Page 8 [Kecemasan]

124 24 0
                                    

  Pagi telah tiba, Jeremy bangun lebih awal ketimbang Zenith yang saat itu masih terlelap. Gadis nya itu pasti sangat lelah setelah meladeni tingkahnya semalaman, jadi Jeremy tidak akan membangunkannya. Meski dia tidak membangunkan Zenith, Jeremy juga tidak pergi dari sana. Sebaliknya Jeremy masih tetap diam di tempatnya sambil menatap lamat-lamat kearah Zenith.

  Jeremy mengamati setiap sudut wajah Zenith tanpa terlewati sedikit pun, lalu berpikir bagaimana bisa seseorang menciptakan makhluk seindah Zenith seperti itu. Kemudian dia berpikir juga bagaimana takdir klise seperti ini bisa di alami oleh Jeremy.

   Pertemuan pertama Jeremy sangat lah konyol, semua berawal dari kecerobohannya yang pada akhirnya membawakan seorang gadis cantik berhati lembut seperti Zenith kepadanya. Jeremy jatuh cinta sejak saat itu, dan dia berjuang sekuat tenaga untuk menemukan Zenith.

  Jeremy ingat jika saat di Gordonia dulu, dia mengobrak-abrik rumah warga, kamp gulid serta banyak rumah bangsawan hanya untuk mencari Zenith. Dia juga pernah sampai meminta organisasi bawah untuk mencari sosok Zenith yang sayangnya tidak ditemukan juga. Jeremy jadi bersyukur karena berkat bantuan Roxana dan juga Eden ,dia jadi bisa bertemu dengan Zenith. Tidak ada kebahagiaan yang lebih membahagiakan dibandingkan ini.

  "Kau senang Jeremy?" Suara seseorang tiba-tiba menggema di kepala Jeremy.

   "Tentu saja" Jeremy membalas tanpa sadar akan suara siapa itu.

  "Baguslah, setidaknya usaha ku tidak sia-sia."
 
  Setelah mendengar itu Jeremy pun langsung sadar jika itu bukanlah suara anak pikirannya sendiri, tapi suara orang lain yang Jeremy sangat kenal. Tentunya hal itu membuat Jeremy spontan langsung turun dari atas kasur dan berdiri untuk mencari sosok tersebut.

   "Aku tidak ada di tempat mu, jadi jangan cari aku" katanya seolah tahu tindak Jeremy saat ini.

  "Lalu kau dimana Eden?" Jeremy heran.

  "Di tengah hutan, tak jauh dari rumah milik kekasihmu itu" kata Eden.

  "Kau disana? Kenapa tidak kesini?" Tanya Jeremy.

  "Disana terlalu ramai, aku tidak mau muncul dan membuat kehebohan kecil, lagi pula ada hal penting yang harus ku katakan padamu Jeremy" Kata Eden.

  "Apa?"

  "Semalam, Ayahmu, Roxanna dan Dion datang ke rumahku. Mereka mencarimu Jeremy."

   Mendengar itu Jeremy seketika terdiam. Untuk apa keluarganya repot-repot mencarinya padahal selama ini tidak ada yang peduli dengan apapun yang di lakukan oleh Jeremy. Bahkan ketika Jeremy tanpa sengaja membuat Agriche memiliki musuh baru di beberapa tempat karena ulahnya. Tapi kenapa sekarang jadi seperti ini? Apa yang membuat ayahnya tiba-tiba tertarik dengan apa yang sedang Jeremy lakukan?

  "Kau pasti bingung, aku juga. Tapi Jeremy, bukankah kau yang paling tahu siapa itu Ayahmu? Harusnya kamu sedikit paham tentang maksud mereka yang sedang mencarimu."

   Otak Jeremy berputar, dia mencoba mencari tahu tentang hal itu. Lalu terhenti ketika beberapa ingatan kejam dari ayahnya meringasak masuk kedalam kepalanya. Jeremy kini paham, Ayahnya itu pasti telah kehilangan kesenangan nya dari dirinya. Lant Agriche adalah seseorang yang menikmati kesenangannya sendiri diatas tindakan-tindakan kejam yang dilakukan anak-anaknya. Beberapa bulan terakhir ini Jeremy pasif membunuh ataupun melakukan hal-hal lain yang bisa menyenangkan ayahnya karena terlalu larut dengan Zenith. Ketika dirinya bersama dengan Zenith yang dipikirkan Jeremy hanya masa-masa indahnya ketika melihat senyum manis dari gadis itu. Jeremy benar-benar jadi lupa akan siapa sebenarnya dirinya ini.

  "Ayahmu ingin aku membawa mu kembali Jeremy" Kata Eden.

  "Si*lan!" Jeremy mengumpat, wajahnya terlihat tidak senang.

