bagaimana kalau kau menggantikanku?"
Rasanya Sohyun ingin berkata demikian. Tapi ia hanya bisa melakukannya dalam hati. Sepertinya ada yang salah. Di dalam novel-novel, semakin kau terlihat tidak menyukainya, maka kau akan dianggap menarik. Dan Sohyun melakukan taktik sebaliknya agar bisa jauh dari Royal. Awalnya semua berjalan baik-baik saja. Jadi sejak kapan rencana itu menjadi bumerang bagi dirinya?
Ini tidak benar. Aku harus melakukan sesuatu, pikir Sohyun sambil mengikuti kuku-kuku jari jempolnya.
Sohyun memikirkan banyak strategi untuk misi 'menjauhkan diri dari Royal'. Dia sudah banyak melakukan cara. Menjadi fangirl--walau tidak mau, kabur untuk bersembunyi, apalagi strategi yang belum ia coba? Sohyun mengingat-ingat cara apa saja yang pernah ia lakukan untuk menghindari Royal.
Sohyun terlalu sibuk dengan strategi 'Melarikan diri dari Royal'. Sampai-sampai ia tidak sadar mereka sudah tiba di Secret Garden. Sohyun hampir saja melewati Secret Garden kalau saja pemimpin sekte sesat itu tidak menahan kerah belakang seragamnya.
"Mau kemana kau?" tanya cewek itu tidak bersahabat.
Sohyun tersentak. "Oh, sudah sampai, ya. Cepat sekali. Hahaha."
Cewek itu mengernyitkan alisnya dengan jijik. "Hentikan tawa bodohmu itu. Kau membuatku kesal!"
Mendengar bahwa tawa sumbang nya membuat cewek itu kesal, Sohyun semakin memanjangkan tawanya. Cewek itu semakin memandangnya kesal. Melihat wajah kesal pemuja sesat itu, Sohyun sedikit terhibur.
"Tch, kau benar-benar menyebalkan. Lihat saja nanti. Aku akan memberimu pelajaran." Setelah mengancam Sohyun, para pemuja setan itu segera meninggalkannya di depan pintu Secret Garden.
Sohyun hanya mengupil sambil mengiringi mereka sampai menghilang dari pandangannya. Kemudian ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Ketika merasa bahwa lorong itu sepi, ia menyeringai. Menemui Royal? Huh, yang benar saja. Ia tidak akan melakukannya.
Sohyun sudah bersiap untuk melenggang meninggalkan tempat itu saat pintu terbuka. Kaisar berdiri di antara dua pintu yang berat itu sambil menatapnya datar dan dingin. Masa bodoh, Sohyun sudah ancang-ancang berlari. Namun seseorang menahan kerah belakang bajunya dan menyeretnya masuk ke Secret Garden. Mengapa semua orang suka menarik kerah bajunya?
"Kau pikir kau bisa melarikan diri lagi?" ucap cowok itu dingin.
"Melarikan diri? Ahahaha... Omong kosong apa itu? Bagaimana aku mau melarikan diri dari kalian? Aku 'kan penggemar kalian nomor satu." Sohyun menghindari tatapan Kaisar.
Aih, sulit sekali menghindari orang-orang ini.
"Benar, kau penggemar kami nomor satu."
Kaisar yang tidak pernah tersenyum hari ini tersenyum. Namun senyumnya tidak mencapai matanya. Jika orang lain melihatnya, mereka pasti akan heboh dan ini akan menjadi pembicaraan tujuh turunan. Tapi bagi Sohyun senyum itu seperti bencana. Dunianya gonjang-ganjing seketika. Keringat dingin bermunculan di dahinya.
"Ahahaha... Y-ya?!" Perasaan Sohyun selalu buruk, tapi ini adalah yang terburuk.
"Bukankah kau penggemar Royal nomor satu? Rasanya ini adalah hal yang mudah untuk kau lakukan."
Mengapa ucapannya seperti eksekusi mati?

