chapter 03 : shitty day

9.7K 541 40
                                    

"Everyone saw magic in his eyes, dirty, naughty, and uh

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

"Everyone saw magic in his eyes, dirty, naughty, and uh... hot."

༺❀༻

Berlin merutuki alam semesta karena membuatnya sial hari ini, pertama Berlin tertinggal Bus sekolah sehingga dia harus naik angkutan umum, kedua Berlin terkena macet parah, ketiga uang Berlin terbang hingga masuk selokan, dan yang keempat... pintu gerbang akan ditutup oleh satpam, jika Berlin tetap memperlihatkan wajahnya dan meminta masuk, maka Berlin akan mendapat hukuman.

Kedua bahu Berlin merosot, yang Berlin tahu akses masuk hanya ada pada gerbang utama, kini angan-angan untuk masuk ke dalam kelas harus Berlin kubur dalam-dalam karena itu tidak mungkin. Namun ketika ingin pasrah dan kembali ke rumah tiba-tiba sebuah tangga tertangkap di pandangan Berlin, dia mengulas senyum. Gadis itu memutuskan untuk memanjat tembok.

Berlin mengumpulkan keberanian untuk beberapa saat, dia menghembuskan nafas berulang kali, lalu Berlin mendongak guna memastikan bahwa ujung tembok aman.

"Semoga ini bukan hari terakhir gue," lirih Berlin dan segera menaiki tangga dengan hati-hati.

Berlin tersenyum, dia berhasil sampai di atas tembok! Untuk beberapa detik Berlin berhenti guna menetralkan pernapasannya. Namun saat pandangannya jatuh ke bawah tiba-tiba kaki Berlin lemas. Berlin lupa satu hal bahwa dia takut ketinggian.

"ADA ORANG GAK DI SANA? TOLONGIN GUE DONG!" persetan apabila ada guru yang lewat, Berlin tidak peduli, sekarang dia hanya ingin segera turun sebelum benar-benar akan pingsan di atas sana.

"Ini beneran gak ada yang denger apa!?" Berlin kembali berteriak.

Masih tidak ada sahutan dari siapapun, kedua mata Berlin berkaca-kaca, dia tidak bisa bergerak sedikitpun karena tubuhnya terasa lemas, yang bisa Berlin lakukan hanya memegang erat ujung tembok.

"Sumpah gak lucu kalau beneran gak ada orang, gue takut!" Berlin menutup kedua mata dan menangis.

"BUNDAAA!! Maafin teteh, Bun, kayanya bentar lagi teteh mau meni-"

"Ngapain?"

Berlin menggantung ucapannya ketika seseorang datang memotong, sedetik kemudian Berlin membuka kedua matanya.

"Milan tolong gue gak bisa turun, dan gue gak mau meninggal sekarang soalnya umur gue bahkan belum ada 18 Tahun, gue juga belum wujudkan cita-cita buat ketemu Taehyung BTS, terus tadi sebelum berangkat sekolah gue lupa kasih makan kucing, dan juga..."

Milan menatap jengah kepada Berlin yang terus saja bicara, lalu dia memutar tubuhnya hendak meninggalkan Berlin.

"... Eh eh jangan tinggalin gue! Tolongin gue dulu, please... Milan." Berlin mengeluarkan seluruh tenaganya untuk memanggil lelaki itu, dia bahkan tidak peduli apabila suaranya akan hilang nanti.

MILAN [TELAH TERBIT]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu