"Nggak terkenal kok, orang-orang aja yang terlalu penasaran sama gue." jelas Allaric.

Alana manggut-manggut, detik selanjutnya tidak ada percakapan. Alana sibuk mengamati butiran air hujan yang turun. Tenang dan damai, Alana rasa, hanya saat hujan turun dia baru merasakan ketenangan.

"Lo cantik." ucap Allaric.

"Eum?" Alana menoleh disertai perasaan campur aduk setelah mendengar Allaric mengatakan hal itu.

"Gue bilang, lo cantik." ulang Allaric.

Alana berdehem, ia menyelipkan rambutnya menahan degub jantung yang tiba-tiba memburu.

"J-jangan bilang gitu, aku aja nggak ngerasa cantik." sahut Alana.

"Dimata gue, lo cantik." kilah Allaric cepat.

Degub jantung Alana semakin tak karuan mendengar Allaric berkata demikian. Ia pura-pura menguap untuk menghindari kontak mata dengan cowok itu.

"Kakak lucu, udahlah tadi tiba-tiba nembak aku. Sekarang malah muji aku cantik." ujar Alana ala kadarnya.

Allaric menyahuti ucapan Alana santai. "Lo emang cantik, jadi apa salahnya kalo gue puji cantik."

"Salah ih, aku mana ada cantik-cantiknya. Nih, jelek banget pake kacamata, terus pendek, badannya rata. Nggak ada orang yang bilang aku cantik, kakak orang pertama yang bilang aku cantik. Jangan-jangan mata ka---"

"Enggak, mata gue sehat." potong Allaric segera. Ia cukup kesal mendengar Alana berbicara seolah tak mau menghargai diri nya sendiri.

"Lo cantik, nggak perlu validasi dari orang lain." ucap Allaric.

Mulut Alana terkatup, ia merasa tertampar dengan ucapan Allaric.

"Kalau pun lo butuh validasi dari orang lain, cukup gue aja yang jadi orang lain itu." Allaric melirik Alana yang masih terpaku ditempat. Ia tersenyum, kemudian mengambil satu bungkus rokok dari balik celana nya.

"Kakak perokok ya?" tanya Alana kaget.

Allaric mematikan koreknya dan menyesap gulungan tembakau itu santai.

"Iya, kenapa? Lo nggak suka?" sahut Allaric.

"Bukan nggak suka, tapi kamu masih sekolah. Anak sekolah mana boleh merokok. Apalagi ini masih deket area sekolah, kalo ketahuan guru gimana?" oceh Alana setengah mengomel.

Tawa Allaric terdengar, putung rokok yang baru ia nyalakan langsung saja ia buang beserta satu bungkus rokok lainnya, menyisahkan korek api saja yang kemudian ia masukkan kedalam saku celana.

"Itu arti nya lo nggak suka. Karena lo nggak suka, gue nggak akan ngerokok."

Alana dibuat bingung dengan tingkah Allaric. "Ba-bagus deh kalo gitu, tapi kakak nggak ngerokok jangan karna aku aja. Tapi karena dampak rokok yang nggak baik buat kesehatan." ucap Alana.

"He'um." dehem Allaric.

Suasana mendadak canggung saat Allaric terdiam. Terlebih, diamnya cowok itu sembari menatap lamat-lama gerak-gerik Alana. Jujur, Alana sampai merasa sedikit terganggu.

SWEET BUT PSYCHOحيث تعيش القصص. اكتشف الآن