*~*

Sohyun harap, ia bisa menghilang saat itu juga. Melihat Royal setiap hari sudah menjadi neraka. Dan sekarang ia harus bersama-sama dengan mereka setiap pagi, istirahat, dan pulang sekolah? Mimpi apa ia semalam sehingga ia berada di posisi ini. Siapa pun katakan padanya, apa sebenarnya yang terjadi!
"Kaisar, mem-membersihkan Secret Royal saja sudah merupakan kehormatan bagiku. Tidak, tidak, menghirup aroma yang sama dengan Royal saja sudah merupakan anugerah yang aku syukuri! Jadi membersamai Royal setiap hari adalah sesuatu yang tidak pantas bagi seseorang sepertiku!" tolak Sohyun halus.
Oh, siapa yang mau setiap hari bersama kalian, hah? Aku tidak punya waktu untuk berteman dengan orang-orang sepertimu, bisik Sohyun dengan senyuman memuntahkan madu--yang sesungguhnya adalah racun.
"Mengapa? Bukankah ini adalah kesempatan bagimu? Kau bakal punya pamor di sekolah." Ong Seongwoo tampak menyambut ide Kaisar dengan bersemangat.
"Seseorang sepertiku tidak pantas untuk itu." Aku tidak mau, bajingan! Sohyun mencoba menahan diri.
"Ah, benar juga! Kau sudah memiliki pamormu sendiri di sekolah." Ong Seongwoo tampak kecewa. "Tapi kalau kau bergabung dengan kami, pamormu akan meningkat!"
"Tidak, tidak, tidak, aku tidak pantas untuk itu." Sohyun keukeuh menolak dengan halus.
Pokoknya dia tidak mau. Tidak bisakah orang-orang ini membiarkannya tenang sekali saja?
"Kalau begitu kau cukup datang setiap kali membutuhkanmu," putus Taeyong dengan suara tidak bisa dibantah.
Mata Sohyun melebar, tidak percaya. "Apa? Kau baj---"
Sohyun hampir saja kehilangan kontrol dan mengumpati Taeyong. Dengan cepat ia mengulum bibirnya. Sedangkan berpasang-pasang mata terarah padanya. Sohyun segera mengubah ekspresinya dan berkata, "Tidak. Maksudku, aku benar-benar tidak bisa. Bisakah... "
"Berapa nomor ponselmu?" Taeyong memotong ucapan Sohyun sembari mengeluarkan ponselnya.
"Nomorku?" Sohyun mengutuk cowok di hadapannya ini dalam hati. "Itu... Aku tidak hafal."
"Mana ponselmu?"
"Ponsel? Untuk ap-apa?" Sohyun menelengkan kepalanya, berpura-pura tidak mengerti.
"Berikan ponselmu!" ulang Taeyong tegas.
Sohyun bingung sebentar. Kepalanya memutar otak untuk mencari alasan agar bisa menolak perintah Taeyong. Hei, memiliki nomor cowok ini mungkin adalah mimpi kebanyakan perempuan. Tapi Sohyun bukan salah satunya. Dia tidak mau terlibat lebih Royal, apalagi Kaisar.
Lagipula ia memiliki bayangan mengapa pria itu meminta ponselnya. Tidak, cukup di sekolah saja mereka terlibat. Dia tidak mau terlibat dengan Royal di luar itu!
"Itu... Di kelas! Aku meninggalkan ponselku di kelas!" Sohyun mengucapkan alasan paling pertama yang mampir di otaknya.
Taeyong mengangkat wajahnya, memandang gadis itu lekat-lekat. Sohyun menelan ludahnya susah payah. Ia harap cowok itu tidak menyadari kebohongannya.
"Ambil."
"Ya?"
Taeyong tidak banyak kata. Ia hanya melangkah sambil menarik lengan Sohyun dan keluar dari Secret Garden. Seluruh Royal memandang keduanya dengan heran. Sohyun mencoba menahan diri di tempatnya, namun kalah kuat dari cowok itu. Mau tidak mau ia harus berjalan karena cowok itu setengah menyeretnya.
