16. Sister Complex

315 43 13
                                    

"Jen.. bangun.. " Cherry menggoyang-goyangkan tubuh kekar Jeno.

Lelaki itu masih tidur dengan posisi tengkurap. Tidak biasanya Jeno seperti ini. Sebagai seorang manusia yang disiplin dan sangat menjaga tubuhnya, Jeno biasa jogging atau nge-gym di pagi hari.

Namun hari ini sebaliknya. Dia bermalas-malasan dan belum bangun saat mendekati jam masuk kantor. Sebenarnya Cherry tidak masalah Jeno mau tidur sampai kapan, hanya saja dia juga akan terlambat jika Jeno terlambat.

"Jen.. ayo kita mau telat."

Cherry berdiri dengan lututnya di atas ranjang Jeno, lalu menekan-nekan punggung Jeno seperti seseorang yang melakukan CPR.

"Jen... Kamu masih hidup kan?? Je... Oh-uh.." Cherry terkejut saat Jeno tiba-tiba membalik tubuhnya menjadi terlentang dan membuat Cherry jatuh menimpanya.

"Ngapain sih nindih-nindih orang ? Kalau lagi sange tuh samperin Haechan, jangan aku." Bukannya mendorong tubuh Cherry menjauh, Jeno justru menarik tubuh mungil itu dan memeluknya seperti guling.

"Jangan sembarangan kalau ngomong." Cherry bergerak, dia berusaha melepaskan diri.

"Jen.. lepas.. ini kita udah telat loh.."

"Mm.. males pengen bolos." Gumam Jeno.

"Kita ini kerja dibayar, kita bukan anak sekolahan yang bisa bolos. Jeno.." Cherry mendongak. Karena tidak berhasil melepaskan diri gadis itu mulai memukul-mukul pipi Jeno.

"Hey.. kenapa matamu sembab? Hayoo habis nangisin siapa?" Cherry melihat wajah Jeno lamat-lamat.

"Ga ada ya, ini sembab gara-gara kurang tidur." Jeno cemberut. Lelaki itu akhirnya melepaskan Cherry dan bangun dari ranjangnya.

"Keluar !! aku mau mandi."

Jeno berkendara sedikit meliuk ketika dia memasuki pelataran kantor pagi ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jeno berkendara sedikit meliuk ketika dia memasuki pelataran kantor pagi ini. Lelaki itu akhirnya membawa kembali motor sport hitam manly kesayangannya karena mobilnya dibawa Donghae.

Jeno sebenarnya tidak masalah, toh dengan motor dia bisa sampai di kantor dengan lebih cepat. Satu-satunya yang mengomel disini adalah Cherry.

Gadis musim semi itu bahkan masih cemberut ketika Jeno membantunya turun dari atas motor. Bukan tanpa alasan, Cherry sudah berdandan dengan stelan rok span pagi ini dan menaiki motor sport itu sungguh menyusahkannya.

"Motornya ketinggian." Protesnya belum juga berakhir.

"Bukan salah motornya, kakimu aja kependekan." Kata Jeno.

Lelaki itu menunduk dan melingkarkan tangannya di perut Cherry untuk melepaskan jaket denim yang dia pakai menutupi kaki gadis itu.

Tangan lelaki itu masih fokus melepas simpul pada jaketnya namun mata bulan sabitnya melirik ke atas, menatap jahil bibir cemberut yang menggemaskan itu.

My Pre-Wedding | LEE HAECHANWhere stories live. Discover now