21. Janjinya...

302 38 0
                                    

Ketika musim dingin mulai datang memeluk Desember dan menyebarkan hawa dingin yang perlahan-lahan membekukan semuanya. Mendung sudah menyelimuti langit sejak sore pertanda salju tak akan lama lagi akan menyelimuti dataran penuh manusia ini.

Di antara banyaknya manusia yang memilih berada di dalam rumah, berlindung di bawah hangatnya selimut, Cherry memilih untuk duduk di luar seorang diri. Menikmati secangkir kopi panas yang baru dia beli dari coffee shop di dekat kantor.

Cherry menatap kosong kepulan asap yang bergerak naik dari permukaan cangkirnya, melamunkan banyak hal yang masih berputar di kepalanya. Tentang semua yang terjadi akhir-akhir ini dan juga tentang perasaannya.

Tepat 2 bulan yang lalu Lee Haechan melamarnya. Tapi belum pernah sekalipun Cherry mendengar kata 'aku mencintaimu' terucap dari bibir lelaki itu.

Keraguan Cherry itu cukup masuk akal, dan penolakan Cherry saat itu juga bukan sesuatu yang akan dia sesali karena sampai sekarang pun Cherry masih meragukan perasaan Haechan.

Tidak ada yang berubah dari Lee Haechan, dia tetap manis seperti biasanya dan memperlakukan Cherry seperti seorang princess. Satu-satunya yang berubah dari hubungan mereka adalah perasaan Cherry.

Gadis itu sudah membuka hatinya sejak dia sepakat untuk berpacaran dengan Haechan, tapi Cherry tidak ingat kapan dia mulai jatuh cinta.

Tangan Cherry terulur kedepan, memutar cangkir lattenya dengan hati-hati. Tepat saat Cherry hendak menikmati secangkir kafein itu, seseorang meletakkan blazer untuk menutupi pundaknya.

"Kenapa ga di dalam aja? Disini dingin "  Lee Haechan menggeret kursi di hadapan Cherry dan duduk bersandar disana.

"Lagi pengen di depan." Jawaban sederhana Cherry mengundang sebuah senyuman di bibir Haechan.

Gadis itu menatapnya, saling bertukar pandangan dengan Lee Haechan. Okey Cherry mulai mempertimbangkan ini. Dia akan mulai serius berbicara tentang pernikahannya sekarang.

"Chan.." gadis itu menggantung, terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan.

"Ya?"

Bola mata Cherry bergerak kesamping, otaknya sedang bekerja keras untuk mencari kalimat yang tepat sebelum dia kembali memandang Haechan.

"Aku sudah memutuskannya, aku akan terima lamaranmu. Ayo kita menikah."

Sebaris kalimat yang terucap dari bibir Cherry memberikan efek kejutan untuk Haechan. 2 alisnya terangkat dengan tatapan tidak percaya.

"Kamu serius? Sudah yakin?" Haechan ingin memastikan itu.

"Iya aku serius. Kamu bisa tentukan tanggal pernikahannya."

Senyuman Haechan kemudian mengembang dengan pancaran kebahagiaan yang tergambar jelas di kedua hazelnnya.

"Okey, aku akan ajak orang tuaku ke rumah kamu besok, dan minta ijin mama buat nikahin kamu."

Cherry mengangguk, senyumannya terasa lain untuk Haechan dan membuat dahi lelaki itu membentuk garis vertikal.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Pre-Wedding | LEE HAECHANWhere stories live. Discover now