"Kemana kita pergi?" tanya Sohyun sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Taeyong.
Tapi Taeyong tidak banyak bicara. Dia terus berjalan. Ketika mereka berjalan di lorong, secara alami mereka menjadi pusat perhatian. Melihat Taeyong yang menganggap tangan seorang gadis tentu saja bakal menjadi topik yang hangat.
Sohyun tidak tahan lagi dengan pandangan mata yang terarah pada mereka. Ia seperti dikuliti oleh mata-mata mengerikan yang terarah padanya. Rasa tidak nyaman itu membuat ia ingin muntah. Maka ketika sampai di dekat tangga yang sedikit sepi, Sohyun memaksa menghentikan mereka dengan berpegangan ke pembatas tangga.
"Tu-tunggu dulu!" teriaknya mencoba untuk menghentikan Taeyong.
Akhirnya cowok itu menghentikan langkahnya. Itu karena Sohyun berpegangan ke pembatas tangga dengan keras kepala. Untuk pertama kalinya, Sohyun melihat Taeyong menghela nafas berat. Sohyun menjadi ketar-ketir.
Taeyong menghempaskan tangan Sohyun dengan kesal. Cowok itu nenatapnya penuh dengan intimidasi. Sohyun tanpa sadar memundurkan langkahnya karena merasa takut dengan tatapan cowok itu padanya.
Takut hal buruk terjadi, Sohyun segera berkata, "+82 10xxxxxxx."
Taeyong mengangkat alisnya. "Bukankah kau bilang kau tidak hafal nomormu, hm?"
"Itu... Aku mendadak mengingatnya... Hahaha... " Sohyun tertawa sumbang.
"Benarkah? Kau tidak sedang memainkan trikmu padaku, bukan?"
"Memainkan trik? Ahaha, yang benar saja. Mana berani aku memainkan trik murahan seperti ini pada Kaisar."
"Sungguh?"
"Ahaha, tentu saja."
"Ulang."
Taeyong mengeluarkan ponselnya. "Katakan."
Sohyun mengucapkan nomor ponsel--yang sebenarnya adalah nomor acak--kepada Taeyong. Dia menyeret ucapannya karena enggan. Namun pandangan mengintimidasi Taeyong membuat ia terus bicara.
Namun tanpa diduga, Taeyong langsung menelpon ke arah nomor itu. Sialnya, ternyata nomor acak itu berfungsi dan menyambung ke seseorang. Ada jeda sejenak dan panggilan diangkat. Di seberang sana, terdengar suara berat seorang pria yang sepertinya sudah cukup tua.
Taeyong mematikan panggilan dengan cepat sembari menatap Sohyun ganas. Sohyun secara natural merasakan ancaman. Gadis itu sudah ancang-ancang berlari, namun Taeyong lebih cepat. Cowok itu menarik lengan Sohyun dan mendorongnya ke tembok di sebelah tangga. Pria itu memenjarakannya di antara lengannya. Kali ini Sohyun benar-benar terpojok dan tidak bisa lari kemana.
"Kau kira aku tidak tahu, kau sering melakukan trik ini?" ucap Taeyong dingin.
Mata Sohyun bergetar. "Trik? Aiya... Itu hanya trik kecil, bukan?"
"Trik kecil?" Pandangan Taeyong semakin dingin dan dingin.
Cowok itu memajukan wajahnya ke arah Sohyun. Secara reflek, Sohyun memundurkan wajahnya sampai kepalanya terpentok tembok. Sohyun meringis sakit, namun ia tidak berani mengucapkan apa pun. Karena pandangan Taeyong lebih mengerikan dari itu. Sohyun ingin mendorong tubuh pria itu agar menjauh darinya, namun di sisi lain ia enggan menyentuh pria itu. Karena sepanjang yang ia dengar, cowok itu tidak suka ketika orang lain menyentuhnya.
"Baiklah, baiklah. Nomorku +82 10xxxxx99!"

***

Another Boys Before Flower (Slow up Date)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن