19 [Semua Berakhir]

2.2K 229 19
                                    

votement please.


Mark berdiri di teras rumah sembari tanganya memegang ponsel di dekat telinganya, hendak menerima panggilan dari seseorang.

"Kenapa ayah?"

"Ayah ingin bicara sama kamu"

"Yaudah diisni aja"

"Gabisa, ayah kerumah ya?"

"Mark lagi ga di rumah, Mark sama adek-adek lagi di bandung"

"Ngapain kesana?!"

"Ya memang kenapa? toh ini kampung halaman bunda Mark juga"

"Bunda kamu udah meninggal Mark, ga ada yang bisa kamu lihat disana"

"Ayah salah, banyak yang bisa Mark lihat disini"

"Ayah besok kerumah, dan kamu sudah harus ada."

tit

Mark mengehela nafas pelan, lalu setelahnya netra nya melihat Renjun yang keluar dari mobil memasuki perkarangan.

"Udah selesai urusan nya?" tanya Mark ketika Renjun memasuki pekarangan rumah, lebih tepatnya teras, dimana Mark berada.

"Udah, perusahaan di tangan paman bisa terkendali, gapapa, udah ga ada masalah, semoga nanti gue bisa pegang dengan baik"

"Jelas lo pasti bisa" ucap Mark menepuk punggung Renjun pelan.

"Oh ya, kayaknya kita harus pulang, ayah tadi nelpon gue, katanya besok udah harus di rumah, kalau kalian mau disini aja ya gapapa, biar gue pulang duluan" ujar Mark.

"Gausah lah, kita pulang sama sama aja, nanti gue kasih tau adek adek yang lain, aman aja, masih ada lain waktu kita kesini lagi"

....

Mereka bertujuh memasuki mobil, sedangkan Renjun sudah siap dengan setirnya, hanya membawa diri saja, barang-barang mereka sengaja ia tinggal, karena mereka yakin mereka akan kembali.

Haechan menatap rumahnya dari dalam kaca mobil, begitipun Chenle di samping Haechan.

"Sampai jumpa lagi rumah, lain waktu kita bakal ngunjungin lo lagi kok, bertujuh" ucap Haechan.

"Kembali bertujuh, pergi pun bertujuh"
guman Chenle yang menyandarkan punggungnya ke kursi mobil.

Pada akhirnya mereka mulai meninggalkan sekitar rumah dan komplek tersebut, sekaligus bandung, tempat dimana mereka bisa bahagai walau sementara.

.....

Hari berganti malam, dan sebuah mobil baru saja memasuki pekarangan rumah mewah dan besar itu, Renjun dengan sigap memparkirkan mobil itu ke garasi yang dimana ada mobil hitam disitu.

"Mobil siapa?" tanya Haechan membuat mereka menoleh ke arah depan, Mark hanya mengehela nafasnya.

"Ayah, siapa lagi?" jawab Mark

Chenle yang mendengar nama ayah pun menggenggam tangan Haechan, dengan sigap Haechan membalas genggamannya.

"Gapapa, ayah ga sejahat itu" ucap Haechan pada Chenle.

"Emang ga sejahat itu, tapi munafiknya level teratas, jangan percaya dia dari luarnya" sahut Jeno.

Mereka turun dari mobil dan berjalan mendekat pintu utama, Mark membuka pintu putih tersebut dan membiarkan yang lain masuk.

Tujuh Halaman || NCT DREAMWhere stories live. Discover now