02 - First Love

Mulai dari awal
                                    

"Awas!"

Lengan Alana tertarik cepat sehingga bola itu meleset mengenai tempat sampah area lapangan basket. Laporannya jatuh, dan hal bodoh yang Alana lakukan adalah berteriak, padahal pada kenyataannya dia telah terselamatkan.

"Aaaa!!"

"Lo ngapain teriak?" Allaric menatap Alana bingung.

"Aaa!! Nggak tau!" sahut Alana ikut bingung sendiri. Ia mendongak, menatap Allaric yang jauh tinggi diatasnya.

"Makasih." ucap Alana spontan.

Allaric berdehem, melepaskan dekapannya lantas menepuk baju basketnya pelan.

"Seragam lo berdebu banget." cibir Allaric.

Alana menunduk malu-malu. "Aku habis jatuh didepan gerbang gara-gara ambil laporan. Maka nya berdebu, belum sempet aku bersihin." jawabnya kemudian.

"Sini gue bersihin pantat lo."

"Hah?" seru Alana terkejut, ia menatap Allaric dan langsung berpikiran bahwa laki-laki sangatlah mesum.

Allaric yang menyadari tatapan tajam Alana tersedak seketika. "M-maksudnya rok lo bagian belakang, disana debu nya banyak banget. Sampe keliatan jelas." jelas Allaric.

"Sini." sambung laki-laki itu.

"E-enggak perlu. Aku bisa sendiri." Alana salah tingkah, ia menepuk roknya kuat-kuat hingga debu itu berhamburan.

"Aku duluan, permisi." ucap Alana terburu-buru.

"Mau kemana?" tanya Allaric.

"Mau ngumpulin laporan." jawab Alana lirih.

"Terus laporan lo mana?" Allaric tersenyum kecil melihat kecerobohan Alana.

"Oh iya, laporan aku! Laporan aku mana?" Alana panik menyadari genggaman tangannya kosong. Laporan itu seakan lenyap dimata Alana. Ekor mata nya segera menguliti area lapangan diserang kepanikan.

"Diem disitu." Allaric menarik tangan Alana pelan, lantas berjalan santai mengambil laporan milik Alana yang tersangkut pada bunga kertas.

"Makin panik, lo makin kelihatan bego. Risih gue liat lo yang bego begitu." ucap Allaric seraya menyerahkan laporannya pada Alana.

"Aku masih ada pinternya, walaupun dikit." sahut Alana tidak terima.

"Iya pinter dikit, soalnya lebih banyak bego nya." Allaric diam-diam tersenyum melihat reaksi Alana yang menahan rasa kesalnya.

"Belum kenal aja udah menghina, gimana kalo udah kenal nanti." gerutu Alana.

Allaric tergelak, "Lucu banget. Jadi pacar gue, mau?" ucapnya.

"Hah?" pekik Alana, ia mendadak tidak tau harus bereaksi seperti apa selain melongo. Mulutnya terbuka membentuk huruf O yang sangat lebar.

"Woi, Al! Ngapain lama banget disini?" teman Allaric datang langsung menepuk bahu Allaric membuat sang empu nya risih dan langsung menghempaskannya.

"Tanya, tanya aja. Nggak usah tepuk-tepuk gue." ucap Allaric.

"Sombong, mentang-mentang anak donatur sekolah."

Allaric meremat jemari nya sendiri geram-geram emosi. Ucapan Jean, sedikit mengganggu nya.

"Mulut dijaga!" tegas Allaric.

"Dih, kenapa lo? Gitu doang emosi. Sorry deh, sorry." ucap Jean.

"Btw, dia siapa? Pacar lo, ya? Bisa pacaran juga lo, Al. Gue kira cuma bisa mukulin orang doang." tangan Jean berusaha menggapai rambut Alana yang berakhir pukulan keras menyapa pipi nya sendiri.

"Tangan lo mau gue patahin sampe nggak bisa main basket lagi, Je?" tanya Allaric pelan setelah puas mendaratkan pukulan dipipi Jean.

"Lo apa-apaan sih! Kenapa lo pukul gue?" seru Jean sedikit emosi, ia tak berani membalas tindakan Allaric mengingat cowok itu anak pemilik sekolah. Sedikit saja melukai Allaric, bisa-bisa dia dikeluarkan dari sekolah.

"Masih nanya kenapa? Dia punya gue! Siapa pun nggak bakal gue biarin sentuh dia seujung kuku pun!" Allaric menarik Alana mendekat dan dalam hitungan detik, ia mendaratkan kecupan ringan di pipi gadis itu.

"Gila lo!" Jean berdecih, menatap Alana sekilas, lalu berbalik ke-dalam area tengah lapangan untuk kembali bermain basket.

Allaric tersenyum kecil, "Gimana? Lo mau nggak jadi pacar gue?" tawar Allaric sekali lagi.

Alana masih syok, ia mengusap pipi nya beberapa kali dan mengerjapkan mata nya pelan.

"Maaf, Kak. Aku nggak bisa." ucap Alana.

"Kenapa?" tanya Allaric.

Alana mendongak, menatap Allaric dengan deru nafas bersahutan. Pipi nya memerah akibat bekas kecupan Allaric.  Alana mematung tak tau harus berbuat apa.

"Aaa!!!"

Akhirnya, Alana berlari kencang membawa laporannya meninggalkan Allaric yang mematung ditempat. Gadis itu berlari sambil berteriak kencang, Allaric pikir dia sedikit tidak waras. Tapi Allaric suka.

Hai, udah masuk part ke-dua nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, udah masuk part ke-dua nih. Gimana part ini menurut kalian?

Thankies udah mampir, sini aku kiss dulu.

-ryuka.

SWEET BUT PSYCHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang