Page 4 [Second meeting]

134 32 1
                                    

  Setelah Jeremy kembali menemui Eden, dia baru pergi ke Obelia sehari setelahnya. Hal itu dikarenakan Eden yang sedang sibuk mengurus kekacauan di wilayah selatan kekaisaran, jadi Jeremy tidak bisa memaksa Eden mengantarnya pergi. Jeremy memilih menunggu Eden dengan tinggal di kediamannya semalam. Baru setelah itu dirinya pergi ke Obelia.

  Ketika Jeremy sampai di pusat kota Obelia, Jeremy terlihat memperhatikan Eden sebentar,  wajahnya terlihat sangat kusut. Hingga guratan-guratan lelah di wajah cantiknya terlihat jelas sekali.Jeremy bisa memahami betapa sulitnya apa yang sedang Eden hadapi saat ini karena jujur saja kekacauan yang terjadi di wilayah selatan kekaisaran itu memang masalah yang cukup serius. Namun meskipun begitu Jeremy tetap ingin pergi ke Obelia, dia tahu ini egois, tapi siapa peduli? Perasaan Jeremy sudah terlampau kacau selama beberapa bulan terakhir.

  "Sudah kan? Kau pergi sendiri sana aku mau pulang" Eden menatap Jeremy dengan tatapan sayu nya ketika mengatakan itu.

  "Hm" Jeremy berdeham di iringi sedikit anggukan.

  Eden mengerutkan keningnya, tumben sekali Jeremy tidak memaksa Eden mengikuti keinginannya. Biasanya Eden selalu di paksa untuk mengikutinya kemanapun anak itu pergi seperti seorang babu. Apa ada yang salah dengan Jeremy? Ah tidak, mungkin karena pemuda itu sudah terpenuhi keinginan paling pentingnya makanya dia tidak ngelunjak secara berlebihan. Ya syukurlah kalau begitu, Eden bisa Tidur siang nanti, Dia sangat lelah setelah memikirkan rencana pemberantasan Iblis yang mulai muncul di kekaisaran kemarin.

  "Ya sudah, kalau begitu selamat mencari tulang rusuk mu yang hilang tuan muda" Kata Eden dengan kekehan khasnya lalu setelah nya menghilang bagai di tiup angin.

  Jeremy tersenyum sekilas sebelum kepergian Eden, lalu setelahnya berjalan mengelilingi ibu kota Obelia untuk mencari tahu informasi keberadaan wanita yang telah merebut hatinya itu.

  Banyak tempat-tempat yang telah Jeremy kunjungi hanya untuk mencari keberadaan Zenith tapi sampai sekarang dirinya masih belum bertemu dengan nya juga, langit bahkan sekarang telah berubah warna menjadi kekuningan menandakan jika sore telah tiba.

  Tentunya hal itu membuat Jeremy mendengus frustasi. Dia yang saat itu duduk di atas dahan pohon yang berada di tengah hutan membenturkan kepalanya sendiri di sana sampai membuat keningnya lecet.

  Jeremy tidak tahan lagi, dia ingin segera bertemu dengan Zenith. Jeremy ingin cepat-cepat menggengam malaikat nya itu. Terlalu lama Jeremy tidak melihatnya setelah pertemuan pertama mereka sampai-sampai rindunya akan sosok jelita itu membuat Jeremy gila.

   Di saat Jeremy yang tengah seperti orang kesurupan karena tak kunjung bertemu dengan pujaan hatinya itu, dari arah bawah tepat dimana Jeremy duduk diatas pohon, sesosok gadis berambut pirang menatap Jeremy dengan tatapan aneh. Matanya yang berkilau seperti Cahaya bintang menyorot sosok Jeremy dengan intens seperti tengah mencari tahu akan sosoknya. Karena penasaran, gadis itupun memanggil Jeremy dengan suara cukup keras.

  "Hei kau! Apa yang kau lakukan disana?"

  Panggilan yang lebih terdengar seperti teriakan itu membuat Jeremy menundukkan kepalanya kebawah. Aktivitas memukulkan kepalanya sendiri ke batang pohon pun berakhir ketika manik birunya menangkap sesosok gadis bermata berlian.

  Mata yang sangat unik dan baru pertama kali Jeremy lihat, itu membuat nya teringat akan ciri khas keluarga kerajaan Obelia saja.

  Keluarga kerajaan Obelia?

  Iris mata Jeremy seketika melebar ketika sadar jika sosok dibawanya ini kemungkinan besar adalah putri tunggal dari kaisar Obelia yang digadang-gadang adalah putri paling cantik di seluruh benua. Tapi setelah Jeremy lihat-lihat dia tidak terlalu cantik, menurut Jeremy gadisnya jauh lebih cantik. Apa yang membuat gadis itu di juluki sebagai putri paling cantik?

Jeannette: Jeremy's ViewWhere stories live. Discover now