   Rasa kesal langsung timbul di dalam benaknya. Kini belunggu yang telah lepas dari nya kembali terpasang begitu Ayahnya menginginkan Jeremy kembali. Jeremy tidak mau pulang, ini adalah rumahnya untuk apa dia kembali ketempat yang menyesakkan itu? Jika saja ditempat itu tidak ada Roxana maka sejak dulu tidak ada lagi alasan nagi Jeremy untuk tetap hidup. Sekarang yang Jeremy inginkan hanya hidup damai bersama Zenith, Jeremy hanya ingin berada bersama dengan Zenith di setiap saat nya. Lalu apa ini akan berakhir begitu saja? Semudah itu?

  "Maaf Jeremy aku—"

  "Jangan katakan apapun, maaf mu itu menjengkelkan" Jeremy menyela dengan tajam yang langsung membuat Eden tidak bersuara.

   Mendengar suara temannya yang tidak lagi terdengar membuat Jeremy mendengus. Dia tidak bermaksud mengatakan itu karena Jeremy marah pada Eden. Jeremy tahu posisi Eden bagaimana yang mengharuskannya membawa Jeremy kembali. Jeremy hanya merasa tak nyaman dengan Eden yang selalu meminta maaf di saat melakukan tindakan seperti ini.

   "Katakan padaku, apa pesan lain dari ayah?" Tanya Jeremy.

   "Hanya itu saja Jeremy"

  Kembali menghela nafas, Jeremy kemudian meraup wajahnya secara kasar ketika merasa frustasi. Dia tahu hanya itu perintahnya tapi Jeremy yakin pasti ada niat lain yang dinginkan oleh ayahnya apalagi menyadari jika kemungkinan besar ayahnya lah yang menemukan keberadaannya secara langsung.Jika Jeremy kembali dia bukan hanya akan di hukum, kemungkinan besar ayahnya itu akan melibatkan Zenith karena bagaimanapun juga Jeremy pergi dari rumah hanya untuk gadis itu.

  Jeremy tak masalah akan dirinya sendiri, tapi akan jadi masalah jika terjadi sesuatu pada Zenith. Dia tidak akan lagi bisa berfikir jernih jika Ayahnya menyentuh gadis itu.

  "Pulanglah, nanti malam datang lagi ke hutan. Aku akan pergi kesana untuk pulang, " Kata Jeremy pada akhirnya.

  "Baiklah."

  Setelah itu suara Eden betul-betul menghilang, lalu setelahnya Jeremy berjalan lesu kearah tempat Zenith tertidur. Matanya kemudian memandangi sosok mungil di depannya yang lagi-lagi masih terlelap dalam tidurnya. Hembusan nafas lembut nya yang terdengar mendayu-dayu membuat Jeremy secara tidak sadar bergerak mengusap pelan wajah gadis itu. Jeremy beberapa kali merasakan kulit lembut Zenith ketika menyentuh nya, lalu mengeratkan rahangnya kita membayangkan gadis selembut ini akan terluka karena keegoisan nya. Jeremy tidak mau itu terjadi, meskipun Jeremy tidak mau berpisah, dia juga tidak bisa membahayakan Zenith dalam situasi nya sendiri. Keluarganya terlalu buruk untuk Zenith yang sangat baik. Jeremy tidak bisa membuat nya terlibat. Dia benar-benar harus kembali nanti malam dan menyelesaikan urusannya dengan keluarnya secepat mungkin. Tidak masalah jika dia akan mendapatkan luka seperti dimasa lalu, toh pada akhirnya itu akan segera sembuh. Jika semua sudah terlewati, Jeremy baru bisa kembali mendekati Zenith.

   "Nonaku yang hangat harus berada di tempat yang hangat juga, Aku tidak akan membiarkan mu menyentuh tempat ku yang sangat dingin" Kata Jeremy lirih diringi dengan senyum getirnya.

   Jeremy pikir saat itu tidak akan ada yang sadar dengan semua gerak-gerik nya di mulai dari pembicaraannya dengan Eden hingga ke ucapannya yang terakhir. Tapi siapa sangka jika saat itu Zenith tahu semuanya karena dirinya sendiri sebenarnya telah bangun tak lama setelah Jeremy bangun. Meskipun dia sedikit tidak paham dengan apa yang di bicarakan Jeremy, tapi Zenith tahu jika Jeremy sedang mengalami masalah. Di tengah tidur palsunya itu Zenith pun jadi resah, Tuannya yang sangat baik dan terlihat seperti tidak memiliki masalah ini ternyata sedang tidak baik-baik saja. Itu membuat Zenith kembali memanjatkan doa setelah sekian lama dia tidak lagi berdoa karena doanya telah di kabulkan.

   Kali ini yang Zenith minta adalah Zenith yang bisa selalu bersama dengan Jeremy di segala situasi yang sedang menimpa nya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 03, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jeannette: Jeremy's ViewWhere stories live. Discover now