≪ ✎6.Selesai?➶ ≫

46 4 0
                                    

Harsa tengah duduk di sebuah cafe pinggir kota dengan kekasihnya.

Sejak awal Harsa tidak banyak bicara, padahal biasanya ia akan selalu bersemangat jika bertemu dengan gadis di depannya ini.

Beberapa waktu belakangan ini hubungan Harsa dengan sang kekasih memang beberapa kali terlibat cekcok, dari kesalahpahaman sampai memang sebuah kesalahan. Dan hari ini Harsa mengajak Maya bertemu lagi, dan Maya bilang dia juga punya sesuatu yang ingin di sampaikan kepada Harsa.

"Permisi kak, ini pesanannya." ucap seorang waitress  mengantarkan pesanan Harsa dan Maya. Maya mulai menyantap jus pesanannya dan beberapa potong kentang goreng, sedangkan Harsa hanya mengaduk-aduk minumannya.

"Kamu mau ngomong apa?" Tanya Harsa setelah menyeruput minumannya.

Maya menghentikan aktivitasnya, ia menghela pelan sebelum membuka suara.

"Har, aku mau putus."

"Hah?" Harsa tentu terkejut, matanya membulat dan intonasinya menaik.

"Kamu ngomong apa sih May? emang kita ada masalah?"

"Dari awal kita emang bermasalah, Har." jawab Maya.

"T-tapi kenapa tiba-tiba gini?"

"Oke, akhir-akhir ini emang kita banyak cekcok, tapi kita udah lupain semua itu kan?" ucap Harsa, ia masih tidak paham.

"Ngelupain bukan berarti selesai Har. Semua masalah kita berlalu bukan karna kita udah nyelesain tapi karna kita ngebiarin semua berlalu gitu aja,"

"Kamu sadar gak sih? hubungan kita udah renggang, aku udah gak ngerasain cocok lagi sama kamu," Maya menjeda ucapannya, "Kamu berubah, Harsa."

Harsa mengernyitkan dahinya, "Berubah gimana?" tanya Harsa bingung.

"Ya berubah, kamu gak sesweet dulu, kamu gak seperhatian dulu, pokoknya berubah."

"Aku gak bisa ngejalanin hubungan kaya gini."

Harsa menghela kasar, ia menyandarkan punggungnya pada kursi. Harsa tau bahwa terkadang ia terkesan cuek pada Maya, tapi itu hanya sesekali saat ia lelah dan ia juga tidak secuek itu. Bahkan disaat Harsa cuek sekalipun orang sekitarnya tetap mengatainya bucin.

"Aku minta maaf May kalau kamu ngerasa risih sama sikap aku yang kaya gitu. Kamu tau kan alasan aku kaya gitu?" intonasi Harsa lebih lembut sekarang.

Pada dasarnya Harsa memang cuek, dan alasan dia yang terkadang cuek pada Maya karna ia lelah dengan sikap Maya yang seringkali mengulangi kesalahannya. Tapi ia tidak bermaksud menyakiti Maya karna ia juga di sakiti. Harsa hanya mau Maya sadar akan kesalahannya, dan yang jelas Harsa tidak pernah cuek secara berlebihan pada Maya.

Keduanya diam, Harsa masih menatap wajah lawan bicaranya sedangkan Maya menatap sembarang arah. Harsa merasa ada kebohongan dari sorot mata Maya saat ini.

"Maya, kamu serius sama yang tadi?" tanya Harsa lagi, ia sudah kembali duduk dengan tegap.

Maya masih diam, ekspresinya seperti menahan emosi, emosi marah dan...sedih?

Maya akhirnya kembali menegaskan semua ucapannya, "Udah ya Har, kita udahan. Detik ini juga, aku, kamu gak ada hubungan apa-apa. Maafin kesalahan aku ya, aku pamit, Har." Maya berdiri dari duduknya, sebelum benar-benar pergi Maya kembali memperingati Harsa.

"Jangan hubungi aku lagi ya, Har." Maya pun pergi dari hadapan Harsa. Harsa masih diam. Entahlah ada perasaan kecewa dan sedikit lega.

Jujur Harsa merasa lelah dengan hubungannya dengan Maya, tapi ia tidak menyangka hubungannya akan berakhir seperti ini.


Jujur Harsa merasa lelah dengan hubungannya dengan Maya, tapi ia tidak menyangka hubungannya akan berakhir seperti ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jevan dan Luna sedang duduk berdua saat ini di teras rumah Jevan. Luna menemani sang ibu berkunjung ke rumah Jevan, sebenarnya Luna malas tapi ia tak tega membiarkan sang ibu pergi sendiri apalagi sang ibu membawa beberapa box yang entah apa isinya.

"Eh Jep, nanya dong gue." ucap Luna disela kunyahan cemilannya.

"Tanya aja, biasanya juga nyerocos." sahut Jevan yang masih fokus dengan ponselnya.

"Si Harsa sama pacarnya kenapa dah?" tanya Luna." Luna memang tahu beberapa hal tentang teman-teman Jevan itu, termasuk hubungan Harsa dengan Maya.

"Kenapa gimana?"

"Gue liat-liat si Harsa makin sering galau sekarang." jawab Luna.

"Emang tukang galau dia mah." Jevan masih fokus dengan ponselnya tanpa melirik Luna sedikit pun.

"Ya tapi masa galau mulu," ucap Luna. Sebenarnya ia tak berniat membicarakan Harsa begini. Luna bingung mau berbicara apa, ia tak suka senyap saat bersama orang yang dekat dengannya. Kebetulan ia teringat sosok Harsa yang beberapa kali kedapatan sedang galau olehnya, ya sudah ia tanyakan saja.

Akhirnya Jevan mengalihkan atensinya dari layar ponselnya, "Gak paham juga gue. Tapi kalo menurut gue hubungan Harsa sama Maya itu dah gak sehat." ungkap Jevan

"Gak sehat gimana?" tanya Luna.

"Ya gak sehat, anak-anak juga setuju. Maya sering ngulang kesalahan dia, Harsa yang sering di omelin gara-gara deket sama cewek lain, sedangkan dia juga deket sama temen-temen cowoknya, bahkan beberapa kali kepergok jalan bareng, tau kan lo?" Luna menangguk, ia tahu. Bahkan Harsa pernah kena marah karna ketahuan mengantar Luna pulang itu pun karna permintaan Jevan.

"Harsa juga bego sih, padahal dia tau hubungannya aneh, masih aja di pertahanin." seru Jevan sambil mengambil cemilan di tangan Luna.

"Tapi Luna emang seburuk itu ya?"

"Ya gak juga sih. Gak tau deh gue, tu cewek kadang baik kadang juga ngeselin parah, tau dah." ucap Jevan bingung. Ya, mungkin Maya tidak seburuk itu?







 Ya, mungkin Maya tidak seburuk itu?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.








Gonna Be FineWhere stories live. Discover now