21 [Pada akhirnya hanya kita]

2.8K 214 3
                                    

votement please.

Pada akhirnya sesuatu yang menarik itu hanya sementara untuk kita yang ingin selamanya.

Ini bukan akhirnya, takdir itu baik jika kita mau menguasainya, dan bisa menjadi jahat ketika kita menyerah untuk menguasainya.

'Jika memang di dunia ini takdir bukan milik kita bertujuh, maka di kehidupan selanjutnya takdir itu harus tau bahwa dia milik kita'

Haechan berjalan cepat mengikuti Chenle yang di bawa oleh dokter ke ruangan darurat, membuatnya ia harus menunggu di liar bersama Jeno beberapa jam untuk beberapa jam kemudian.

....

Waktu menunjukan pukul 06.45 AM, matahari mulai menujukan dirinya perlahan, membentuk hari yang yang kita tidak tahu akhirnya.

Jaemin dan Mark berjalan pelan menuju rumah sakit, semalam mereka menunggu Haechan dan Jeno yang tak kunjung datang dan perasaan mereka yang tak baik membuat mereka ketiduran hingga sekarang mereka tiba di depan ruangan Jisung.

Pintu terbuka, ruangan tampak damai dan sepi mendominasi, Jisung yang tampak sehat dan alat penunjuk detak jantung tepat di samping ranjang Jisung membuat Mark dan Jaemin bertatapan bingung.

"Renjun kemana?"

"Ikuti saya"

Jaemin terkejut saat pundaknya di sentuh oleh seseorang yang nyatanya itu dokter yang menangani Jisung.

Dokter itu berjalan mendahului mereka berdua, langkah mereka berhenti di depan ruangan operasi, memasuki nya perlahan.

Menemukan dua ranjang yang satu nya kosong dan satunya terdapat seseorang.

Tertutup kain putih mendominasi kedamaian di ruangan itu.

Dokter itu mengelus pundak Mark sejenak lalu meninggalkan mereka di sana.

Jaemin yang melihat kertas di atas kain putih itu, langsung saja mengambilnya dan membukanya sedangkan Mark yang sudah bergetar hanya diam, meramalkan doa di dalam hatinya.

'Saya..
Renjun Chandratara memutuskan untuk menukar takdir saya dengan adik saya Jisung Chandaratara.

Maaf tapi saya sudah merindukan dewi yang beberapa tahun ini sudah tertidur, dan memutuskan menemuinya demi kebaikan adik saya.

Bunda... kakak nyerah.
Chandaratara hanya marga yang tidak pantas untuk Renjun yang terlalu lemah.

Sampai ketemu disana bunda..
Sampai ketemu disana dek, kak...
meskipun kehidupan berganti, kita tetap saudara yang memang pantas menjadi bagian dari dunia.

Pada akhirnya kita bisa tidur ketika kita mati.

-Renjun Chandratara

Jaemin menjatuhkan air matanya untuk kesekian kali, mengabaikan Mark yang sedari tadi sudah bergetar menahan air matanya.

Pada akhirnya ini yang dunia minta, semua ekspektasi kita terlanjur indah untuk akhir yang tidak di sangka.

Hari berganti.
Mark, Jaemin, Jeno dan Haechan berdiri di depan makam yang sudah mendominasi di pemakaman tersebut.

"Hidup tenang di sana kak, titip salam untuk bunda" ucap Haechan yang menaruh setangkai bunga di atas makan tersebut.

"Kakak terbaik yang pernah ada, waktunya kakak untuk rehat, mau kehidupan berganti, lo tetap kakak gue" ucap Jaemin ikut menaruh bunganya.

"Waktunya kita rehat, kami kalah dan kami mengakuinya" ucap Haechan sedikit nyaring lalu meninggalkan mereka yang masih diam di makan Renjun.

Haechan berjalan cepat menelusuri lorong rumah sakit, mengusap air matanya yang terus berjatuhan lalu langkahnya terhenti tepat di depan pintu ruangan Chenle.

Tersenyum pelan dengan air mata yang terus berjatuhan, menumpakan segara kesedihannya di tempat yang mana tega merebut anggota keluarganya.

Langkahnya kembali berjalan, memasuki ruangan Chenle dan menghilang di balik pintu itu dengan senyuman kecil yang selalu ia simpan untuk ini.

Semua yang kita susun berakhir selesai.
Jangan terlalu berekspetasi berlebihan tentang sesuatu jika tidak ingin menyesal.

Seperti kisah kami yang tidak berjalan lancar, hanya satu kebahagiaan itu tidak menjamin kebahagiaan kedepannya.

Vazera Kalingga
04.06.2023
02.07 AM

Tujuh Halaman || NCT DREAMWhere stories live. Discover now