09 [Langkah Pertama]

1.9K 273 29
                                    

votement.

Chenle..

...

Malam itu bukan harinya keluarga Chandratara. Roda kehidupan kadang berputar, tapi sayangnya roda kehidupan saudara Chandratara itu telah rusak. Adakah yang mau memperbaikinya? siapa dia?

Matahari belum menerbitkan dirinya, Sedangkan Renjun baru masuk ke kamarnya dan melihat Chenle yang tidur di kasurnya beberapa waktu yang lalu.

Setelah kejadian tengah malam tadi, ia akan menjaga Chenle sebagaimana tugas dirinya sebagai sang kakak.

Renjun berjalan ke arah kasurnya dan menarik selimut untuk menyelimuti Chenle, namun tanganya tak sengaja bersentuhan dengan kulit pucat dan dingin milik Chenle.

"Chenle..?"

Renjun memegang kening Chenle, panas. Namun tangannya sangat dingin, Renjun mengangkat tangan Chenle dan memanggilnya berulang kali sesekali menggonjang tubuhnya.

"Dek, bangun."

"Chenle..?"

"Ya ampun, lo kagak pingsan kan?"

Renjun menjatuhkan tangan Chenle, dapat ia lihat dengan jelas betapa lemahnya tangan itu saat jatuh ke kasur, setelahnya Renjun dapat merasakan nafas Chenle yang kian melambat.

Ia berlari ke lantai atas guna membangunkan yang lain, ia ke kamar mark namun tak ada sautan, dan berakhir ke kamar Jeno, dan benar saja mereka semua ada disana.

"Kenapa?" tanya Mark panik saat melihat Renjun yang mengatur nafasnya.

"Chenle... di kamar gue" ucap Renjun menunjuk lantai bawah, Haechan dan Jaemin yang paham berlari turun ke bawah untuk memeriksanya.

Di ikuti yang lain.

Jaemin dapat melihat Chenle yang terbaring layaknya jiwa yang sudah tenang, dengan wajah pucatnya. Haechan menerobos masuk dan memegang dahi Chanle yang semakin panas dan tangan yang semakin dingin.

Dengan segera ia menggendong Chenle dan membawanya keluar dari kamar.

"Siapin mobil" Teriak Haechan membuat Mark san Jeno pergi ke garasi, sedangkan Renjun membangunkan Jisung.

Setelahnya, Haechan membawa Chenle memasuki mobil diikuti yang lain, Haechan, Chenle, Renjun berada di mobil Mark, sedangkan Jeno, Jisung berada di mobil Jaemin. Mobil yang ia bawa tadi malam bersama Haechan.

Malam itu kedua mobil keluarga Chandratara melaju membelah jalanan kota Jakarta untuk kepentingannya.

Sesampainya mereka di rumah sakit, Chenle segera di larikan ke ugd, sedangkan yang lain menunggu di luar, di lorong yang lumayan sepi karena hari masih pagi.

Beberapa menit mereka menunggu, hingga akhirnya dokter keluar dari ruangannya.

"Ada yang bersangkutan dengan pasien?" tanya dokter.

"Kami saudaranya"

"Apa sebelumnya ada yang seperti ini? maksudnya apakah ada turunan penyakit dari keturunan kalian?"

"Masalahnya penyakit ini lumayan berbahaya, dan terkadang ini menurun dari keturunannya, efeknya bisa menimbulkan kematian"

Renjun berfikir sebentar, otaknya membeku ketika mengatakan pernyataan yang membuat hatinya kembali tergores.

Jisung yang menyadarinya memegang pundak Renjun, menenangkan nya, ia tahu apa yang kakak nya pikirkan sekarang.

"Permisi?" tegur dokter

"Oh? ada.." ucap renjun terpotong.

"Bunda saya..."

Mark dan Jeno yang menatapnya hanya menahan air matanya, mata mereka mulai memerah, mengepal tanganya masing-masing untuk menerima pernyataan itu.

"Baiklah, anda bisa ikutin saya untuk ke ruangan saya" ucap sang dokter yang meninggalkan lorong yang berubah dingin itu, di ikuti Renjun yang menundukan kepalanya.

Hening.

Sunyi.

Dingin.

Keheningan berhenti, ketika suara helaan nafas panjang Mark.

"Kenapa harus Chenle sih yang kena penyakit dari keturunan sialan itu" ucap Jeno.

"Siapa juga yang mau kena? kita bahkan ga tau tentang penyakit itu." ucap Jisung.

"Tanya bunda lo tuh, yang nurunin penyakitnya ke adek gue" ucap Jeno yang sudah emosi.

"Maksud lo apa nyalahin bunda gue?" tanya Haechan berdiri dari duduknya dan menatap Jeno kesal.

"Kalo bunda penyakit sialan bunda lo itu, adek gue juga ga bakal di dalam. Lo kira ini masalah yang ringan?" sahut Jeno.

"Ya gue juga ga mau bunda gue punya penyakit itu, jangan salahin bunda gue. Lo ga tau apa apa tentang hidup keluarga gue." ucap Haechan.

"Mending kalian pulang, Chenle urusan gue sama Jeno" ucap Mark tiba-tiba.

"Apa-apaan? lo kira chenle bukan saudara gue? kita juga khawatir disini, bukannya lo pada jaga Chenle aja ga becus" sahut Haechan.

"Lo diam, lo juga ga tau kehidupan keluarga gue." ucap Jeno.

"Halah gila, emang harusnya kita di bandung aja" ucap Haechan.

"Emang kita harusnya tetap di jalan masing-masing." balas Mark.

Hening. Percakapan tidak lancar itu berhenti sampai situ. Malam ini banyak kejadian yang membuat mereka lelah. roda mereka benar benar rusak.

Hingga Haechan melihat Renjun yang berjalan ke arah mereka, dengan segera Haechan menarik Jaemin dan Jisung menghampiri Renjun untuk menariknya pulang.

"Apa-apaan? gue mau liat Chenle." kesal Renjun.

"Bukan waktunya" balas Haechan, akhirnya Renjun pasrah, ia tau ada yang tidak beres, akhirnya dia mengikuti saudaranya yang lain pergi dari sana.

Malam itu, yang awalnya ada harapan untuk merekatkan tujuh lembaran itu seketika hilang, tergantikan oleh gunting yang kembali merobek tujuh lembaran yang hampir bersatu.

Malam ini ... saudara Chandratara resmi menginjakkan langkah pertama mereka.

[ Mau ujian, tapi bakal gue lanjutin kalo ada waktu, thnks yang udah baca, kritik dan saran di butuhkan ]

VAZERA 03/05/2023
00.35 AM

Tujuh Halaman || NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang